Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembahasan tentang pendidikan melahirkan konsep seperti pengertian pendidikan yang dipakai di Indonesia seharusnya Ilmu pendidikan bukan pendidikan dalam arti umum pendidikan sebab tujuan pendidikan adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasilais yang dimotori oleh pengembangan afeksi seperti sikap suka belajar, tahu cara belajar, rasa percayadiri, mencintai prestasi tinggi, punya etos kerja dan kreatif.
Dalam membentuk manusia seutuhnya seoarang guru diharapkan mampu mengetahui perkembangan anak didiknya sehingga dapat menentukan metode pembelajaran apa yang tepat digunakan agar tertuju pada sasaran pendidikan. Untuk itu, dalam kesempatan ini, akan dibahas Landasan Psikologi yang mencakup psikologi perkembangan, psikologi social, psikologi belajar, dan implikasi konsep pendidikan
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diperoleh dari latar belakang diatas antara lain :
1.2.1 Apasajakah teori atau pendekatan yang ada dalam perkembangan ?
1.2.2 Apakah definisi dari belajar, dan apasajakah prinsip-prinsip dalam belajar ?
1.2.3 Apakah definisi dari psikologi social ?
1.2.4 Bagaaimanakah implikasi belajar terhadap kosep pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI PSIKOLOGI
Psikologi atau ilmu jiwa, adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu, jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.
Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Jiwa balita baru berkembang sedikit sekali sejajar dengan tubuhnya yang juga masih berkemampuan sederhana sekali. Makin besar anak itu makin berkembang pula jiwanya, dengan melalui tahap-tahap tertentu akhirnya anak itu mencapai kedewasaan baik dari segi kejiwaan maupun dari segi jasmani.
Dalam perkembangan jiwa dan jasmani inilah seyogianya anak-anak belajar, sebab pada masa ini mereka peka untuk belajar, pnya wakyu banyak untuk belajar, belum berumah tangga, belum bekerja, dan bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarga. Masa belajar ini bertingkat-tingkat sejalan dengan fase-fase perkembangan mereka. Oleh karena itu, layanan-layanan pendidikan terhadap mereka harus pula dibuat bertingkat-tingkat agar pelajaran itu dapat dipahami oleh anak-anak.
2.2 Psikologi Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah: ( Nana Syaodih 1998 )
1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki cirri-ciri khusus yang berbeda dengan cirri-ciri pada tahap-tahap yang lain.
2. Pendekatan differensial. Pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-oramg membuat kelompok-kelompok. Anak-anak yang memiliki kesamaan-kesamaan dijadikan satu kelompok. Maka terjadilah kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, agama, status social ekonomi, dan sebagainya.
3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual.
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling banyak dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan.
Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang bersifat khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai factor yang diperhitungkan dalam penyusunan tahap-tahap perkembangan. Sedangkan yang bersifat khusus hanya mempertimbang factor tertentu saja sebagai dasar penyusunan tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erickson.
Menurut Crijns (tt.) periode atau tahap perkembangan manusia secara umum adalah sebagai berikut:
1. Umur 0-2 tahun disebut masa bayi. Pada masa ini, si bayi sebagian besar memanfaatkan hidupnya untuk tidur, memamdang, mendengarkan, kemudian belajar merangkak dan berbicara.
2. Umur 2-4 tahun disebut masa kanak-kanak. Pada masa ini anak sudah mulai bisa berjalan menyebut beberapa nama, pengamatan yang mula-mula global, kini sudah mulai bisa melihat struktur, permainan-permainan mereka bersifat fantasi, masih suka menghayal, sebab belum sadar akan lingkungannya.
3. Umur 5-8 tahun disebut masa dongeng. Anak-anak pada masa ini mulai sadar akan dirinya sebagai seorang yang mempunyai kedudukan tersendiri seperti halnya dengan orang lain.
4. Umur 9-13 tahun disebut masa Robinson Crusoe ( nama seorang petualang ). Dalam masa ini mulai berkembang pemikiran kritis, nafsu persaingan, minat-minat dan bakat.
5. Umur 13 tahun disebut masa pubertas pendahuluan. Misalnya anak-anak ini mulai tertuju kedalam dirinya sendiri,mereka mulai belajar bersolek, suka menyendiri,melamun, dan segan olahraga.
6. Umur 14-18 tahu disebut masa puber. Mereka kini mulai sadar akan pribadinya sebagai seorang yang bertanggung jawab.
7. Umur 19-21 tahun disebut masa adolesen. Anak-anak pada masa ini mulai menemui keseimbangan, mereka sudah punya rencana hidup tertentu dengan nilai-nilai yang sudah dipastikan.
8. Umur 21 tahun keatas disebut masa dewasa. Pada masa ini remaja mulai insaf bahwa pekerjaan manusia tidak mudah dan selalu ada cacatnya. Mereka mulaihati-hati.
Psikologi perkembangan menurut Rouseau. Dia membagi masa perkembangan anak atas empat tahap, yaitu:
1. Masa bayi dari 0-2 tahun yang sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
2. Masa anak dari 2-12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup manusia primitive.
3. Masa pubertas dari 12-15 tahun ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan untuk berpetualang.
4. Masa adolesen dari 15-25 tahun pertumbuhan seksual menonjol, social, kata hati, dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.
Sementara itu Stanley Hall penganut teori Evolusi dan teori Rekapitulasi membagi masa perkembangan anak sebagai berikut: (Nana Syaodih,1998)
1. Masa kanak-kanak ialah umur 0-4 tahun sebagai masa kehidupan binatang.
2. Masa anak ialah umur 4-8 tahun merupakan masa sebagai manusia pemburu.
3. Masa muda ialah umur 8-12 tahun sebagai manusia belum berbudaya.
4. Masaadolesen ialah umur 12-dewasa merupakan manusia berbudaya.
Havinghurst menyusun fase-fase perkembangan sebagai berikut: (Mulyani, 1998)
1. Tugas masa perkembangan masa kanak-kanak.
Pada masa ini, anak akan mulai belajar berkata, makan makanan padat, berjalan dan lain-lain.
2. Tugas perkembangan pada masa anak.
Belajar ketrampilan fisik untuk keperluan bermain, membentuk sikap diri sendiri, blajar bergaul secara rukun dll.
3. Tugas perkembangan masa remaja.
4. Membuat hubungan-hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya dan kedua jenis kelamin, memperoleh peran social yang cocok dengan jenis kelaminnya, menggunakan badan secara efektif.
5. Tugas perkembangan masa dewasa awal.
Memilih pasangan hidup, belajar hidup rukun bersuami istri,memulai kehidupan punya anak, belajar membimbing,dan merawat anak, mengendalikan rumah tangga, melaksanakan suatu jabatan atau pekerjaan, belajar bertanggung jawab sebagai warga Negara, dan berupaya mendapatkan kelompok social yang tepat serta menarik.
6. Tugas perkembangan orang tua.
Menyesuaikan diri dengan semakin menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri terhadap menurunnya pendapatan atau karena pension, menyesuaikan diri sebagai duda atau janda, menjalin hubungan dengan klub lanjut usia, memenuhi kewajiban social sebagai warga Negara yang baik, dan membangun kehidupan fisik yang memuaskan.
Tugas-tugas yang harus dijalankan atau diselesaikan oleh setiap individu sepanjang hidupnya seperti tertera diatas, memberi kemudahan kepada para pendidik pada setiap jenjang dan tingkat pendidikan untuk:
1. Menentukan arah pendidikan
2. Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan tugas perkembangannya.
3. Menyiapkan materi pelajaran yang tepat.
4. Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangannya itu.
2.3 Psikologi Belajar
Belajar adalah perubahan prilaku yang relative permanent sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya kepada orang lain.
Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai berikut:
1. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respons anak yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.
2. Pengulangan, situasi dan respons anak diulang-ulang atau dipraktikkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.
3. Penguatan, respons yang bemar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respons itu.
4. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.
5. Tersedia pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak.
6. Ada upaya membangkitkan ketrampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar.
7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar.
8. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran.
2.4 Psikologi Sosial
Psikologi social adalah psikologi yang mempelajari psikologi sesesorang dimasyarakat, yang mengombinasikan cirri-ciri psikologi dengan ilmu social untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antarindividu (Hollander, 1981). Dengan demikian, psikologi ini akan mencoba melihat keterkaitan masyarakat dengan kondisis psikologi kehidupan individu.
Kecenderungan manusia untuk bersahabat sudah dimulai sejak
permulaan dia hidup yaitu sejak masih bayi. Hampir semua bayi merespons secara positif terhadap satu atau lebih orang dewasa. Lebih lanjut hamper semua orang tua saying terhadap anak-anaknya, mereka selalau ingin dekat engan anak-anaknya. Karena anak-anak juga semakin dekat dengan orang tuanya. Inilah yang membuat terjadinya persahabatan atau keakraban.
Berkembangnya kasih saying ini disebabakan oleh dua hal yaitu, (Freedman,1981)
1. Karena pembawaan atau genetika. Pembawaan kasih saying ini sebagai perangkat yang penting untuk mempertahankan hidup sang bayi
2. Karena belajar. Mereka belajar semua aturan berprilaku. Anak-anak cinta pada orang tua, sebab orang tua memberi ,makan memberi kehangatan. Sebaliknya orang tua cinta pada anak sebab anak memberi kebahagiaan kepada orang tua.
Inilah sarian penting mengenai tentang konsep-konsep dalam psikologi:
1. Pembentukan kesan pertama ditentukan oleh:
a. Kepribadian orang yang diamati
b. Prilaku orang tersebut.
c. Latar belakang situasi waktu mengamati.
2. Persepsi sediri bersumber dari prilaku kita yang overt dan persepsi kita terhadap lingkungan, serta banyak dipengaruhi oleh sikap dan perasaan.
3. Sikap muncul bisa secara alami dan dapat juga dengan pengkondisisan serta dengan mempelajari sikap para tokoh .
4. Motivasi ditentukan oleh factor-faktor:
a. Minat dan kebutuhan individu.
b. Persepsi terhadap tugas yang menantang
c. Harapan sukses.
5. Keintiman hubungan yang disebut penetrasi social akan terjadi manakala prilaku anatarpribadi diikuti oleh perasaan subjektif.
6. Prilaku agresif disebabakan oleh:
a. Watak berkelahi.
b. Gangguan dari pihak lain .
c. Putus asa
Jenis-jenis perilaku agresif adalah:
a. Agresif anti social, seperti memaki-maki.
b. Agresif prososial, seperti menembak teroris.
c. Agresif sanksi, seperti menampar orang yang melecehkannya.
7. Altruisme adalah hasil kasih saying yang tidak mengharapkan balasan .
8. Kesepakatan atau kepatuhan memudahkan proses pembinaan dalam suatu kelompok
9. Ada sejumlah perbedaan kemampuan dan sifat antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Perbedaan ini disamping bersifat alami, juga kerena pengalaman dan pendiddikan.
10. Peranan pemimpin cukup menentukan keberhasilan tugas-tugas kelompok.
Pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengembangkan potensi motivasi adalah dengan program intervensi salama anak duduk di TK dan kelas-kelas awal di SD. Intervensi ini bisa dalam bentuk :
1. Memperbanyak ragam fasilitas di TK.
2. Memberi kesempatan kepada orang tua untuk menyaksikan interaksi yang efektif di TK dan SD. Pola interaksi ini adalah:
a. Memberi kesepatan untuk mengembangkan ketrampilan.
b. Membuat kegiatan-kegiatan berprestasi berhasil.
c. Menciptakan tujuan-tujuan yang menantang tidak terlalu gampang atau terlalu sukar.
d. Memberi keyakinan untuk sukses serta menghargai kemampuan-kemampuannya.
e. Membuat setiap anak tertarik dan gemar belajar. Kesaksian orang tua ini bisa menambah semangat anak-anak belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Bagi pendidik di sekola, baik intervensi pada umur-umur muda maupun melayani motivasi berprestasi pada anak-anak yang lebih tua perlu dilakukan pada setiap saat. Sebab motivasi ini merupakan modal pertama bagi anak-anak untuk gemar belajar.
Disamping metode tersebut diatas, masih ada cara untuk membangun motivasi. Cara-cara yang dimaksud adalah:
1. Memberi kepuasan terhadap kebutuhan kebutuhan yang dituntut,
2. Memberikan tugas-tugas yang menantang.
3. Mengembangkan kesadaran control dari dalam. Anak-anak yang mempunyai keyakinan kuat bahwa ia dapat mengontrol diri sendiri tampak lebih gigih berusaha, mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki lingkungan, menghargai penguatan prestasi baik dalam kesuksesan maupun dalam kegagalan, dan menolak upaya-upaya orang untuk mempengaruhi dirinya.
Sesudah mendapatkan informasi tentang kesiapan belajar, baik kesiapan kognisi maupun kesiapan afaksi atau motivasi, kini tiba gilirannya untuk membahas aspek-aspek individu. Mengapa hal ini perlu dilakukan, mengingat yang belajar atau yang dikenal pendidikan adalah individu itu sendiri.
Dalam proses pendidikan peserta didik atau warga belajarlah yang harus memegang peranan utama. Sebab mereka adalah individu yang hidup,dan mampu berkembang sendiri. Pendidikan harus memperlakukan dan melayani perkembangan mereka secara wajar. Ibarat proses mekarnya bunga, pendiduk tidak boleh memaksa kelopak-kelopak bunga agar segera mekar, melainkan harus menunggu dengan sabar sambil rajin memberi pupuk, menyirami, dan memindahkan dan atau menutupi dari sengatan sinar matahari yang terik. Biarkanlah mereka berkembang secara wajar, sesuai dengan kodratnya.
Karena peserta didik atau warga belajar sebagai individu, maka ada pula orang menyebutnya sebagai subjek didik. Disini terkandung makna bahwa mereka, merupakan subjek yang mempunyai pendirian sendiri, aspirasi sendiri, kemampuan sendiri , dan sebagainya. Mereka mampu melakukan kegiatan sendiri untuk mengembangkan dirinya masing-masing dengan menggunakan perlengkapan-perlengkapan yang mereka miliki.. Dengan demikian tidak dapat dibenarkan bila pendidik atau warga belajar sebagai subjek dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok , yaitu
1. Watak, ialah sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang hamper tidak dapat diubah, misalnya watak pemarah, pendiam, menyendiri, suka berbicara, cinta kasih, dan sebagainya.
2. Kemampuan umum atau IQ ialah kecerdasan yang bersifat umum. Kemampuan ini dapat dijadikan ramalan tentang keberhasilan seseorang menyelesaikan suatu pekerjaan atau tingkat pendidikan yang dijalani.
3. Kemampuan khusus atau bakat, ialah kemamapuan tertentu yang dibawa sejak lahir. Kemampuan ini pada umumnya memberi arah kepada cita-cita seseorang terutama bila bakatnya terlayani dalam pendidikan.
4. Kepribadian, ialah penampilan seseorang secara umum, seperti sikap, besarnya motivasi, kuatnya kemauan, tabahnya menghadapi rintangan, penghargaannya terhadap orang lain, kesopanannya, toleransinya, dan sebagainya. Kepribadian bersumber dan watak, kemampuan umum dan khusus, pengaruh lingkungan, dan proses belajar, serta pengaruh latar belakang kehidupan.
5. Latar belakang, ialah lingkungan tempat dibesarkan terutama lingkungan keluarga. Lingkungan ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa bayi bayi dan kanak-kanak
Sesudah mengetahui kelima perlengkapan subjek didik, maka dapat dibayangkan betapa banyaknya macam subjek yang harus dihadapi oleh pendidik. Perlu diketahui bahwa hamper tidak ada manusia yang mempunyai watak yang sama, begitu pula dengan kemampuan umum dan khusus tidak ada yang persis sama, beberapa diantara mereka ada yang dibina dalam pendidikan khusus adalah karena ada kesamaan saja. Begitu pula halnya dengan kepribadian dan latar belakang juga tidak ada yang persis sama antara manusia yang satu dengan yang lain. Dengan demikian, sekali lagi dapat dinyatakan bahwa pendidikan akan menghadapi banyak sekali ragam subjek, yang hampir dapat dikatakan bahwa tidak ada yang persis sama satu dengan yang lain. Itulah sebabnya dalam pendidikan sering disebut bahwa subjek didik adalah unik.
Walaupun setiap individu dikatakan unik, namun aspek-aspek individu mereka adalah sama, sebab aspek-aspek ini dikembangkan sendiri oleh para ahli. Pendapat mereka tentang struktur jiwa manusia pada umumnya ada kesamaan satu dengan yang lain. Mereka membagi jiwa itu menjadi tiga fungsi yaitu afektif, kognisi, dan psikomotor. Namun ada juga yang membagi afeksi menjadi dua yaitu perasaan dan kemauan, sehingga terdapat empat fungsi jiwa yaitu perasaan, kemauan, fikiran, dan ketrampilan.
Dalam kaitannya dengan tugas pendidikan terhadap usaha membina peserta didik, terutama di Indonesia yang menginginkan perkembangan total ada baiknya perlu mempertimbangkan segi jasmani yang juga dikembangkan atau ditumbuhkan. Dengan demikian fungsi jiwa dan tubuh atau aspek-aspek individu yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut:
1. Rohani:
a. Umum
1) Agamis
2) Perasaan
3) Kemauan
4) Pikiran
b. Sosial
1) Kemasyarakatan
2) Cinta tanah air
1. Jasmani
a. Keterampilan
b. Kesehatan
c. Keindahan tubuh
Kesembilan aspek tersebut diatas semula merupakan potensi-potensi belaka. Sejalan dengan perkembangan umur anak, potensi-potensi itu semakin berwujud . Wujud-wujud itu tidak selalu sama dalam diri setiap individu maupun antarindividu. Dengan bantuan pendidikan diharapkan aspek-aspek pada individu itu dapat berkembang dan berbentuk sebagaimana mestinya secara wajar.
Menurut konsep pendidikan di Indonesia, individu manusia harus berkembang secara total membentuk manusia berkembang seutuhnya dan diwarnai oleh sila-sila Pancasila. Yang disebut berkembang total atau seutuhnya ialah perkembangan individu yang memenuhi criteria berikut:
1. Semua potensi berkembang secara proporsional, berimbang dan harmonis. Artinya pelayanan terhadap potensi-potensi itu tidak pilih kasih dan disesuaikan dengan tingkat potensinya masing-masing.
2. Berkembang secara optimal, artinya potensi-potensi yang dikembangkan diusahakan setinggi mungkin sesuai dengan kemamapuan daya dukung pendidikan, seperti sarana, media, metode, lingkungan belajar, dan sebagainya.
3. Berkembang secara integrative, ialah perkembangan semua potensi atau aspek itu saling berkaitan satu satu dengan yang lain dan saling menunjang menuju suatu kesatuan yang bulat.
Implikasi Konsep Pendidikan
Tinjauan tentang psikologi perkembangan, psikologi belajar,psikologi social, dan kesiapan belajar serta aspek-aspek individu, memberikan implikasi kepada konsep pendidikan. Implikasi itu sebagian besar dalam bidang kurikulum sebab materi pelajaran dan proses belajar-mengajar itu harus sejalan dengan perkembangan, cara belajar, cara mereka mengadakan kontak social, dan kesiapan mereka belajar. Implikasinya kepada konsep pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Psikologi perkembangan yang bersifat umum, yang berorientasi pada afeksi, dan pada kognisi, semuanya memberi petunjuk pada pendidik bagaimana seharusnya ia menyiapakan dan mengorganisasi materi pendidikan serta bagaimana membina anak-anak agar mereka mau belajar dengan sukarela.
2. Psikologi belajar
a. Yang klasik
1) Disiplin mental bermanfaat untuk menghafal perkalian dan melatih soal-soal.
2) Naturalis/aktualisasi diri bewrmanfaat untuk pendidikan seumur hidup.
b. Behavioris bermanfaat atau cocok untuk membentuk prilaku nyata,seperti mau menyumbang, giat bekerja, gemar menyanyi, dan sebagainya.
c. Kognisi cocok untuk mempelajari materri-materi pelajaran yang lebih rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan, untuk berkreasi menciptakan sesuatu bentuk atau ide baru.
3. Psikologi social
a. Persepsi diri atau konsep tentang diri-sendiri ternyata bersumber dari prilaku yang overt dan persepsi kita terhadap lingkungan dan banyak dipengaruhi oleh sikap serta perasaan kita. Agar para siswa memiliki konsep diri yang riil maka pendidik perlu mengembangkan prilaku yang overt, persepsi terhadap lingkungan secara wajar, dan sikap serta perasaan yang positif. Konsep diri yang keliru, dapat merusak perkembangan anak.
b. Pembentukan anak secara alami, dikondisi, dan meniru sikap para tokoh. Pendidik perlu membentuk sikap anak yang positif dalam banyak hal. Oleh sebab itu, cara pembentukan sikap ini perlu direncanakan dan dilaksanakan pada waktu dan situasi yang tepat.
c. Sama halnya dengan sikap, motivasi anak-anak juga perlu dikembangkan pada saat yang memungkinkan melalui,
1) Pemenuhan minat dan kebutuhannya
2) Tugas-tugas yang menantang
3) Menanamkan harapan yang sukses dengan cara sering memberikan pengalaman sukses
d. Hubungan yang intim diperlukan dalam proses konseling, pembimbingan, dan belajar dalam kelompok. Karena itu hubungan seperti ini perlu dikembangkan oleh para pendidik.
e. Pendidik perlu membendung perilaku agresif anti social, tetapi mengambangkan agresif prososial dan sanksi. Pengurangan agresif anti social dapat dilakukan dengan menanamkan ketertiban, tidak mengganggu satu sama lain dan berupaya agar anak-anak tidak mengalami rasa putus asa.
f. Pendidik juga perlu mengembangkan kemampuan memimpin dikalangan anak-anak. Sebab kepemimpinan sangat besar peranannya dalam mencapai sukses belajar bersama dan sukses berorganisasi dalam kehidupan setelah dewasa.
4. Kesiapan belajar yang bersifat afektif dan kognitif perlu diperhatikan oleh pendidik agar materi yang dipelajari anak-anak dapat dipahami dan diinternalisasi dengan baik. Kesiapan afektif harus dikembangkan dengan model pengembangan motivasi sedangkan kesiapan kognisi dipelajari dari tingkat-tingkat perkembangan kognisi mereka
5. Kesembilan aspek individu harus diberi perhatian yang sama oleh pendidik dan dilayani secara berimbang
6. Wujud perkembangan total atau berkembang seutuhnya memenuhi tiga criteria, yaitu:
a. Semua potensi berkembang secara proporsional atau berimbang dan harmonis
b. Potensi-potensi itu berkembang secara optimal
c. Potensi-potensi berkembang secara integratif
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan materi diatas, dapat disimpulkan bahwa landasan psokologi adalah suatu landasan yang menjadi dasar acuan untuk memahami jiwa psikis manusia, dmiana jiwa atau psikis tersebut merupakan inti atau kendali kehidupan manusia, yang melekat dalam manusia itudiri.
Dalam perkembangan jiwa dan jasmani inilah seyogyanya anak-anak belajar, sebab pada masa ini mereka peka untuk belajar, dan punya waktu untuk belajar. Oleh kerena itu, layanan-layanan pendidikan terhadap mereka harus dibuat bertingkat-tingkat agar suatu pelajaran dapat dipahami oleh anak.
Pembahasan tentang landasan psikologi yang mencakup psikologi perkembangan, belajar, social, kesiapan belajar, dan aspek-aspek individu, melahirkan konsep pendidikan seperti berikut. Teori belajar disiplin, mental masih bermanfaat untuk melatih perkalian dan soal-soal, sedangkan teori naturalis bermanfaat untuk belajar seumur hidup. Teori belajar behaviorisme untuk membentuk prilaku nyata dan teori belajar kognisi untuk mempelajari hal-hal yang rumit. Persepsi diri atau konsep tentang diri sendiri yang bersumber dari prilaku overt dan persepsi tentang lingkungan serta dipengaruhi oleh sikap dan perasaan, perlu dikembangkan agar setiap anak mempunyai konsep diri secara riil. Juga motivasi untuk belajar dikembangkan melalui pemenuhan minat, tugas yang menantang, dan menanamkan harapan sukses. Semua aspek individu harus diberi perhatian yang sama agar berkembang secara berimbang, optimal, dan terintegrasi agar menjadi manusia berkembang seutuhnya
3.2 SARAN
Berdasarkan paparan materi diatas, maka seoarang guru disarankan:
1. Seorang guru harus mengetahui perkembangan anak, guna mengetahui metode apa yang paling tepat digunakan dalam proses pembelajaran.
2. Seorang guru harus mampu memberikan layanan-layanan pendididkan yang bertingkat-tingkat, agar pelajaran itu dapat dipahami oleh anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Mada Pidarta. 2007. Landasan Kependidikan.Jakarta : Rineka Cipta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kamis, 07 April 2011
PERKEMBANGAN PSIKOLOGI PESERTA DIDIK
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembahasan tentang pendidikan melahirkan konsep seperti pengertian pendidikan yang dipakai di Indonesia seharusnya Ilmu pendidikan bukan pendidikan dalam arti umum pendidikan sebab tujuan pendidikan adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasilais yang dimotori oleh pengembangan afeksi seperti sikap suka belajar, tahu cara belajar, rasa percayadiri, mencintai prestasi tinggi, punya etos kerja dan kreatif.
Dalam membentuk manusia seutuhnya seoarang guru diharapkan mampu mengetahui perkembangan anak didiknya sehingga dapat menentukan metode pembelajaran apa yang tepat digunakan agar tertuju pada sasaran pendidikan. Untuk itu, dalam kesempatan ini, akan dibahas Landasan Psikologi yang mencakup psikologi perkembangan, psikologi social, psikologi belajar, dan implikasi konsep pendidikan
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diperoleh dari latar belakang diatas antara lain :
1.2.1 Apasajakah teori atau pendekatan yang ada dalam perkembangan ?
1.2.2 Apakah definisi dari belajar, dan apasajakah prinsip-prinsip dalam belajar ?
1.2.3 Apakah definisi dari psikologi social ?
1.2.4 Bagaaimanakah implikasi belajar terhadap kosep pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI PSIKOLOGI
Psikologi atau ilmu jiwa, adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu, jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.
Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Jiwa balita baru berkembang sedikit sekali sejajar dengan tubuhnya yang juga masih berkemampuan sederhana sekali. Makin besar anak itu makin berkembang pula jiwanya, dengan melalui tahap-tahap tertentu akhirnya anak itu mencapai kedewasaan baik dari segi kejiwaan maupun dari segi jasmani.
Dalam perkembangan jiwa dan jasmani inilah seyogianya anak-anak belajar, sebab pada masa ini mereka peka untuk belajar, pnya wakyu banyak untuk belajar, belum berumah tangga, belum bekerja, dan bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarga. Masa belajar ini bertingkat-tingkat sejalan dengan fase-fase perkembangan mereka. Oleh karena itu, layanan-layanan pendidikan terhadap mereka harus pula dibuat bertingkat-tingkat agar pelajaran itu dapat dipahami oleh anak-anak.
2.2 Psikologi Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah: ( Nana Syaodih 1998 )
1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki cirri-ciri khusus yang berbeda dengan cirri-ciri pada tahap-tahap yang lain.
2. Pendekatan differensial. Pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-oramg membuat kelompok-kelompok. Anak-anak yang memiliki kesamaan-kesamaan dijadikan satu kelompok. Maka terjadilah kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, agama, status social ekonomi, dan sebagainya.
3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual.
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling banyak dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan.
Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang bersifat khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai factor yang diperhitungkan dalam penyusunan tahap-tahap perkembangan. Sedangkan yang bersifat khusus hanya mempertimbang factor tertentu saja sebagai dasar penyusunan tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erickson.
Menurut Crijns (tt.) periode atau tahap perkembangan manusia secara umum adalah sebagai berikut:
1. Umur 0-2 tahun disebut masa bayi. Pada masa ini, si bayi sebagian besar memanfaatkan hidupnya untuk tidur, memamdang, mendengarkan, kemudian belajar merangkak dan berbicara.
2. Umur 2-4 tahun disebut masa kanak-kanak. Pada masa ini anak sudah mulai bisa berjalan menyebut beberapa nama, pengamatan yang mula-mula global, kini sudah mulai bisa melihat struktur, permainan-permainan mereka bersifat fantasi, masih suka menghayal, sebab belum sadar akan lingkungannya.
3. Umur 5-8 tahun disebut masa dongeng. Anak-anak pada masa ini mulai sadar akan dirinya sebagai seorang yang mempunyai kedudukan tersendiri seperti halnya dengan orang lain.
4. Umur 9-13 tahun disebut masa Robinson Crusoe ( nama seorang petualang ). Dalam masa ini mulai berkembang pemikiran kritis, nafsu persaingan, minat-minat dan bakat.
5. Umur 13 tahun disebut masa pubertas pendahuluan. Misalnya anak-anak ini mulai tertuju kedalam dirinya sendiri,mereka mulai belajar bersolek, suka menyendiri,melamun, dan segan olahraga.
6. Umur 14-18 tahu disebut masa puber. Mereka kini mulai sadar akan pribadinya sebagai seorang yang bertanggung jawab.
7. Umur 19-21 tahun disebut masa adolesen. Anak-anak pada masa ini mulai menemui keseimbangan, mereka sudah punya rencana hidup tertentu dengan nilai-nilai yang sudah dipastikan.
8. Umur 21 tahun keatas disebut masa dewasa. Pada masa ini remaja mulai insaf bahwa pekerjaan manusia tidak mudah dan selalu ada cacatnya. Mereka mulaihati-hati.
Psikologi perkembangan menurut Rouseau. Dia membagi masa perkembangan anak atas empat tahap, yaitu:
1. Masa bayi dari 0-2 tahun yang sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
2. Masa anak dari 2-12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup manusia primitive.
3. Masa pubertas dari 12-15 tahun ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan untuk berpetualang.
4. Masa adolesen dari 15-25 tahun pertumbuhan seksual menonjol, social, kata hati, dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.
Sementara itu Stanley Hall penganut teori Evolusi dan teori Rekapitulasi membagi masa perkembangan anak sebagai berikut: (Nana Syaodih,1998)
1. Masa kanak-kanak ialah umur 0-4 tahun sebagai masa kehidupan binatang.
2. Masa anak ialah umur 4-8 tahun merupakan masa sebagai manusia pemburu.
3. Masa muda ialah umur 8-12 tahun sebagai manusia belum berbudaya.
4. Masaadolesen ialah umur 12-dewasa merupakan manusia berbudaya.
Havinghurst menyusun fase-fase perkembangan sebagai berikut: (Mulyani, 1998)
1. Tugas masa perkembangan masa kanak-kanak.
Pada masa ini, anak akan mulai belajar berkata, makan makanan padat, berjalan dan lain-lain.
2. Tugas perkembangan pada masa anak.
Belajar ketrampilan fisik untuk keperluan bermain, membentuk sikap diri sendiri, blajar bergaul secara rukun dll.
3. Tugas perkembangan masa remaja.
4. Membuat hubungan-hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya dan kedua jenis kelamin, memperoleh peran social yang cocok dengan jenis kelaminnya, menggunakan badan secara efektif.
5. Tugas perkembangan masa dewasa awal.
Memilih pasangan hidup, belajar hidup rukun bersuami istri,memulai kehidupan punya anak, belajar membimbing,dan merawat anak, mengendalikan rumah tangga, melaksanakan suatu jabatan atau pekerjaan, belajar bertanggung jawab sebagai warga Negara, dan berupaya mendapatkan kelompok social yang tepat serta menarik.
6. Tugas perkembangan orang tua.
Menyesuaikan diri dengan semakin menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri terhadap menurunnya pendapatan atau karena pension, menyesuaikan diri sebagai duda atau janda, menjalin hubungan dengan klub lanjut usia, memenuhi kewajiban social sebagai warga Negara yang baik, dan membangun kehidupan fisik yang memuaskan.
Tugas-tugas yang harus dijalankan atau diselesaikan oleh setiap individu sepanjang hidupnya seperti tertera diatas, memberi kemudahan kepada para pendidik pada setiap jenjang dan tingkat pendidikan untuk:
1. Menentukan arah pendidikan
2. Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan tugas perkembangannya.
3. Menyiapkan materi pelajaran yang tepat.
4. Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangannya itu.
2.3 Psikologi Belajar
Belajar adalah perubahan prilaku yang relative permanent sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya kepada orang lain.
Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai berikut:
1. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respons anak yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.
2. Pengulangan, situasi dan respons anak diulang-ulang atau dipraktikkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.
3. Penguatan, respons yang bemar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respons itu.
4. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.
5. Tersedia pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak.
6. Ada upaya membangkitkan ketrampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar.
7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar.
8. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran.
2.4 Psikologi Sosial
Psikologi social adalah psikologi yang mempelajari psikologi sesesorang dimasyarakat, yang mengombinasikan cirri-ciri psikologi dengan ilmu social untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antarindividu (Hollander, 1981). Dengan demikian, psikologi ini akan mencoba melihat keterkaitan masyarakat dengan kondisis psikologi kehidupan individu.
Kecenderungan manusia untuk bersahabat sudah dimulai sejak
permulaan dia hidup yaitu sejak masih bayi. Hampir semua bayi merespons secara positif terhadap satu atau lebih orang dewasa. Lebih lanjut hamper semua orang tua saying terhadap anak-anaknya, mereka selalau ingin dekat engan anak-anaknya. Karena anak-anak juga semakin dekat dengan orang tuanya. Inilah yang membuat terjadinya persahabatan atau keakraban.
Berkembangnya kasih saying ini disebabakan oleh dua hal yaitu, (Freedman,1981)
1. Karena pembawaan atau genetika. Pembawaan kasih saying ini sebagai perangkat yang penting untuk mempertahankan hidup sang bayi
2. Karena belajar. Mereka belajar semua aturan berprilaku. Anak-anak cinta pada orang tua, sebab orang tua memberi ,makan memberi kehangatan. Sebaliknya orang tua cinta pada anak sebab anak memberi kebahagiaan kepada orang tua.
Inilah sarian penting mengenai tentang konsep-konsep dalam psikologi:
1. Pembentukan kesan pertama ditentukan oleh:
a. Kepribadian orang yang diamati
b. Prilaku orang tersebut.
c. Latar belakang situasi waktu mengamati.
2. Persepsi sediri bersumber dari prilaku kita yang overt dan persepsi kita terhadap lingkungan, serta banyak dipengaruhi oleh sikap dan perasaan.
3. Sikap muncul bisa secara alami dan dapat juga dengan pengkondisisan serta dengan mempelajari sikap para tokoh .
4. Motivasi ditentukan oleh factor-faktor:
a. Minat dan kebutuhan individu.
b. Persepsi terhadap tugas yang menantang
c. Harapan sukses.
5. Keintiman hubungan yang disebut penetrasi social akan terjadi manakala prilaku anatarpribadi diikuti oleh perasaan subjektif.
6. Prilaku agresif disebabakan oleh:
a. Watak berkelahi.
b. Gangguan dari pihak lain .
c. Putus asa
Jenis-jenis perilaku agresif adalah:
a. Agresif anti social, seperti memaki-maki.
b. Agresif prososial, seperti menembak teroris.
c. Agresif sanksi, seperti menampar orang yang melecehkannya.
7. Altruisme adalah hasil kasih saying yang tidak mengharapkan balasan .
8. Kesepakatan atau kepatuhan memudahkan proses pembinaan dalam suatu kelompok
9. Ada sejumlah perbedaan kemampuan dan sifat antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Perbedaan ini disamping bersifat alami, juga kerena pengalaman dan pendiddikan.
10. Peranan pemimpin cukup menentukan keberhasilan tugas-tugas kelompok.
Pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengembangkan potensi motivasi adalah dengan program intervensi salama anak duduk di TK dan kelas-kelas awal di SD. Intervensi ini bisa dalam bentuk :
1. Memperbanyak ragam fasilitas di TK.
2. Memberi kesempatan kepada orang tua untuk menyaksikan interaksi yang efektif di TK dan SD. Pola interaksi ini adalah:
a. Memberi kesepatan untuk mengembangkan ketrampilan.
b. Membuat kegiatan-kegiatan berprestasi berhasil.
c. Menciptakan tujuan-tujuan yang menantang tidak terlalu gampang atau terlalu sukar.
d. Memberi keyakinan untuk sukses serta menghargai kemampuan-kemampuannya.
e. Membuat setiap anak tertarik dan gemar belajar. Kesaksian orang tua ini bisa menambah semangat anak-anak belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Bagi pendidik di sekola, baik intervensi pada umur-umur muda maupun melayani motivasi berprestasi pada anak-anak yang lebih tua perlu dilakukan pada setiap saat. Sebab motivasi ini merupakan modal pertama bagi anak-anak untuk gemar belajar.
Disamping metode tersebut diatas, masih ada cara untuk membangun motivasi. Cara-cara yang dimaksud adalah:
1. Memberi kepuasan terhadap kebutuhan kebutuhan yang dituntut,
2. Memberikan tugas-tugas yang menantang.
3. Mengembangkan kesadaran control dari dalam. Anak-anak yang mempunyai keyakinan kuat bahwa ia dapat mengontrol diri sendiri tampak lebih gigih berusaha, mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki lingkungan, menghargai penguatan prestasi baik dalam kesuksesan maupun dalam kegagalan, dan menolak upaya-upaya orang untuk mempengaruhi dirinya.
Sesudah mendapatkan informasi tentang kesiapan belajar, baik kesiapan kognisi maupun kesiapan afaksi atau motivasi, kini tiba gilirannya untuk membahas aspek-aspek individu. Mengapa hal ini perlu dilakukan, mengingat yang belajar atau yang dikenal pendidikan adalah individu itu sendiri.
Dalam proses pendidikan peserta didik atau warga belajarlah yang harus memegang peranan utama. Sebab mereka adalah individu yang hidup,dan mampu berkembang sendiri. Pendidikan harus memperlakukan dan melayani perkembangan mereka secara wajar. Ibarat proses mekarnya bunga, pendiduk tidak boleh memaksa kelopak-kelopak bunga agar segera mekar, melainkan harus menunggu dengan sabar sambil rajin memberi pupuk, menyirami, dan memindahkan dan atau menutupi dari sengatan sinar matahari yang terik. Biarkanlah mereka berkembang secara wajar, sesuai dengan kodratnya.
Karena peserta didik atau warga belajar sebagai individu, maka ada pula orang menyebutnya sebagai subjek didik. Disini terkandung makna bahwa mereka, merupakan subjek yang mempunyai pendirian sendiri, aspirasi sendiri, kemampuan sendiri , dan sebagainya. Mereka mampu melakukan kegiatan sendiri untuk mengembangkan dirinya masing-masing dengan menggunakan perlengkapan-perlengkapan yang mereka miliki.. Dengan demikian tidak dapat dibenarkan bila pendidik atau warga belajar sebagai subjek dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok , yaitu
1. Watak, ialah sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang hamper tidak dapat diubah, misalnya watak pemarah, pendiam, menyendiri, suka berbicara, cinta kasih, dan sebagainya.
2. Kemampuan umum atau IQ ialah kecerdasan yang bersifat umum. Kemampuan ini dapat dijadikan ramalan tentang keberhasilan seseorang menyelesaikan suatu pekerjaan atau tingkat pendidikan yang dijalani.
3. Kemampuan khusus atau bakat, ialah kemamapuan tertentu yang dibawa sejak lahir. Kemampuan ini pada umumnya memberi arah kepada cita-cita seseorang terutama bila bakatnya terlayani dalam pendidikan.
4. Kepribadian, ialah penampilan seseorang secara umum, seperti sikap, besarnya motivasi, kuatnya kemauan, tabahnya menghadapi rintangan, penghargaannya terhadap orang lain, kesopanannya, toleransinya, dan sebagainya. Kepribadian bersumber dan watak, kemampuan umum dan khusus, pengaruh lingkungan, dan proses belajar, serta pengaruh latar belakang kehidupan.
5. Latar belakang, ialah lingkungan tempat dibesarkan terutama lingkungan keluarga. Lingkungan ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa bayi bayi dan kanak-kanak
Sesudah mengetahui kelima perlengkapan subjek didik, maka dapat dibayangkan betapa banyaknya macam subjek yang harus dihadapi oleh pendidik. Perlu diketahui bahwa hamper tidak ada manusia yang mempunyai watak yang sama, begitu pula dengan kemampuan umum dan khusus tidak ada yang persis sama, beberapa diantara mereka ada yang dibina dalam pendidikan khusus adalah karena ada kesamaan saja. Begitu pula halnya dengan kepribadian dan latar belakang juga tidak ada yang persis sama antara manusia yang satu dengan yang lain. Dengan demikian, sekali lagi dapat dinyatakan bahwa pendidikan akan menghadapi banyak sekali ragam subjek, yang hampir dapat dikatakan bahwa tidak ada yang persis sama satu dengan yang lain. Itulah sebabnya dalam pendidikan sering disebut bahwa subjek didik adalah unik.
Walaupun setiap individu dikatakan unik, namun aspek-aspek individu mereka adalah sama, sebab aspek-aspek ini dikembangkan sendiri oleh para ahli. Pendapat mereka tentang struktur jiwa manusia pada umumnya ada kesamaan satu dengan yang lain. Mereka membagi jiwa itu menjadi tiga fungsi yaitu afektif, kognisi, dan psikomotor. Namun ada juga yang membagi afeksi menjadi dua yaitu perasaan dan kemauan, sehingga terdapat empat fungsi jiwa yaitu perasaan, kemauan, fikiran, dan ketrampilan.
Dalam kaitannya dengan tugas pendidikan terhadap usaha membina peserta didik, terutama di Indonesia yang menginginkan perkembangan total ada baiknya perlu mempertimbangkan segi jasmani yang juga dikembangkan atau ditumbuhkan. Dengan demikian fungsi jiwa dan tubuh atau aspek-aspek individu yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut:
1. Rohani:
a. Umum
1) Agamis
2) Perasaan
3) Kemauan
4) Pikiran
b. Sosial
1) Kemasyarakatan
2) Cinta tanah air
1. Jasmani
a. Keterampilan
b. Kesehatan
c. Keindahan tubuh
Kesembilan aspek tersebut diatas semula merupakan potensi-potensi belaka. Sejalan dengan perkembangan umur anak, potensi-potensi itu semakin berwujud . Wujud-wujud itu tidak selalu sama dalam diri setiap individu maupun antarindividu. Dengan bantuan pendidikan diharapkan aspek-aspek pada individu itu dapat berkembang dan berbentuk sebagaimana mestinya secara wajar.
Menurut konsep pendidikan di Indonesia, individu manusia harus berkembang secara total membentuk manusia berkembang seutuhnya dan diwarnai oleh sila-sila Pancasila. Yang disebut berkembang total atau seutuhnya ialah perkembangan individu yang memenuhi criteria berikut:
1. Semua potensi berkembang secara proporsional, berimbang dan harmonis. Artinya pelayanan terhadap potensi-potensi itu tidak pilih kasih dan disesuaikan dengan tingkat potensinya masing-masing.
2. Berkembang secara optimal, artinya potensi-potensi yang dikembangkan diusahakan setinggi mungkin sesuai dengan kemamapuan daya dukung pendidikan, seperti sarana, media, metode, lingkungan belajar, dan sebagainya.
3. Berkembang secara integrative, ialah perkembangan semua potensi atau aspek itu saling berkaitan satu satu dengan yang lain dan saling menunjang menuju suatu kesatuan yang bulat.
Implikasi Konsep Pendidikan
Tinjauan tentang psikologi perkembangan, psikologi belajar,psikologi social, dan kesiapan belajar serta aspek-aspek individu, memberikan implikasi kepada konsep pendidikan. Implikasi itu sebagian besar dalam bidang kurikulum sebab materi pelajaran dan proses belajar-mengajar itu harus sejalan dengan perkembangan, cara belajar, cara mereka mengadakan kontak social, dan kesiapan mereka belajar. Implikasinya kepada konsep pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Psikologi perkembangan yang bersifat umum, yang berorientasi pada afeksi, dan pada kognisi, semuanya memberi petunjuk pada pendidik bagaimana seharusnya ia menyiapakan dan mengorganisasi materi pendidikan serta bagaimana membina anak-anak agar mereka mau belajar dengan sukarela.
2. Psikologi belajar
a. Yang klasik
1) Disiplin mental bermanfaat untuk menghafal perkalian dan melatih soal-soal.
2) Naturalis/aktualisasi diri bewrmanfaat untuk pendidikan seumur hidup.
b. Behavioris bermanfaat atau cocok untuk membentuk prilaku nyata,seperti mau menyumbang, giat bekerja, gemar menyanyi, dan sebagainya.
c. Kognisi cocok untuk mempelajari materri-materi pelajaran yang lebih rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan, untuk berkreasi menciptakan sesuatu bentuk atau ide baru.
3. Psikologi social
a. Persepsi diri atau konsep tentang diri-sendiri ternyata bersumber dari prilaku yang overt dan persepsi kita terhadap lingkungan dan banyak dipengaruhi oleh sikap serta perasaan kita. Agar para siswa memiliki konsep diri yang riil maka pendidik perlu mengembangkan prilaku yang overt, persepsi terhadap lingkungan secara wajar, dan sikap serta perasaan yang positif. Konsep diri yang keliru, dapat merusak perkembangan anak.
b. Pembentukan anak secara alami, dikondisi, dan meniru sikap para tokoh. Pendidik perlu membentuk sikap anak yang positif dalam banyak hal. Oleh sebab itu, cara pembentukan sikap ini perlu direncanakan dan dilaksanakan pada waktu dan situasi yang tepat.
c. Sama halnya dengan sikap, motivasi anak-anak juga perlu dikembangkan pada saat yang memungkinkan melalui,
1) Pemenuhan minat dan kebutuhannya
2) Tugas-tugas yang menantang
3) Menanamkan harapan yang sukses dengan cara sering memberikan pengalaman sukses
d. Hubungan yang intim diperlukan dalam proses konseling, pembimbingan, dan belajar dalam kelompok. Karena itu hubungan seperti ini perlu dikembangkan oleh para pendidik.
e. Pendidik perlu membendung perilaku agresif anti social, tetapi mengambangkan agresif prososial dan sanksi. Pengurangan agresif anti social dapat dilakukan dengan menanamkan ketertiban, tidak mengganggu satu sama lain dan berupaya agar anak-anak tidak mengalami rasa putus asa.
f. Pendidik juga perlu mengembangkan kemampuan memimpin dikalangan anak-anak. Sebab kepemimpinan sangat besar peranannya dalam mencapai sukses belajar bersama dan sukses berorganisasi dalam kehidupan setelah dewasa.
4. Kesiapan belajar yang bersifat afektif dan kognitif perlu diperhatikan oleh pendidik agar materi yang dipelajari anak-anak dapat dipahami dan diinternalisasi dengan baik. Kesiapan afektif harus dikembangkan dengan model pengembangan motivasi sedangkan kesiapan kognisi dipelajari dari tingkat-tingkat perkembangan kognisi mereka
5. Kesembilan aspek individu harus diberi perhatian yang sama oleh pendidik dan dilayani secara berimbang
6. Wujud perkembangan total atau berkembang seutuhnya memenuhi tiga criteria, yaitu:
a. Semua potensi berkembang secara proporsional atau berimbang dan harmonis
b. Potensi-potensi itu berkembang secara optimal
c. Potensi-potensi berkembang secara integratif
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan materi diatas, dapat disimpulkan bahwa landasan psokologi adalah suatu landasan yang menjadi dasar acuan untuk memahami jiwa psikis manusia, dmiana jiwa atau psikis tersebut merupakan inti atau kendali kehidupan manusia, yang melekat dalam manusia itudiri.
Dalam perkembangan jiwa dan jasmani inilah seyogyanya anak-anak belajar, sebab pada masa ini mereka peka untuk belajar, dan punya waktu untuk belajar. Oleh kerena itu, layanan-layanan pendidikan terhadap mereka harus dibuat bertingkat-tingkat agar suatu pelajaran dapat dipahami oleh anak.
Pembahasan tentang landasan psikologi yang mencakup psikologi perkembangan, belajar, social, kesiapan belajar, dan aspek-aspek individu, melahirkan konsep pendidikan seperti berikut. Teori belajar disiplin, mental masih bermanfaat untuk melatih perkalian dan soal-soal, sedangkan teori naturalis bermanfaat untuk belajar seumur hidup. Teori belajar behaviorisme untuk membentuk prilaku nyata dan teori belajar kognisi untuk mempelajari hal-hal yang rumit. Persepsi diri atau konsep tentang diri sendiri yang bersumber dari prilaku overt dan persepsi tentang lingkungan serta dipengaruhi oleh sikap dan perasaan, perlu dikembangkan agar setiap anak mempunyai konsep diri secara riil. Juga motivasi untuk belajar dikembangkan melalui pemenuhan minat, tugas yang menantang, dan menanamkan harapan sukses. Semua aspek individu harus diberi perhatian yang sama agar berkembang secara berimbang, optimal, dan terintegrasi agar menjadi manusia berkembang seutuhnya
3.2 SARAN
Berdasarkan paparan materi diatas, maka seoarang guru disarankan:
1. Seorang guru harus mengetahui perkembangan anak, guna mengetahui metode apa yang paling tepat digunakan dalam proses pembelajaran.
2. Seorang guru harus mampu memberikan layanan-layanan pendididkan yang bertingkat-tingkat, agar pelajaran itu dapat dipahami oleh anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Mada Pidarta. 2007. Landasan Kependidikan.Jakarta : Rineka Cipta.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembahasan tentang pendidikan melahirkan konsep seperti pengertian pendidikan yang dipakai di Indonesia seharusnya Ilmu pendidikan bukan pendidikan dalam arti umum pendidikan sebab tujuan pendidikan adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasilais yang dimotori oleh pengembangan afeksi seperti sikap suka belajar, tahu cara belajar, rasa percayadiri, mencintai prestasi tinggi, punya etos kerja dan kreatif.
Dalam membentuk manusia seutuhnya seoarang guru diharapkan mampu mengetahui perkembangan anak didiknya sehingga dapat menentukan metode pembelajaran apa yang tepat digunakan agar tertuju pada sasaran pendidikan. Untuk itu, dalam kesempatan ini, akan dibahas Landasan Psikologi yang mencakup psikologi perkembangan, psikologi social, psikologi belajar, dan implikasi konsep pendidikan
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diperoleh dari latar belakang diatas antara lain :
1.2.1 Apasajakah teori atau pendekatan yang ada dalam perkembangan ?
1.2.2 Apakah definisi dari belajar, dan apasajakah prinsip-prinsip dalam belajar ?
1.2.3 Apakah definisi dari psikologi social ?
1.2.4 Bagaaimanakah implikasi belajar terhadap kosep pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI PSIKOLOGI
Psikologi atau ilmu jiwa, adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu, jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.
Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Jiwa balita baru berkembang sedikit sekali sejajar dengan tubuhnya yang juga masih berkemampuan sederhana sekali. Makin besar anak itu makin berkembang pula jiwanya, dengan melalui tahap-tahap tertentu akhirnya anak itu mencapai kedewasaan baik dari segi kejiwaan maupun dari segi jasmani.
Dalam perkembangan jiwa dan jasmani inilah seyogianya anak-anak belajar, sebab pada masa ini mereka peka untuk belajar, pnya wakyu banyak untuk belajar, belum berumah tangga, belum bekerja, dan bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarga. Masa belajar ini bertingkat-tingkat sejalan dengan fase-fase perkembangan mereka. Oleh karena itu, layanan-layanan pendidikan terhadap mereka harus pula dibuat bertingkat-tingkat agar pelajaran itu dapat dipahami oleh anak-anak.
2.2 Psikologi Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah: ( Nana Syaodih 1998 )
1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki cirri-ciri khusus yang berbeda dengan cirri-ciri pada tahap-tahap yang lain.
2. Pendekatan differensial. Pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-oramg membuat kelompok-kelompok. Anak-anak yang memiliki kesamaan-kesamaan dijadikan satu kelompok. Maka terjadilah kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat, ras, agama, status social ekonomi, dan sebagainya.
3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual.
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling banyak dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan.
Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang bersifat khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai factor yang diperhitungkan dalam penyusunan tahap-tahap perkembangan. Sedangkan yang bersifat khusus hanya mempertimbang factor tertentu saja sebagai dasar penyusunan tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erickson.
Menurut Crijns (tt.) periode atau tahap perkembangan manusia secara umum adalah sebagai berikut:
1. Umur 0-2 tahun disebut masa bayi. Pada masa ini, si bayi sebagian besar memanfaatkan hidupnya untuk tidur, memamdang, mendengarkan, kemudian belajar merangkak dan berbicara.
2. Umur 2-4 tahun disebut masa kanak-kanak. Pada masa ini anak sudah mulai bisa berjalan menyebut beberapa nama, pengamatan yang mula-mula global, kini sudah mulai bisa melihat struktur, permainan-permainan mereka bersifat fantasi, masih suka menghayal, sebab belum sadar akan lingkungannya.
3. Umur 5-8 tahun disebut masa dongeng. Anak-anak pada masa ini mulai sadar akan dirinya sebagai seorang yang mempunyai kedudukan tersendiri seperti halnya dengan orang lain.
4. Umur 9-13 tahun disebut masa Robinson Crusoe ( nama seorang petualang ). Dalam masa ini mulai berkembang pemikiran kritis, nafsu persaingan, minat-minat dan bakat.
5. Umur 13 tahun disebut masa pubertas pendahuluan. Misalnya anak-anak ini mulai tertuju kedalam dirinya sendiri,mereka mulai belajar bersolek, suka menyendiri,melamun, dan segan olahraga.
6. Umur 14-18 tahu disebut masa puber. Mereka kini mulai sadar akan pribadinya sebagai seorang yang bertanggung jawab.
7. Umur 19-21 tahun disebut masa adolesen. Anak-anak pada masa ini mulai menemui keseimbangan, mereka sudah punya rencana hidup tertentu dengan nilai-nilai yang sudah dipastikan.
8. Umur 21 tahun keatas disebut masa dewasa. Pada masa ini remaja mulai insaf bahwa pekerjaan manusia tidak mudah dan selalu ada cacatnya. Mereka mulaihati-hati.
Psikologi perkembangan menurut Rouseau. Dia membagi masa perkembangan anak atas empat tahap, yaitu:
1. Masa bayi dari 0-2 tahun yang sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
2. Masa anak dari 2-12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup manusia primitive.
3. Masa pubertas dari 12-15 tahun ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan untuk berpetualang.
4. Masa adolesen dari 15-25 tahun pertumbuhan seksual menonjol, social, kata hati, dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.
Sementara itu Stanley Hall penganut teori Evolusi dan teori Rekapitulasi membagi masa perkembangan anak sebagai berikut: (Nana Syaodih,1998)
1. Masa kanak-kanak ialah umur 0-4 tahun sebagai masa kehidupan binatang.
2. Masa anak ialah umur 4-8 tahun merupakan masa sebagai manusia pemburu.
3. Masa muda ialah umur 8-12 tahun sebagai manusia belum berbudaya.
4. Masaadolesen ialah umur 12-dewasa merupakan manusia berbudaya.
Havinghurst menyusun fase-fase perkembangan sebagai berikut: (Mulyani, 1998)
1. Tugas masa perkembangan masa kanak-kanak.
Pada masa ini, anak akan mulai belajar berkata, makan makanan padat, berjalan dan lain-lain.
2. Tugas perkembangan pada masa anak.
Belajar ketrampilan fisik untuk keperluan bermain, membentuk sikap diri sendiri, blajar bergaul secara rukun dll.
3. Tugas perkembangan masa remaja.
4. Membuat hubungan-hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya dan kedua jenis kelamin, memperoleh peran social yang cocok dengan jenis kelaminnya, menggunakan badan secara efektif.
5. Tugas perkembangan masa dewasa awal.
Memilih pasangan hidup, belajar hidup rukun bersuami istri,memulai kehidupan punya anak, belajar membimbing,dan merawat anak, mengendalikan rumah tangga, melaksanakan suatu jabatan atau pekerjaan, belajar bertanggung jawab sebagai warga Negara, dan berupaya mendapatkan kelompok social yang tepat serta menarik.
6. Tugas perkembangan orang tua.
Menyesuaikan diri dengan semakin menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri terhadap menurunnya pendapatan atau karena pension, menyesuaikan diri sebagai duda atau janda, menjalin hubungan dengan klub lanjut usia, memenuhi kewajiban social sebagai warga Negara yang baik, dan membangun kehidupan fisik yang memuaskan.
Tugas-tugas yang harus dijalankan atau diselesaikan oleh setiap individu sepanjang hidupnya seperti tertera diatas, memberi kemudahan kepada para pendidik pada setiap jenjang dan tingkat pendidikan untuk:
1. Menentukan arah pendidikan
2. Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan tugas perkembangannya.
3. Menyiapkan materi pelajaran yang tepat.
4. Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangannya itu.
2.3 Psikologi Belajar
Belajar adalah perubahan prilaku yang relative permanent sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya kepada orang lain.
Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai berikut:
1. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respons anak yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.
2. Pengulangan, situasi dan respons anak diulang-ulang atau dipraktikkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.
3. Penguatan, respons yang bemar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respons itu.
4. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.
5. Tersedia pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak.
6. Ada upaya membangkitkan ketrampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar.
7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar.
8. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran.
2.4 Psikologi Sosial
Psikologi social adalah psikologi yang mempelajari psikologi sesesorang dimasyarakat, yang mengombinasikan cirri-ciri psikologi dengan ilmu social untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antarindividu (Hollander, 1981). Dengan demikian, psikologi ini akan mencoba melihat keterkaitan masyarakat dengan kondisis psikologi kehidupan individu.
Kecenderungan manusia untuk bersahabat sudah dimulai sejak
permulaan dia hidup yaitu sejak masih bayi. Hampir semua bayi merespons secara positif terhadap satu atau lebih orang dewasa. Lebih lanjut hamper semua orang tua saying terhadap anak-anaknya, mereka selalau ingin dekat engan anak-anaknya. Karena anak-anak juga semakin dekat dengan orang tuanya. Inilah yang membuat terjadinya persahabatan atau keakraban.
Berkembangnya kasih saying ini disebabakan oleh dua hal yaitu, (Freedman,1981)
1. Karena pembawaan atau genetika. Pembawaan kasih saying ini sebagai perangkat yang penting untuk mempertahankan hidup sang bayi
2. Karena belajar. Mereka belajar semua aturan berprilaku. Anak-anak cinta pada orang tua, sebab orang tua memberi ,makan memberi kehangatan. Sebaliknya orang tua cinta pada anak sebab anak memberi kebahagiaan kepada orang tua.
Inilah sarian penting mengenai tentang konsep-konsep dalam psikologi:
1. Pembentukan kesan pertama ditentukan oleh:
a. Kepribadian orang yang diamati
b. Prilaku orang tersebut.
c. Latar belakang situasi waktu mengamati.
2. Persepsi sediri bersumber dari prilaku kita yang overt dan persepsi kita terhadap lingkungan, serta banyak dipengaruhi oleh sikap dan perasaan.
3. Sikap muncul bisa secara alami dan dapat juga dengan pengkondisisan serta dengan mempelajari sikap para tokoh .
4. Motivasi ditentukan oleh factor-faktor:
a. Minat dan kebutuhan individu.
b. Persepsi terhadap tugas yang menantang
c. Harapan sukses.
5. Keintiman hubungan yang disebut penetrasi social akan terjadi manakala prilaku anatarpribadi diikuti oleh perasaan subjektif.
6. Prilaku agresif disebabakan oleh:
a. Watak berkelahi.
b. Gangguan dari pihak lain .
c. Putus asa
Jenis-jenis perilaku agresif adalah:
a. Agresif anti social, seperti memaki-maki.
b. Agresif prososial, seperti menembak teroris.
c. Agresif sanksi, seperti menampar orang yang melecehkannya.
7. Altruisme adalah hasil kasih saying yang tidak mengharapkan balasan .
8. Kesepakatan atau kepatuhan memudahkan proses pembinaan dalam suatu kelompok
9. Ada sejumlah perbedaan kemampuan dan sifat antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Perbedaan ini disamping bersifat alami, juga kerena pengalaman dan pendiddikan.
10. Peranan pemimpin cukup menentukan keberhasilan tugas-tugas kelompok.
Pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengembangkan potensi motivasi adalah dengan program intervensi salama anak duduk di TK dan kelas-kelas awal di SD. Intervensi ini bisa dalam bentuk :
1. Memperbanyak ragam fasilitas di TK.
2. Memberi kesempatan kepada orang tua untuk menyaksikan interaksi yang efektif di TK dan SD. Pola interaksi ini adalah:
a. Memberi kesepatan untuk mengembangkan ketrampilan.
b. Membuat kegiatan-kegiatan berprestasi berhasil.
c. Menciptakan tujuan-tujuan yang menantang tidak terlalu gampang atau terlalu sukar.
d. Memberi keyakinan untuk sukses serta menghargai kemampuan-kemampuannya.
e. Membuat setiap anak tertarik dan gemar belajar. Kesaksian orang tua ini bisa menambah semangat anak-anak belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Bagi pendidik di sekola, baik intervensi pada umur-umur muda maupun melayani motivasi berprestasi pada anak-anak yang lebih tua perlu dilakukan pada setiap saat. Sebab motivasi ini merupakan modal pertama bagi anak-anak untuk gemar belajar.
Disamping metode tersebut diatas, masih ada cara untuk membangun motivasi. Cara-cara yang dimaksud adalah:
1. Memberi kepuasan terhadap kebutuhan kebutuhan yang dituntut,
2. Memberikan tugas-tugas yang menantang.
3. Mengembangkan kesadaran control dari dalam. Anak-anak yang mempunyai keyakinan kuat bahwa ia dapat mengontrol diri sendiri tampak lebih gigih berusaha, mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki lingkungan, menghargai penguatan prestasi baik dalam kesuksesan maupun dalam kegagalan, dan menolak upaya-upaya orang untuk mempengaruhi dirinya.
Sesudah mendapatkan informasi tentang kesiapan belajar, baik kesiapan kognisi maupun kesiapan afaksi atau motivasi, kini tiba gilirannya untuk membahas aspek-aspek individu. Mengapa hal ini perlu dilakukan, mengingat yang belajar atau yang dikenal pendidikan adalah individu itu sendiri.
Dalam proses pendidikan peserta didik atau warga belajarlah yang harus memegang peranan utama. Sebab mereka adalah individu yang hidup,dan mampu berkembang sendiri. Pendidikan harus memperlakukan dan melayani perkembangan mereka secara wajar. Ibarat proses mekarnya bunga, pendiduk tidak boleh memaksa kelopak-kelopak bunga agar segera mekar, melainkan harus menunggu dengan sabar sambil rajin memberi pupuk, menyirami, dan memindahkan dan atau menutupi dari sengatan sinar matahari yang terik. Biarkanlah mereka berkembang secara wajar, sesuai dengan kodratnya.
Karena peserta didik atau warga belajar sebagai individu, maka ada pula orang menyebutnya sebagai subjek didik. Disini terkandung makna bahwa mereka, merupakan subjek yang mempunyai pendirian sendiri, aspirasi sendiri, kemampuan sendiri , dan sebagainya. Mereka mampu melakukan kegiatan sendiri untuk mengembangkan dirinya masing-masing dengan menggunakan perlengkapan-perlengkapan yang mereka miliki.. Dengan demikian tidak dapat dibenarkan bila pendidik atau warga belajar sebagai subjek dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok , yaitu
1. Watak, ialah sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang hamper tidak dapat diubah, misalnya watak pemarah, pendiam, menyendiri, suka berbicara, cinta kasih, dan sebagainya.
2. Kemampuan umum atau IQ ialah kecerdasan yang bersifat umum. Kemampuan ini dapat dijadikan ramalan tentang keberhasilan seseorang menyelesaikan suatu pekerjaan atau tingkat pendidikan yang dijalani.
3. Kemampuan khusus atau bakat, ialah kemamapuan tertentu yang dibawa sejak lahir. Kemampuan ini pada umumnya memberi arah kepada cita-cita seseorang terutama bila bakatnya terlayani dalam pendidikan.
4. Kepribadian, ialah penampilan seseorang secara umum, seperti sikap, besarnya motivasi, kuatnya kemauan, tabahnya menghadapi rintangan, penghargaannya terhadap orang lain, kesopanannya, toleransinya, dan sebagainya. Kepribadian bersumber dan watak, kemampuan umum dan khusus, pengaruh lingkungan, dan proses belajar, serta pengaruh latar belakang kehidupan.
5. Latar belakang, ialah lingkungan tempat dibesarkan terutama lingkungan keluarga. Lingkungan ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa bayi bayi dan kanak-kanak
Sesudah mengetahui kelima perlengkapan subjek didik, maka dapat dibayangkan betapa banyaknya macam subjek yang harus dihadapi oleh pendidik. Perlu diketahui bahwa hamper tidak ada manusia yang mempunyai watak yang sama, begitu pula dengan kemampuan umum dan khusus tidak ada yang persis sama, beberapa diantara mereka ada yang dibina dalam pendidikan khusus adalah karena ada kesamaan saja. Begitu pula halnya dengan kepribadian dan latar belakang juga tidak ada yang persis sama antara manusia yang satu dengan yang lain. Dengan demikian, sekali lagi dapat dinyatakan bahwa pendidikan akan menghadapi banyak sekali ragam subjek, yang hampir dapat dikatakan bahwa tidak ada yang persis sama satu dengan yang lain. Itulah sebabnya dalam pendidikan sering disebut bahwa subjek didik adalah unik.
Walaupun setiap individu dikatakan unik, namun aspek-aspek individu mereka adalah sama, sebab aspek-aspek ini dikembangkan sendiri oleh para ahli. Pendapat mereka tentang struktur jiwa manusia pada umumnya ada kesamaan satu dengan yang lain. Mereka membagi jiwa itu menjadi tiga fungsi yaitu afektif, kognisi, dan psikomotor. Namun ada juga yang membagi afeksi menjadi dua yaitu perasaan dan kemauan, sehingga terdapat empat fungsi jiwa yaitu perasaan, kemauan, fikiran, dan ketrampilan.
Dalam kaitannya dengan tugas pendidikan terhadap usaha membina peserta didik, terutama di Indonesia yang menginginkan perkembangan total ada baiknya perlu mempertimbangkan segi jasmani yang juga dikembangkan atau ditumbuhkan. Dengan demikian fungsi jiwa dan tubuh atau aspek-aspek individu yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut:
1. Rohani:
a. Umum
1) Agamis
2) Perasaan
3) Kemauan
4) Pikiran
b. Sosial
1) Kemasyarakatan
2) Cinta tanah air
1. Jasmani
a. Keterampilan
b. Kesehatan
c. Keindahan tubuh
Kesembilan aspek tersebut diatas semula merupakan potensi-potensi belaka. Sejalan dengan perkembangan umur anak, potensi-potensi itu semakin berwujud . Wujud-wujud itu tidak selalu sama dalam diri setiap individu maupun antarindividu. Dengan bantuan pendidikan diharapkan aspek-aspek pada individu itu dapat berkembang dan berbentuk sebagaimana mestinya secara wajar.
Menurut konsep pendidikan di Indonesia, individu manusia harus berkembang secara total membentuk manusia berkembang seutuhnya dan diwarnai oleh sila-sila Pancasila. Yang disebut berkembang total atau seutuhnya ialah perkembangan individu yang memenuhi criteria berikut:
1. Semua potensi berkembang secara proporsional, berimbang dan harmonis. Artinya pelayanan terhadap potensi-potensi itu tidak pilih kasih dan disesuaikan dengan tingkat potensinya masing-masing.
2. Berkembang secara optimal, artinya potensi-potensi yang dikembangkan diusahakan setinggi mungkin sesuai dengan kemamapuan daya dukung pendidikan, seperti sarana, media, metode, lingkungan belajar, dan sebagainya.
3. Berkembang secara integrative, ialah perkembangan semua potensi atau aspek itu saling berkaitan satu satu dengan yang lain dan saling menunjang menuju suatu kesatuan yang bulat.
Implikasi Konsep Pendidikan
Tinjauan tentang psikologi perkembangan, psikologi belajar,psikologi social, dan kesiapan belajar serta aspek-aspek individu, memberikan implikasi kepada konsep pendidikan. Implikasi itu sebagian besar dalam bidang kurikulum sebab materi pelajaran dan proses belajar-mengajar itu harus sejalan dengan perkembangan, cara belajar, cara mereka mengadakan kontak social, dan kesiapan mereka belajar. Implikasinya kepada konsep pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Psikologi perkembangan yang bersifat umum, yang berorientasi pada afeksi, dan pada kognisi, semuanya memberi petunjuk pada pendidik bagaimana seharusnya ia menyiapakan dan mengorganisasi materi pendidikan serta bagaimana membina anak-anak agar mereka mau belajar dengan sukarela.
2. Psikologi belajar
a. Yang klasik
1) Disiplin mental bermanfaat untuk menghafal perkalian dan melatih soal-soal.
2) Naturalis/aktualisasi diri bewrmanfaat untuk pendidikan seumur hidup.
b. Behavioris bermanfaat atau cocok untuk membentuk prilaku nyata,seperti mau menyumbang, giat bekerja, gemar menyanyi, dan sebagainya.
c. Kognisi cocok untuk mempelajari materri-materi pelajaran yang lebih rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan, untuk berkreasi menciptakan sesuatu bentuk atau ide baru.
3. Psikologi social
a. Persepsi diri atau konsep tentang diri-sendiri ternyata bersumber dari prilaku yang overt dan persepsi kita terhadap lingkungan dan banyak dipengaruhi oleh sikap serta perasaan kita. Agar para siswa memiliki konsep diri yang riil maka pendidik perlu mengembangkan prilaku yang overt, persepsi terhadap lingkungan secara wajar, dan sikap serta perasaan yang positif. Konsep diri yang keliru, dapat merusak perkembangan anak.
b. Pembentukan anak secara alami, dikondisi, dan meniru sikap para tokoh. Pendidik perlu membentuk sikap anak yang positif dalam banyak hal. Oleh sebab itu, cara pembentukan sikap ini perlu direncanakan dan dilaksanakan pada waktu dan situasi yang tepat.
c. Sama halnya dengan sikap, motivasi anak-anak juga perlu dikembangkan pada saat yang memungkinkan melalui,
1) Pemenuhan minat dan kebutuhannya
2) Tugas-tugas yang menantang
3) Menanamkan harapan yang sukses dengan cara sering memberikan pengalaman sukses
d. Hubungan yang intim diperlukan dalam proses konseling, pembimbingan, dan belajar dalam kelompok. Karena itu hubungan seperti ini perlu dikembangkan oleh para pendidik.
e. Pendidik perlu membendung perilaku agresif anti social, tetapi mengambangkan agresif prososial dan sanksi. Pengurangan agresif anti social dapat dilakukan dengan menanamkan ketertiban, tidak mengganggu satu sama lain dan berupaya agar anak-anak tidak mengalami rasa putus asa.
f. Pendidik juga perlu mengembangkan kemampuan memimpin dikalangan anak-anak. Sebab kepemimpinan sangat besar peranannya dalam mencapai sukses belajar bersama dan sukses berorganisasi dalam kehidupan setelah dewasa.
4. Kesiapan belajar yang bersifat afektif dan kognitif perlu diperhatikan oleh pendidik agar materi yang dipelajari anak-anak dapat dipahami dan diinternalisasi dengan baik. Kesiapan afektif harus dikembangkan dengan model pengembangan motivasi sedangkan kesiapan kognisi dipelajari dari tingkat-tingkat perkembangan kognisi mereka
5. Kesembilan aspek individu harus diberi perhatian yang sama oleh pendidik dan dilayani secara berimbang
6. Wujud perkembangan total atau berkembang seutuhnya memenuhi tiga criteria, yaitu:
a. Semua potensi berkembang secara proporsional atau berimbang dan harmonis
b. Potensi-potensi itu berkembang secara optimal
c. Potensi-potensi berkembang secara integratif
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan materi diatas, dapat disimpulkan bahwa landasan psokologi adalah suatu landasan yang menjadi dasar acuan untuk memahami jiwa psikis manusia, dmiana jiwa atau psikis tersebut merupakan inti atau kendali kehidupan manusia, yang melekat dalam manusia itudiri.
Dalam perkembangan jiwa dan jasmani inilah seyogyanya anak-anak belajar, sebab pada masa ini mereka peka untuk belajar, dan punya waktu untuk belajar. Oleh kerena itu, layanan-layanan pendidikan terhadap mereka harus dibuat bertingkat-tingkat agar suatu pelajaran dapat dipahami oleh anak.
Pembahasan tentang landasan psikologi yang mencakup psikologi perkembangan, belajar, social, kesiapan belajar, dan aspek-aspek individu, melahirkan konsep pendidikan seperti berikut. Teori belajar disiplin, mental masih bermanfaat untuk melatih perkalian dan soal-soal, sedangkan teori naturalis bermanfaat untuk belajar seumur hidup. Teori belajar behaviorisme untuk membentuk prilaku nyata dan teori belajar kognisi untuk mempelajari hal-hal yang rumit. Persepsi diri atau konsep tentang diri sendiri yang bersumber dari prilaku overt dan persepsi tentang lingkungan serta dipengaruhi oleh sikap dan perasaan, perlu dikembangkan agar setiap anak mempunyai konsep diri secara riil. Juga motivasi untuk belajar dikembangkan melalui pemenuhan minat, tugas yang menantang, dan menanamkan harapan sukses. Semua aspek individu harus diberi perhatian yang sama agar berkembang secara berimbang, optimal, dan terintegrasi agar menjadi manusia berkembang seutuhnya
3.2 SARAN
Berdasarkan paparan materi diatas, maka seoarang guru disarankan:
1. Seorang guru harus mengetahui perkembangan anak, guna mengetahui metode apa yang paling tepat digunakan dalam proses pembelajaran.
2. Seorang guru harus mampu memberikan layanan-layanan pendididkan yang bertingkat-tingkat, agar pelajaran itu dapat dipahami oleh anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Mada Pidarta. 2007. Landasan Kependidikan.Jakarta : Rineka Cipta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar