BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum membicarakan prestasi belajar peserta didik, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.
Menurut Slameto belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Winkel belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.”
Dari pendapat – pendapat para ahli di atas diketahui belajar sangat berpengaruh besar bagi kehidupan seorang dimasa depannya, belajar tidak hanya membaca buku , menhapal kalimat – kalimat kemudian di lupakan , belajar lebih cenderung untuk pembentukan seorang anak menjadi lebih baik , sasaran belajar yaitu pengembangan pada aspek afekti (sikap), aspek kognitif ( kecerdasan / intelegensi ) dan aspek psikomotor (ketrampilan).
Sebagai seorang guru kita tidak boleh memandang anak dari satu aspek saja misal seorang anak yang memiliki intelegansi tinggi memang dia anak yang cerdas tetapi dia belum tentu memiliki sikap yang baik, begitu juga dengan prestasi belajar anak tersebut walaupun dia cerdas dia belum tentu akan mendapatkan prestasi belajar yang tinggi karena untuk menggapai prestasi di pengaruhi banyak factor. Untuk lebih jelasnya akan kami paparkan dalam bab berikutnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang di magsud prestasi belajar?
1.2.2 Apa sajakah yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik?
1.2.3 Bagaimanakah cara belajar yang baik agar memperoleh prestasi belajar?
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan karya tulis kami ini yaitu untuk dapat mengetahui apa yang di magsud dengan prestasi belajar, faktor – faktor apa sajakah yang mempengaruhinya, dan bagaimana cara belajar yang baik agar mendapat prestasi belajar yang maksimal.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian prestasi belajar.
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.
Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.” Menurut W.J.S Purwadarrninto rnenyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan “.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
a. Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Ada kalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar, seperti pendapat para ahli berikut ini :
Menurut Kartono kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin berpendapat bahwa “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
b. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Kartono menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
c. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”
Kemudian Sardiman mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
d. Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Nasution mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik.
(b) motivasi ekstrinsik.
Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Dalam hal ini Hasbullah mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini Kartono berpendapat “Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya.” Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
2.3 Teknik Belajar Agar memperoleh prestasi belajar yang maksimal
The Liang Gie membagi teknik belajar ke dalam dua fase yaitu fase persiapan belajar dan fase proses belajar. Dalam tiap-tiap fase tersebut cara atau teknik belajar tersendiri.
1. Fase Persiapan Belajar
Fase ini merupakan fase sebelum belajar, landasar utama bagi pembentukan cara belajar yang baik adalah sikap mental yang baik, yaitu sikap mental yang ditumbuhkan dan dipelihara dengan sebaik-baiknya agar siswa mempunyai kesadaran berupa kesediaan mental. Tanpa kesediaan mental siswa dalam belajar tidak akan bertahan menghadapi berbagai macam kesukaran, terutama pada saat siswa dihadapi paa berbagai masalah yang harus dipecahkan.
Sikap mental yang perlu diusahakan oleh setiap siswa dalam rangka persiapan belajar sekurang-kurangnya mencakup empat segi, yaitu: Tujuan belajar, minat terhadap pelajaran, kepercayaan paa diri sendiri dan keuletan.
a. Tujuan Belajar
Belajar di sekolah perlu diarahkan pada suatu cita-cita tertentu, cita-cita yang diperjuangkan dengan berbagai macam kegiatan belajar. Tujuan belajar perlu diketahui oleh siswa, agar siswa siap menerima materi pelajaran, seperti apa yang dijelaskan Winarno Surachman bahwa: “Tujuan itu penting anda ketahui terlebih dahulu, sebab jika anda sudah mengetahui tujuan itu maka mental anda pun akan siap menerima, mengolah dan mengatur semua mata pelajaran sesuai dengan tujuan itu.”
b. Minat terhadap mata pelajaran
Setiap siswa seharusnya menaruh minat yang besar terhadap mata pelajaranyang mereka ikuti, karena minat selain memusatkan pikiran juga akan menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar, seperti yang kemukakan oleh The Liang Gie adalah “keriangan hati akan memperbesar kemampuan belajar seseorang dan juga membentunya tidak melupakan apa yang dipelajarinya itu.”
Materi pelajaran dapat dipelajari dengan baik bila siswa dapat memusatkan pikirannya dan menyenangi materi pelajaran tersebut. Siswa kurang berhasil dalam menerima materi pelajaran itu disebabkan siswa itu tidak tertarik dengan materi pelajaran yang disampaikan.
c. Kepercayaan kepada diri sendiri
Setiap siswa perlu yakin mereka mempunyai kemampuan kepercayaan kepada diri sendiri perlu dipupuk sebagai salah satu kesiapan sepenuhnya bahwa tidak ada mata pelajaran yang tidak dapat dipahami bila ia mau belajar dengan giat setiap hari.
d. Keuletan
Hidup seorang siswa selama belajar di sekolah penuh kesukaran-kesukaran, oleh karena itu setiap siswa perlu memiliki keuletan baik jasmani maupun rohani. Untuk memupuk keuletan tersebut hendaknya siswa selalu menganggap setiap persoalan muncul sebagai tantangan yang harus diatasi.
Materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah masih mengharuskan siswa melaksanakan aktifitas mental, untuk menanamkan konsep pelajaran yang lebih baik. Untuk itu Herman Hudoyo menyarankan bahwa: “Belajar haruslah aktif, tidak sekedar pasif saja menerima apa yang diberikan. Dapat mengharapkan jika siswa aktif melibatkan diri dalam menemukan suatu prinsip dasar, anak itu akan mengerti konsep yang lebih baik, ingatannya lebih lama dan akan mampu menggunakan konsep tersebut dikonteks yang lain.”
2. Fase Proses Belajar
Fase ini sangat menentukan seorang siswa berhsail tidaknya di sekolah, pada fase proses belajar ini dituntut kepada siswa untuk menerapkan cara-cara belajar yang sebaik mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam fase ini antara lain:
a. Pedoman dalam belajar
Pedoman dalam belajar perlu dibuat untuk menjadi petunjuk dalam melakukan kegiatan belajar. Karena setiap usaha apapun tentu ada azas-azas yang dijadikan sebagai pedoman demi suksesnya usaha tersebut. Demikian pula dalam belajar, The Liang Gie mengemukakan bahwa: “Prinsip-prinsip belajar itu sekurang-kurangnya menyangkut tiga hal, yaitu keteraturan, disiplin dan konsentrasi.”
Keteraturan dalam belajar sangat penting artinya, bila siswa ingin belajar dengan baik, maka hendaknya siswa dapat menjadikan keteraturan di dalam belajar itu sebagai hal pokok sesuai dengan saran Al-Falasany bahwa: “Keteraturan belajar adalah pangkal utama dari cara belajar yang baik.”
Di dalam belajar siswa akan berhadapan dengan bermacam-macam rintangan yang dapat menangguhkan usaha belajarnya, tetapi dengan mendisiplinkan dirinya sendiri ia akan dapat mengatasi semua hal itu, Al-Falasany mengemukakan bahwa dengan kemauan yang keras dan dengan disiplin ia akan dapat menjauhi godaan dan gangguan yang mendorongnya malas belajar, ogah-ogahan dan menunda-nunda studi.
Setelah faktor keteraturan dan displin di dalam belajar, maka konsentrasi juga sangat diperlukan pada saat berada dalam proses belajar perlu konsentrasi, tanpa konsentrasi ia tidak mungkin dapat menguasai materi pelajaran.
b. Cara mengikuti pelajaran
Untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik di sekolah, maka diharapkan kepada siswa agar dapat memusatkan pikiran dan perhatiannya pada materi pelajaran yangs edang disajikan oleh guru. Karena seperti ET Ruseffendi mengemukakan bahwa: “Anak-anak harus belajar berbuat sendiri dan merasakan sendiri. Makin banyak indera yang dipakai makin efedien anak belajar.”
Siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih banyak bila ia dapat mengikuti pelajaran dengan tertib, penuh perhatian, mencatat dengan baik, serta mau bertanya jika ada penjelasan yang kurang dimengerti. Dengan demikian dapat diharapkan, jika siswa aktif melibatkan diri dalam menemukan prinsip-prinsip dasar siswa itu akan mengerti konsep yang lebih baik.
Namun untuk mempermudah siswa memahami konsep-konsep yang diajarkan di sekolah, sebaiknya siswa sudah mempersiapkan dirinya dengan pengetahuan tentang materi-materi sebelumnya, karena Herman Hudoyo menekankan bahwa: “Pada waktu siswa mempelajari sesuatu konsep yang benar-benar baru, untuk mudah memahami konsep-konsep tersebut, siswa perlu berorientasi dengan pengalaman yang lampau.”
c. Cara mengulangi materi pelajaran/membaca buku
Setelah di sekolah siswa mengikuti pelajaran dengan baik, tentu usaha siswa untuk mendapat pengertian tentang konsep materi pelajaran dengan baik tidak cukup sampai di sini, tetapi siswa perlu lagi mengkaji, mengulangi dan membaca kembali materi tersebut.
Belajar memang tidak lepas dari membaca dan ternyata membaca sebenarnya tidak sesederhana yang kita bayangkan. Membaca mempunyai teknik-teknik tersendiri, sebagaimana juga menulis. Dengan mengikuti teknik membaca sistimatis dan cepat, kita dapat menghemat waktu dan belajar lebih banyak.
Banyak siswa sekolah menengah maupun mahasiswa masih mempunyai kebiasaan yang jelek. Mereka membaca sangat lamban, kurang memahami makna kata dan ungkapan-ungkapan tertentu lebih-lebih dengn bacaan yang berat. Di samping itu tidak dapat merefleksikan apa yang telah dibaca.
Kesukaran belajar banyak ditentukan oleh keterampilan membaca. Memang banyak faktor yang menentukannya. Hal pertama kali yang harus diperhatikan adalah jarak mata dengan buku atau tulisan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudarmanto yaitu: “Jarak membaca yang baik adalah 16 inci (+ 30 cm). Bila dalam membaca jarak itu tidak dapat dijangkau maka ada ketidak-beresan dengan mata.”
Adapun tujuan yang dihadapkan dalam usaha mengulangi kembali pelajaran di rumah itu adalah untuk memperkuat ingatan siswa terhadap materi pelajaran yang akan digunakan untuk memecahkan masalah atau soal-soal. Dalam hal ini Herman Hudoyo menegaskan bahwa: “Ingatan memegang peranan penting di dalam belajar jika siswa harus mencari jalan untuk menyelesaikan suatu masalah.”
2.3 Untuk mencapai prestasi belajar dibutuhkan prisip yang kuat .
Dalam mengerjakan sesuatu seseorang harus mempunyai prinsip-prinsip tertentu, begitu juga halnya dengan belajar. Untuk menertibkan diri dalam belajar harus mempunyai prinsip sebagaimana yang diketahui prinsip belajar memang kompleks tetapi dapat juga dianalisis dan diperinci dalam bentuk-bentuk prinsip atau azas belajar sebagaimana yang dinyatakan oleh Oemar Hamalik meliputi:
1. Belajar harus senantiasa bertujuan, searah dan jelas bagi siswa.
2. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri.
3. Senantiasa ada hambatan dan rintangan dalam belajar, karena itu siswa harus sanggup menghadapi atau mengatasi secara tepat.
4. Belajar memerlukan gimgingan baik itu dari guru atau tuntutan dari buku pelajaran itu sendiri.
5. Jenis belajar yang paling utama ialah belajar yang berpikiran kritis, lebih baik daripada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.
6. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam pembentukan pemecahan masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah tersebut disadari bersama.
7. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari, sehingga diperoleh pengertian-pengertian.
8. Belajar memerlukan latihan dan ulangan, agar apa-apa yang dipelajari dapat dikuasai.
9. Belajar harus disertai dengan keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.
10. Belajar dianggap berhasil apabila si pelajar telah sanggup menerapkan dalam prakteknya.
Banyak siswa yang telah belajar dengan giat tetapi usahanya itu tidak memberikan hasil yang diharapkan, dan sering kali mengalami kegagalan, bekerja keras belum tentu menjamin seseorang dapat belajar dengan berhasil. Di samping itu seorang siswa perlu memperhatikan syarat-syarat dapat belajar secara efesien atau belajar dengan baik. Di antara syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan jasmani, badan yang sehat berarti tidak mengalami gangguan penyakit tertentu cukup dengan vitamin dan seluruh fungsi badan berjalan dengan baik.
2. Rohani yang sehat, tidak berpenyakit syaraf, tidak mengalami gangguan emosional, senang dan stabil
3. Lingkungan yang tenang, tidak ribut, serasi bila mungkin jauh dari keramaian dan gangguan lalu lintas dan tidak ada gangguan yang lainnya.
4. Tempat belajar menyenangkan, cukup udara, cukup matahari, penerangan yang memadai.
5. Tersedia cukkup bahan dan alat-alat yang diperlukan, bahan-bahan dan alat-alat itu menjadi sumber belajar dan alat sebagai pembantu belajar.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. Dan prestasi belajar juga di pengaruhi banyak factor baik factor intern maupun eksteren.
3.2. SARAN
3.2.1. Untuk para orang tua atau guru, berikanlah kebebasan pada anak untuk memilih bidang pelajaran mana yang dia senangi karena setiap anak memiliki minat , bakat, dan intelegensi yang berbeda.
3.2.2. Untuk kita sebagai seorang guru kita harus dapat melakukan kapan kita memperlakukan anak secara umum / sama rata dan kapan kita memperlakukan anak secara khusus agar prestasi belajar dapat tercapai secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Sumadi Suryabrata.2004.Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ahmadi,Abu.1998.Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta
http://id.wikipedia.org/wiki/psikologi
http://smpnbilahhulu.wordpress.com/2008/02/03/pendidikan/psikologi
Kamis, 07 April 2011
Hubungan antara intelegensi dengan kreatifitas siswa
1. Pengertian Intelegensi.
Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Intelegensi yaitu sebagai berikut :
a) Claparde dan Stern mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
b) K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
c) David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
d) William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang.
2. Pengertian Kreativitas.
Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Kreativitas yaitu sebagai berikut :
a) David Campbell, Ph.D menyatakan bahwa kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil dengan kandungan ciri ;
Inovatif : belum pernah ada, segar, menarik, aneh, mengejutkan dan teobosan baru.
Berguna : lebih enak, lebih baik, lebih praktis, mempermudah, mendorong, memecahkan masalah, mengurangi hambatan.
Dapat dimengerti : hasil yang sama dapat dibuat pada waktu yang lain.
b) James R Evan, menyatakan kreativitas adalah keterampilan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah ada dalam pikiran. Setiap kreasi merupakan kombinasi baru dari ide-ide dan produk yang inovatif, seni dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
c) Michael A.West, menyatakan bahwa kreativitas merupakan penyatuan pengetahuan berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik. Kreativitas merupakan salah satu bagian dasar dari usaha manusia. Kreativitas melibatkan kita dalam penemuan-penemuan terus-menerus cara baru dan baik dalam mengerjakan berbagai hal. Atau dalam pengertian yang lebih luas, kreativitas terkait dengan penggunaan berbagai potensi yang dimiliki, baik pengetahuan, intuisi maupun imajinasi sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik dan bermanfaat.
d) Rawlinson (1979:9) mengemukakan Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu gagasan baru maupun karya nyata baru yang merupakan kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada sehingga relatif berbeda dengan yang telah ada.
3. Pengertian Bakat.
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.”
Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Menurut Guilford bakat adalah kecakapan yang dimiliki seseorang sejak lahir untuk melakukan sesuatu.
Menurut Sukardi bakat adalah kualitas yang dimiliki individu yang memungkinkan dirinya dapat berkembang dimasa yang akan dating.
4. Pengertian Prestasi Belajar
Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Intelegensi yaitu sebagai berikut :
Menurut Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Menurut Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
Menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
5. Hubungan antara intelegensi dengan kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.
Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.
6. Hubungan antara intelegensi dengan bakat.
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau aptitude test. Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari Scholastic Aptitude Test adalah Tes Potensi Akademik (TPA) dan Graduate Record Examination (GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory adalah Differential Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest Survey.
7. Hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
8. Kesimpulan
Jadi peranan Intelegensi / kecerdasan setiap orang sangat mempengaruhi kreativitas, bakat , dan prestasi belajarnya. Seseorang yang Tingkat intelegensinya (IQ) tinggi belum tentu memiliki kreativitas, bakat, dan prestasi belajarnya tinggi pula karena setiap individu memiliki motivasi yang berbeda. Tetapi individu yang memiliki IQ lebih tinggi akan lebih mudah berkreativitas dan meraih prestasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan yang memiliki IQ rendah.
Daftar Pustaka :
http://kentanks.blogspirit.com/archive/2006/03/04/intelegensi-dan-iq.html
http://id.wikipedia.org/wiki/bakat/psikologi
http://id.wikipedia.org/wiki/kreativitas/psikologi
http://id.wikipedia.org/wiki/belajar/psikologi
Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Intelegensi yaitu sebagai berikut :
a) Claparde dan Stern mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
b) K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
c) David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
d) William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang.
2. Pengertian Kreativitas.
Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Kreativitas yaitu sebagai berikut :
a) David Campbell, Ph.D menyatakan bahwa kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil dengan kandungan ciri ;
Inovatif : belum pernah ada, segar, menarik, aneh, mengejutkan dan teobosan baru.
Berguna : lebih enak, lebih baik, lebih praktis, mempermudah, mendorong, memecahkan masalah, mengurangi hambatan.
Dapat dimengerti : hasil yang sama dapat dibuat pada waktu yang lain.
b) James R Evan, menyatakan kreativitas adalah keterampilan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah ada dalam pikiran. Setiap kreasi merupakan kombinasi baru dari ide-ide dan produk yang inovatif, seni dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
c) Michael A.West, menyatakan bahwa kreativitas merupakan penyatuan pengetahuan berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik. Kreativitas merupakan salah satu bagian dasar dari usaha manusia. Kreativitas melibatkan kita dalam penemuan-penemuan terus-menerus cara baru dan baik dalam mengerjakan berbagai hal. Atau dalam pengertian yang lebih luas, kreativitas terkait dengan penggunaan berbagai potensi yang dimiliki, baik pengetahuan, intuisi maupun imajinasi sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik dan bermanfaat.
d) Rawlinson (1979:9) mengemukakan Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu gagasan baru maupun karya nyata baru yang merupakan kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada sehingga relatif berbeda dengan yang telah ada.
3. Pengertian Bakat.
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.”
Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Menurut Guilford bakat adalah kecakapan yang dimiliki seseorang sejak lahir untuk melakukan sesuatu.
Menurut Sukardi bakat adalah kualitas yang dimiliki individu yang memungkinkan dirinya dapat berkembang dimasa yang akan dating.
4. Pengertian Prestasi Belajar
Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Intelegensi yaitu sebagai berikut :
Menurut Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Menurut Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
Menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
5. Hubungan antara intelegensi dengan kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.
Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.
6. Hubungan antara intelegensi dengan bakat.
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau aptitude test. Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari Scholastic Aptitude Test adalah Tes Potensi Akademik (TPA) dan Graduate Record Examination (GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory adalah Differential Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest Survey.
7. Hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
8. Kesimpulan
Jadi peranan Intelegensi / kecerdasan setiap orang sangat mempengaruhi kreativitas, bakat , dan prestasi belajarnya. Seseorang yang Tingkat intelegensinya (IQ) tinggi belum tentu memiliki kreativitas, bakat, dan prestasi belajarnya tinggi pula karena setiap individu memiliki motivasi yang berbeda. Tetapi individu yang memiliki IQ lebih tinggi akan lebih mudah berkreativitas dan meraih prestasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan yang memiliki IQ rendah.
Daftar Pustaka :
http://kentanks.blogspirit.com/archive/2006/03/04/intelegensi-dan-iq.html
http://id.wikipedia.org/wiki/bakat/psikologi
http://id.wikipedia.org/wiki/kreativitas/psikologi
http://id.wikipedia.org/wiki/belajar/psikologi
Definisi Intelegensi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Drs.Abu Ahmani dalam bukunya yang berjudul Psikologi Umum mengungkapkan bahwa Psikologi adalah ilmu yang meneliti dan mempelajari tingkahlaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.
Di masyarakat , kedudukan dan peranan psikologi dapat dikatakan sebagai suatu sarana efektif bagi barhasilnya tujuan hidup yang di cita-citakan, baik secara individu ataupun kelompok social, oleh karena psikologi memberikan suatu petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia berbuat untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain dalam mencapai tujuan hidupnya. Di samping itu Psikologi memberikan cara-cara yang lebih tepat dalam mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan. Kehidupan yang ideal bagi setiap orang adalah jika telah tercipta dalam dirinya harmonisasi antara hidup rohaniah dan jasmaniah, dan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan umum.
Jadi dengan mempelajari psikologi kita dapat memilah-milah bagaimana perilaku yang pantas dan bagaimana kurang pantas baik dilingkungan keluarga,sekolah,kampus,ataupun masyarakat umum. Lingkungan juga sangat berperan dalam perkembangan psikologi seseorang ,sebaik apapun perilaku seseorang jika dia bergaul dengan penjahat maka lama-kelamaan dia juga akan menjadi salah satu dari mereka.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah Definisi dari Psikologi Umum ?
1.3 Tujuan penulisan.
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini yaitu :
1.3.1. Untuk mengetahui apa itu psikologi umum.
1.4. Manfaat penulisan
Manfaat dari penulisan karya tulis ini yaitu :
1.4.1. memberi pengertian tentang ilmu psikologi secara umum
BAB II
2.1PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan pendapat para ahli tentang definisi Psikologi secara umum yaitu sebagai berikut :
1). Menurut Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia,
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
2). Menurut www.indonusa.ac.id,
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari human behavior termasuk aplikasi ilmu tersebut untuk real life problem baik untuk masalah-ma salah pendidikan, perkembangan anak, remaja, keluarga, industri & organisasi, sosial, maupun masalah-masalah kesehatan.
3). Menurut Drs.Mahfudh Shalahuddin,
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkahlaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya. Aspek yang dipelajari dalam tingkahlaku manusia tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4). Menurut Plato dan Aristoteles,
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hakekat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
5). Menurut Broadus Watson,
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasiyang objektif terhadap rangsang dan jawaban (respon).
6). Menurut Wilhelm Wundt,
Psikologi adalah ilmu pengtahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti perasaan panca indera, pikiran, feeling dan kehendak.
7). Menurut Woodworth dan Marquis,
Psikologi adalah ilmu pengtahuan yang mempelajari aktivitas –aktivitas individu sejak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan alam sekitar.
8). Menurut DR. phil. Hana Panggabean,
Psychology...is the scientific study of behavior, both external observable action and internal thought .
9). Menurut Ruchimat,
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa , baik mengenai macam - macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.
10). Menurut Prof.Dr.Bimo Walgito,
Psikologi adalah ilmu pengtahuan yang meneliti serta mempelajari perilaku dan perkembangan jiwa manusia .
11). Menurut Menurut Dr.singgih Dirgagunarsa,
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
12). Menurut Drs. H. Abu Ahmadi,
Psikologi adalah ilmu yang meneliti dan mempelajari tingkahlaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.
13). Menurut Knight and knight,
Psychology may be defined as the systematic study of experience and behavior human and animal, normal and abnormal ,individual and social.
14). Menurut Ruch,
Psychology is “sometimes defined as the study of man , but is definition is too broad . The truth is that Psychology is partly biological science and partly a social science , overlapping these two mayor areas and relating them each other”.
BAB III
3.1PENUTUP
3.1.1 Kesimpulan
Dari beberapa pendapat para ahli dapat saya tarik suatu kesimpulan bahwa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan perbuatan individu dalam segala aspek, dimana individu tersebut tidak dapat melepaskan diri dari lingkungannya.
3.1.2 Kritik dan Saran
Saya berharap setelah membaca karya tulis saya ini para pembaca dapat lebih memehami apa itu psikologi secara umum,Psikologi merupakan ilmu yang harus di pahami oleh semua orang khususnya kepada seorang guru karena akan bertemu dengan banyak peserta didik yang memiliki psikologi berbeda – beda .Jadi semua guru harus menguasai ilmu Psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
Mahfudh Shalahuddin ,Drs.1990.Pengantar Psikologi Umum.Surabaya.Bina ilmu.
Bimo Walgito ,Prof.Dr.1989. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta.ANDI Yogyakarta.
Drs. H. Abu Ahmadi, Drs. H.dan Umar, Drs.M.M.A. 1998. Psikologi Umum (edisi revisi). Surabaya.Bina ilmu.
Drs. H. Abu Ahmadi, Drs. H. 2003. Psikologi Umum (edisi revisi).Jakarta.Rineka Cipta.
http://trescent.wordpress.com/2007/08/07/arti-dan-definisi-psikologi/
http://www.indonusa.ac.id/newsite/psiko/index.php?option=com_content&view=article&id=151:psikologi-umum&catid=58:mata-kuliah&Itemid=76
http://farhanzen.wordpress.com/2007/12/28/sejarah-psikologi-sebagai-ilmu-pengetahuan/
http://id.wikipedia.org/wiki/psikologi
http://smpnbilahhulu.wordpress.com/2008/02/03/umum/psikologi /
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Drs.Abu Ahmani dalam bukunya yang berjudul Psikologi Umum mengungkapkan bahwa Psikologi adalah ilmu yang meneliti dan mempelajari tingkahlaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.
Di masyarakat , kedudukan dan peranan psikologi dapat dikatakan sebagai suatu sarana efektif bagi barhasilnya tujuan hidup yang di cita-citakan, baik secara individu ataupun kelompok social, oleh karena psikologi memberikan suatu petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia berbuat untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain dalam mencapai tujuan hidupnya. Di samping itu Psikologi memberikan cara-cara yang lebih tepat dalam mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan. Kehidupan yang ideal bagi setiap orang adalah jika telah tercipta dalam dirinya harmonisasi antara hidup rohaniah dan jasmaniah, dan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan umum.
Jadi dengan mempelajari psikologi kita dapat memilah-milah bagaimana perilaku yang pantas dan bagaimana kurang pantas baik dilingkungan keluarga,sekolah,kampus,ataupun masyarakat umum. Lingkungan juga sangat berperan dalam perkembangan psikologi seseorang ,sebaik apapun perilaku seseorang jika dia bergaul dengan penjahat maka lama-kelamaan dia juga akan menjadi salah satu dari mereka.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah Definisi dari Psikologi Umum ?
1.3 Tujuan penulisan.
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini yaitu :
1.3.1. Untuk mengetahui apa itu psikologi umum.
1.4. Manfaat penulisan
Manfaat dari penulisan karya tulis ini yaitu :
1.4.1. memberi pengertian tentang ilmu psikologi secara umum
BAB II
2.1PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan pendapat para ahli tentang definisi Psikologi secara umum yaitu sebagai berikut :
1). Menurut Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia,
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
2). Menurut www.indonusa.ac.id,
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari human behavior termasuk aplikasi ilmu tersebut untuk real life problem baik untuk masalah-ma salah pendidikan, perkembangan anak, remaja, keluarga, industri & organisasi, sosial, maupun masalah-masalah kesehatan.
3). Menurut Drs.Mahfudh Shalahuddin,
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkahlaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya. Aspek yang dipelajari dalam tingkahlaku manusia tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4). Menurut Plato dan Aristoteles,
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hakekat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
5). Menurut Broadus Watson,
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasiyang objektif terhadap rangsang dan jawaban (respon).
6). Menurut Wilhelm Wundt,
Psikologi adalah ilmu pengtahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti perasaan panca indera, pikiran, feeling dan kehendak.
7). Menurut Woodworth dan Marquis,
Psikologi adalah ilmu pengtahuan yang mempelajari aktivitas –aktivitas individu sejak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan alam sekitar.
8). Menurut DR. phil. Hana Panggabean,
Psychology...is the scientific study of behavior, both external observable action and internal thought .
9). Menurut Ruchimat,
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa , baik mengenai macam - macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.
10). Menurut Prof.Dr.Bimo Walgito,
Psikologi adalah ilmu pengtahuan yang meneliti serta mempelajari perilaku dan perkembangan jiwa manusia .
11). Menurut Menurut Dr.singgih Dirgagunarsa,
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
12). Menurut Drs. H. Abu Ahmadi,
Psikologi adalah ilmu yang meneliti dan mempelajari tingkahlaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.
13). Menurut Knight and knight,
Psychology may be defined as the systematic study of experience and behavior human and animal, normal and abnormal ,individual and social.
14). Menurut Ruch,
Psychology is “sometimes defined as the study of man , but is definition is too broad . The truth is that Psychology is partly biological science and partly a social science , overlapping these two mayor areas and relating them each other”.
BAB III
3.1PENUTUP
3.1.1 Kesimpulan
Dari beberapa pendapat para ahli dapat saya tarik suatu kesimpulan bahwa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan perbuatan individu dalam segala aspek, dimana individu tersebut tidak dapat melepaskan diri dari lingkungannya.
3.1.2 Kritik dan Saran
Saya berharap setelah membaca karya tulis saya ini para pembaca dapat lebih memehami apa itu psikologi secara umum,Psikologi merupakan ilmu yang harus di pahami oleh semua orang khususnya kepada seorang guru karena akan bertemu dengan banyak peserta didik yang memiliki psikologi berbeda – beda .Jadi semua guru harus menguasai ilmu Psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
Mahfudh Shalahuddin ,Drs.1990.Pengantar Psikologi Umum.Surabaya.Bina ilmu.
Bimo Walgito ,Prof.Dr.1989. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta.ANDI Yogyakarta.
Drs. H. Abu Ahmadi, Drs. H.dan Umar, Drs.M.M.A. 1998. Psikologi Umum (edisi revisi). Surabaya.Bina ilmu.
Drs. H. Abu Ahmadi, Drs. H. 2003. Psikologi Umum (edisi revisi).Jakarta.Rineka Cipta.
http://trescent.wordpress.com/2007/08/07/arti-dan-definisi-psikologi/
http://www.indonusa.ac.id/newsite/psiko/index.php?option=com_content&view=article&id=151:psikologi-umum&catid=58:mata-kuliah&Itemid=76
http://farhanzen.wordpress.com/2007/12/28/sejarah-psikologi-sebagai-ilmu-pengetahuan/
http://id.wikipedia.org/wiki/psikologi
http://smpnbilahhulu.wordpress.com/2008/02/03/umum/psikologi /
Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas V Semester I SD Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, Tahun Pelajaran 2009-2010
A. Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas V Semester I SD Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, Tahun Pelajaran 2009-2010
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Peningkatan hasil belajar khususnya di Sekolah Dasar tidak akan terjadi tanpa adanya kerjasama dari berbagai pihak. Pendidikan dan pengajaran dapat berhasil sesuai dengan harapan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berkaitan dan saling menunjang. Faktor yang paling menentukan keberhasilan pendidikan / pengajaran adalah guru, sehingga guru sangat dituntut kemampuannya untuk menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa dengan baik, untuk itu guru perlu mendapatkan pengetahuan tentang metode dan media pengajaran yang dapat di gunakan dalam proses belajar mengajar.
Dari hasil pengamatan proses pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, ternyata belum sepenuhnya melibatkan fisik dan mental siswa. Sehingga dalam proses pembelajaran terkesan siswa kurang aktif dan guru-guru, dalam proses pembelajaran kurang memantapkan penggunaan metode yang telah dipelajari dan jarang sekali menggunakan media. Sehingga hasil belajar yang di peroleh siswa sangat rendah mencapai skor 5,2. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata ulangan yang telah dilaksanakan di kelas V semester I. Rendahnya hasil belajar ini tidak jauh berbeda dengan data yang diperoleh pada saat di kelas IV semester I dan II tahun pelajaran 2008-2009. Padahal Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong telah menetapkan standar ketuntasan minimal yaitu 60, dari hasil tersebut menandakan siswa kurang memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi diperoleh informasi bahwa rendahnya hasil belajar siswa kelas V tersebut dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas. Kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dimengerti tidak dimanfaatkan dengan baik oleh siwa.
2. Guru mengajar dengan menggunakan metode yang monoton yaitu metode ceramah, sehingga siswa cenderung bosan dalam pembelajaran.
3. Aktifitas siswa dalam menjawab, menyelesaikan tugas-tugas masih sangat kurang.
Dengan kondisi seperti itu dipandang perlu diadakan perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu cara untuk meningkatkan pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode yang tepat yaitu metode demonstrasi dan media pengajaran.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “ Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas V Semester I SD Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, Tahun Pelajaran 2009-2010”.
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah sangat erat kaitannya dengan masalah apa yang ingin dikaji. Identifikasi masalah pada penelitian ini antara lain :
1. Kurangnya perhatian guru terhadap pentingnya penggunaan penerapan metode demonstrasi dengan media benda asli dalam kegiatan pembelajaran IPA.
2. Berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa adalah minat siswa rendah dalam belajar IPA, kurangnya sarana dan prasarana belajar, dan siswa tidak memiliki cara belajar yang baik.
D. PEMBATASAN MASALAH
Sejalan dengan hasil identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti adalah; Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester I SD Negeri 1Mayong.
E. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah, Apakah ada peningkatan hasil belajar setelah diterapkan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas V semester I Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, Tahun Pelajaran 2009-2010?
F. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian tindakan kelas ini, adalah :
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar setelah diterapkan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli dalam mata pelajaran IPA siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1 Mayong tahun pelajaran 2009-2010.
G. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis :
1. Manfaat Teoritis
Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan berharga dalam upaya mengembangkan konsep pembelajaran atau strategi belajar mengajar dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, akan terdorong untuk meningkatkan hasil belajar dalam Ilmu Pengetahuan Alam melalui penerapan metode demonstrasi dengan media benda asli.
b. Bagi guru pengajar Ilmu Pengetahuan Alam kelas V dapat meningkatkan profesionalnya dalam pengelolaan proses pembelajaran dengan bahan pelajarannya.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi kepala sekolah, untuk mengambil kebijakan yang tepat dalam kegiatan pengajaran dengan memanfaatkan model pembelajaran, guna menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, efektif dan efesien bagi para guru-guru di Sekolah Dasar.
H. KAJIAN PUSTAKA
1. Hasil Belajar Siswa
Setiap akhir program pembelajaran selalu diadakan evaluasi dengan maksud untuk mengetahui hasil belajar siwa karena hasil belajar yang diperoleh siswa dapat menunjukkan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan hasil belajar di bawah ini akan diuraikan mengenai pengertian hasil belajar, ciri-ciri hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau belajar” (Dimyati dan Moedjiono, 1992 : 40). Hasil belajar dapat berupa pengetahuan (kognitif), tingkah laku atau sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor), yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil belajar merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu tertentu. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat yang diperoleh oleh setiap siswa setelah proses belajar. Di dalam proses belajar siswa mengerjakan hal-hal yang akan dipelajari sesuai dengan tujuan dan maksud belajar. “Hasil belajar akan dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan sikap dan nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi” (Tabrani Rusyan, 1989;8).
Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran melalui evaluasi belajar IPA yang dilakukan dengan tes yang dijadwalkan. Kemajuan yang diperoleh siswa tidak hanya berupa ilmu pengetahuan, tetapi juga berupa sikap dan kecakapan atau keterampilan khususnya dalam mata pelajaran IPA.
b. Ciri-ciri Hasil Belajar
Menurut Karti Soeharto (1995 : 108), belajar ditandai dengan ciri-ciri yaitu : “(1) disengaja dan bertujuan, (2) tahan lama, (3) bukan karena kebetulan, dan (4) bukan karena kematangan dan pertumbuhan”.
Dengan pengalaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi perubahan, baik perubahan pada aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor. Perubahan ketiga aspek tersebut di atas merupakan ciri-ciri hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat A.A. Gede Agung ( 1997 : 78) yang mengatakan bahwa:
Ciri-ciri hasil belajar mengandung tiga hal, yaitu: kognitif, afektif, psikomotor. Hasil belajar kognitif merupakan kemajuan intelektual yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar dengan ciri-ciri sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Hasil belajar afektif adalah perubahan sikap atau kecendrungan yang dialami siswa sebagai hasil belajar sebagai berikut: adanya penerimaan atau perhatian adanya respon atau tanggapan dan penghargaan.
Hasil belajar psikomotor merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan yang dialami siswa dengan ciri-ciri: keberanian menampilkan minat dan kebutuhannya, keberanian berpartisifasi di dalam kegiatan penampilan sebagai usaha/ kreatifitas dan kebebasan melakukan hal di atas tanpa tekanan guru atau orang lain.
Berdasarkan cici-ciri hasil belajar di atas maka tugas guru selain mengajar juga mendidik dan melatih siswa agar menjadi siswa yang cerdas, bersikap baik dan memiliki keterampilan-keterampilan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran di Sekolah dasar, merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghagai Tuhan Yang Masa Esa. Sejalan dengan itu maka hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar menurut Hidayat (2001 : IV) dapat di uaraikan sebagai berikut:
(1) siswa memiliki pemahaman tentang konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari; (2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar; (3) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari; (4) mengenal dan dapat memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar.
Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar dapat diuraikan sebagai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dapat melatih pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA, melatih keterampilan siswa dalam menggunakan alat teknologi sederhana dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan alam sekitar yang pada akhirnya dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa selalu bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-foktor tersebut adalah faktor dalam dan faktor luar individu. “Faktor dalam meliputi : keadaan, motifasi, minat, intelegensi dan bakat siswa. Foktor luar meliputi : fasilitas belajar, waktu, media belajar, dan cara mengajar” (Soemadi Suryabrata 1981 :7). Selain itu, hasil belajar dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologi seperti kecerdasan, motivasi, perhatian, pengindraan, cita-cita peserta didik, kebugaran fisik dan mental, serta lingkungan yang menunjang ( Tabrani Rusyan, 1993 : 32).
Untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik, dalam proses pembelajaran maka guru harus memahami keadaan siswa, baik keadaan fisik, keadaan psikhis, maupun lingkungan atau latar belakang kehidupan siswa.
2. METODE PENGAJARAN
Metode pengajaran berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pengajaran. Di bawah ini diuraikan tentang pengertian metode pengajaran dan macam-macam metode pengajaran.
a. Pengertian Metode
Dalam hal ini metode berasal dari kata “Methodos” yang secara etimologis, berasal dari bahasa latin yaitu “Methodos”. Secara etimologis kata methodos berasal dari kata metha yang artinya dilalui dan hodos yang artinya jalan. Jadi methodos artinya jalan yang dilalui. Secara umum, “metode artinya jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan” (A.A. Gede Agung, 1997: 1).
Dalam pembelajaran metode merupakan suatu cara atau tehnik yang di gunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga dapat mempermudah pencapaian pesan dan mempercepat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.
b. Jenis-jenis metode Pengajaran
Ada sejumlah metode pengajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Berikut ini akan diuraikan tentang jenis-jenis metode pengajaran yang dikutip dari beberapa sumber.
A. Tabrani Rusyan ( 1993 : 63-117) menyatakan bahwa “Jenis-jenis Metode Pengajaran terdiri dari metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dokumentasi, metode AVA, narasumber, wawancara, karyawisata, survei, studi lapangan, proyek pelayanan masyarakat kerja, pengalaman, simulasi, eksperimen, disceoveri, dan penggunaan buku-buku pelajar”.
Pada bagian lain juga diuraikan jenis-jenis metode yang dinyatakan oleh Soetomo (1993 : 147) bahwa “Metode pengajaran terdiri dari metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, demonstrasi, eksperimen dan pemecahan masalah”.
Dari uraian di atas terlihat adanya berbagai jenis metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, akan tetapi harus dipilih sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu dalam penelitian ini akan digunakan 1 macam metode yaitu metode demonstrasi secara lebih mantap karena metode tersebut sesuai dengan pokok bahasan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk kelas V Semester I Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong.
Disamping itu dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam selain berceramah untuk mengimpormasikan konsep, perlu diadakan tanya jawab untuk mengetahui tingkat suatu konsep dan agar pemahaman siswa lebih melekat tentang suatu konsep.
Pada bagian ini akan diuraikan tentang pengertian metode demonstrasi, kelebihan metode demonstrasi, kelemahan metode demontrasi dan penggunaan metode demonstrasi.
1). Pengertian Metode Demonstrasi
Semua metode pengajaran dapat mewakili pencapaian tujuan pendidikan. Pemakaiannya ditentukan oleh tujuan dan isi materi yang akan di ajarkan. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, metode demonstrasi sering digunakan karena materi-materi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagaian besar menggunakan media yang harus didemonstrasikan.
Menurut A.Tabrani Rusyan (1993 : 106) mengatakan bahwa “Metode Demonstrasi adalah merupakan pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan”. Dalam hal ini dengan demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan harapan.
Pakar lain mengemukakan bahwa “Demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang guru menunjukkan atau memperlihatkan suatu proses” (Roestyah,N.K, 1991 : 83).
Sehubungan dengan pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa metode demonstrasi adalah menunjukkkan proses terjadinya sesuatu, agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Dalam demonstrasi siswa dapat mengamati apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.
2). Kelebihan Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi sering digunakan karena merupakan metode yang sangat baik dan efektif dalam menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan yang sifatnya pemahaman. Metode demonstrasi memiliki kelebihan-kelebihan yaitu :
(1) Siswa akan memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai proses sesuatu yang telah didemonstrasikan; (2) Perhatian siswa akan lebih mudah dipusatkan pada hal-hal yang penting yang sedang dibahas; (3) Dapat mengurangi kesalahan pengertian antara anak dan guru bila di bandingkan dengan ceramah dan tanya jawab, karena dengan demonstrasi siswa akan dapat mengamati sendiri proses dari sesuatu; (4) Akan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan apa yang telah di demonstrasikan ( Soetomo, 1993 : 162).
Dengan uraian di atas ditegaskan kembali bahwa dengan demonstrasi akan dapat mengaktifkan siswa, dapat menghindari kesalahan pengertian dari siswa dan guru, dan siswa akan merasa lebih terkesan karena siswa mengalami sendiri. Sehingga akan lebih mendalam dan lebih lama disimpan dalam pikiran tentang sesuatu proses yang terjadi.
3). Kelemahan Metode Demonstrasi
Di samping memiliki beberapa kelebihan, maka metode demonstrasi juga tidak terlepas dari kemungkinan-kemungkinan kurang efektif apabila digunakan. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat membuat demonstrasi kurang efektif menurut Soetomo (1993 : 163) antara lain :
(1) Apabila demonstrasi tidak digunakan secara matang maka bisa terjadi demonstrasi banyak kesulitan; (2) Kadang-kadang sesuatu yang di bawa ke kelas untuk didemonstrsikan terjadi proses yang berlainan dengan proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya; (3) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti secara aktif oleh para siswa untuk mengamati; (4) Demonstrasi akan merupakan metode yang kurang efektif bila alat yang didemonstrasikan itu tidak dapat di amati secara seksama oleh siswa.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode demonstrasi maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti: guru harus mempersiapkan sesuatu yang akan digunakan dalam pelaksanaan demonstrasi, menjelaskan tujuan demonstrasi kepada siswa, memperhatikan situasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi jalannya demonstrasi dan selama demonstrasi hendaknya semua siswa dapat memperhatikan jalannya demonstrasi.
4). Penggunaan Metode Demonstrasi
Penggunaan metode demonstrasi ini mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu. Penggunaan metode demonstrasi menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas karena dapat memusatkan perhatian siswa pada pelajaran, meningkatkan partisipasi aktif siswa untuk mengembangkan kecakapan siswa dan memotvasi siswa untuk belajar lebih giat (Roestyah N.K, 1991 : 84).
Dengan kata lain penggunaan metode demonstrasi bertujuan untuk mewujudkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, menghindari kesalahan dalam memahami konsep-konsep dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, serta dapat melatih kecakapan siswa dalam menganalisa sesuatu yang sedang dialami atau didemonstrsikan.
3. MEDIA PENGAJARAN
Media merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi belajar yang merangsang siswa agar mau belajar, sehingga proses belajar mengajar dapat efektif dan efisien. Di bawah ini akan diuraikan pengertian media pengajaran dan jenis-jenis media pengjaran sebagai berikut :
a. Pengertian Media Pengajaran
Sebagai salah satu komponen yang dapat menentukan keberhasilan proses pembelajaran, adalah media pengajaran, karena media pengajaran merupakan alat bantu menyampaikan informasi.
Arif S. Sadiman (1990 : 6) mengatakan bahwa “media adalah berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar”.
H. Mohamad Ali (1992 : 89) berpendapat bahwa “media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untukmenyalurkan pesan, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar”.
Berdasarkan uraian beberapa pendapat di atas dapat dirangkum bahwa media pengajaran adalah sesuatu yang dijadikan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan atau informasi yang dapat berupa alat bantu dalam proses pembelajaran yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
b. Jenis-jenis Media Pengajaran
Jenis media bermacam-macam, untuk itu sebelum menggunakan media tersebut perlu dikenali dan dipahami media mana yang dapat digunakan untuk materi tertentu yang akan dipelajari dalam suatu proses pembelajaran.
Berikut ini akan diuraikan beberapa pendapat yang menyangkut jenis-jenis media.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1991 : 3) mengatakan bahwa :
“Media pengajaran terdiri dari : (1) Media grafis atau media dua dimensi yang meliputi gambar/ foto grafis, bagan atau diagram, foster dan komik; (2) Media tiga dimensi dalam bentuk model yaitu model padat, model penampang, model susun, model kerja, mock up, diaroma; (3) Media proyeksi seperti slide, film, strips, penggunaan OHP; (4) lingkungan”.
Selain media-media yang disebutkan di atas masih banyak jenis-jenis media lain yang belum disebutkan. Media-media tersebut adalah:
(1) Alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan meliputi gambar yang diproyeksikan, grafis, diagram, bagan, pita, poster, gambar hasil cetak miring, foto gambar sederhana dengan garis dan lengkung; (2) Berbagai visual tiga dimensi yang meliputi benda asli, model barangcontoh, mock up, diorama, pameran dan bak pasir; (3) Berbagai macam papan, papan tulis, papan magnet dan peragaan; (4) Alat-alat audio, tipe recorder dan radio; (5) Alat-alat audio visual, murni, film suara; (6) demonstrasi dan widyawisata (A.Tabrani Rusyan, 1993 : 93).
Disamping itu sebelum digunakan sangat perlu dipahami ciri-ciri bahan media agar tidak mengalami hambatan dalam penerapannya sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam penelitian ini akan digunakan media benda asli sebagai alat perantara dalam penyampaian pesan.
Media Benda Asli
dalam proses pembelajaran, benda asli dapat digunakan sebagai media. Agar lebih memahami tentang media benda asli di bawah ini akan diuraikan tentang pengertian media benda asli, kelebihan media benda asli, kelemahan media benda asli dan penggunaan media benda asli.
1. Pengertian Media Benda Asli
Menurut Ibrahim dan Nana Syahodih (1992 : 3) mengatakan bahwa “media benda asli termasuk media atau sumber belajar yang secara spesifik dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk mempermudah radar belajar yang formal dan direncanakan”. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999; 202) menyatakan “media benda asli merupakan benda yang sebenarnya yang membantu pengalaman nyata peserta didik dan menarik minat dan semangat belajar sisiwa”.
Dengan menggunakan media benda asli akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa untuk mempelajari berbagai hal terutama menyangkut pengembangan keterampilan tertentu.
2. Kelebihan Media Benda Asli
Media benda asli memiliki kelebihan atau keunggulan. Kelebihan tersebut antara lain: (1) Dapat membantu guru dalam menjelaskan sesuatu kepada peserta didik; (2) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari situasi yang nyata; (3) Dapat melatih keterampilan siswa menggunakan alat indra (A.Tabrani, Rusyan, 1993:199).
Berdasarkan uraian di atas dipertegas kembali bahwa kelebihan media benda asli dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari sesuatu menggunakan obyek-obyek nyata.
3. Kelemahan Media Benda Asli
Media benda asli selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan media benda asli yaitu :
(1) Membawa siswa ke berbagai tempat di luar sekolah, kadang-kadang mengandung resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya; (2) Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai obyek nyata kadang-kadang tidak sedikit apalagi kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya; (3) Tidak selalu memberikan gambaran dari obyek yang seharusnya (R.Ibrahim dan Nana Syahodih, 1992/1993 : 82).
Kelemahan-kelemahan yang diuraikan di atas hendaknya dapat diatasi dengan cara menggunakan media benda asli yang ada di sekitar lokasi sekolah yang dapat dijadikan penunjang dalam proses pembelajaran, di sesuaikan dengan pelajaran dan berusaha membawa benda asli ke kelas yang dapat digunakan untuk menjelaskan materi dalam lingkup kelas.
4. Penggunaan Media Benda Asli
Salah satu komponen yang juga dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran adalah media pembelajaran. Karena media pembelajaran mampu menyampaikan pesan atau informasi, baik dari guru kepada siswa maupun media itu sendiri kepada guru maupun siswa. Media benda asli mempunyai kegunaan sebagai berikut :
(1) Memperjelas perjanjian pesan agar tidak selalu bersifat verbalitas; (2) Mengawasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra; (3) Dengan menggunakan media secara tepat mengatasi sikap positif anak didik; (4) Media dapat memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama pada anak didik (Arief S. Sadiman, 1990 : 16).
Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa penggunaan media pada saat proses pembelajaran berlangsung, akan lebih baik dari pada berceramah saja karena media pendidikan/ pengajaran dapat membantu untuk memperjelas pesan yang kita sampaikan, merangsang siswa untuk memperoleh pengalaman yang sama dan dapat menarik minat siswa untuk belajar. Sehingga dengan penggunaan media tersebut siswa menjadi lebih giat belajar dan mempunyai pengalaman serta persepsi yang sama tentang suatu konsep yang dipelajari.
4. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan, maka kerangka berpikir dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Hubungan penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli pada mata pelajaran IPA.
Penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli sangat cocok digunakan untuk menyampaikan informasi tentang konsep-konsep IPA dan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang suatu konsep perlu dilakukan tanya jawab, agar tidak terjadi kesalahan konsep maka diperlukan suatu pembuktian dengan suatu proses melalui demonstrasi dengan menggunakan media benda asli yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan didemonstrasikan.
2. Hubungan penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Banyak pengaruh sikap terhadap kegiatan keberhasilan belajar salah satunya adalah metode dan model pembelajaran yang digunakan. Hubungan penerapan metode demonstrasi dan media benda asli dengan hasil belajar sangat erat dalam artian, dengan penerapan metode demonstrasi dan media benda asli dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, jika dalam proses penerapan metode demonstrasi dan media benda asli betul-betul dapat diterapkan sesuai dengan langkah-langkah dari penerapan masing-masing metode tersebut. Selain itu sikap dapat menentukan prestasi belajar seseorang memuaskan atau tidak. Sikap yang dimaksud adalah minat, keterbukaan pikiran, prasangka dan kesetiaan. Sikap yang positif terhadap mata pelajaran merangsang cepatnya berlangsung kegiatan belajar. Sikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima dan menolak suatu objek sebagai sesuatu yang berguna. Sikap merupakan sesuatu yang sangat rumit yang mengandung komponen yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
5. HIPOTESIS
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis / dugaan sementara sebagai berikut :
Jika penerapan metode demonstrasi dengan media benda asli dalam pembelajaran IPA dapat berjalan dengan efektif dan efesien, maka diduga atau ditafsirkan hasil belajar siswa akan cenderung meningkat.
I. METODELOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ). Rangkaian kegiatan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini mengacu pada pedoman PTK dari Stephen Kemmis dan Robin MC. PTK sangat erat hubungannya dengan praktek pembelajaran yang dihadapi guru. Tujuan melakukan PTK yaitu untuk meningkatkan dan memperbaiki praktek yang seharusnya dilakukan oleh guru, sehingga guru akan lebih banyak berlatih mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif sebagai upaya untuk meningkatkan layanan pembelajaran dari pada perolehan pengetahuan umum dalam bidang pendidikan yang dapat digeneralisasikan.
Ada beberapa keunggulan, ketika seorang guru melakukan penelitian dengan menggunakan metode tindakan, yaitu sebagai berikut :
1. Mereka tidak harus meninggalkan tempat kerjanya.
2. Mereka dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah direncanakan.
3. Bila treatment ( perlakuan ) dilakukan pada responden maka responden dapat merasakan hasil treatment ( perlakuan ) dari penelitian tindakan kelas. Tiga keunggulan dari penelitian tindakan kelas ini, tidak dimiliki oleh penelitian dengan metode penelitian lain.
2. Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SD No.1 Mayong Kecamatan Seririt pada siswa kelas V yang berjumlah 20 orang, yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan.
3. DEFINISI OPERASIONAL
a. Metode demonstrasi adalah menunjukkkan proses terjadinya sesuatu, agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Dalam demonstrasi siswa dapat mengamati apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.
b. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah mengalami interaksi proses pembelajaran melalui evaluasi belajar selama satu periode tertentu, dan melatih pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA, melatih keterampilan siswa dalam menggunakan alat teknologi sederhana dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan alam sekitar yang pada akhirnya dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan (kognitif), tingkah laku atau sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor), yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil belajar merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu tertentu.
4. Rancangan Pelaksanaan Penelitian
“Penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian yang dimaksud untuk memperbaiki pembelajaran” (Kasihani Kasbolah, 1998; 12). Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, meliputi; 1)tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan, 3) tahap evalasi/observasi, dan 4)tahap refleksi.
Masing-masing tahapan ini secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
Siklus ke n
keterangan:
1. Rencana tindakan
2. Pelaksanaan tindakan
3. Pemantauan dan Evaluasi
4. Refleksi dan Revisi
a. Rencana Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
1. Rencana Penelitian
Hal-hal yang perlu disampaikan adalah; 1) menyusun persiapan mengajar sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan dalam setiap pertemuan, 2) menyiapkan media sesuai dengan pokok bahasan, 3) menentukan metode mengajar, dan 4) menyiapkan alat penelitian.
2. Tindakan
Paada tahap ini, penelitian melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Struktur waktu diatur sebagai berikut; apersepsi 5 menit, kegiatan inti 45 menit, evaluasi 20 menit, dan tindak lanjut 5 menit. Maka waktu keseluruhan menjadi 75 menit yang dilaksanakan pada satu kali pertemuan.
3. Evaluasi
Pada setiap akhir pertemuan/ akhir siklus dilakukan evaluasi dengan pemberian tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa sebanyak 3 kali tes yaitu: tes pertama materi pertemuan I-II, tes kedua materi pertemuan III dan tes katiga materi pertemuan IV dan V.
4. Refleksi
Refleksi ini dilakukan untuk mengkaji hasil tindakan pada siklus I mengenai hasil belajar IPA. Hasil kajian tindakan siklus I selanjutnya untuk dipikirkan serta ditetapkan beberapa alternative tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Tindakan ini ditetapkan menjadi tindakan baru pada siklus II.
b. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
1. Rencana Penelitian
Beberapa hal yang perlu disiapkan yaitu; 1) menyusun persiapan mengajar sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan, 2) menyiapkan media sesuai dengan pokok bahasan, 3) menentukan metode mengajar, dan 4) menyiapkan alat penelitian.
2. Tindakan
Penelitian melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan jadwal dan merencanakan alokasi waktu seperti; apersepsi 5 menit, kegiatan inti 45 menit, evaluasi 20 menit, dan tindak lanjut 5 menit. Maka keseluruhan waktu menjadi 75 menit yang dilaksanakan pada satu kali pertemuan.
3. Evaluasi
Pada setiap akhir pertemuan/ akhir siklus dilakukan evaluasi dengan pemberian tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa sebanyak 3 kali yang rinciannya sebagai berikut: tes pertama materi dalam pertemuan I-II, tes kedua materi pertemuan III –IV,tes katiga materi dalam pertemuan V.
4. Refleksi
Penelitian hasil observasi atau evaluasi penellitian tindakan kelas pada siklus II mendapat hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan hasil belajar siswa.
5. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Pada penelitian PTK ini data dikumpulkan dengan menggunakan metode Tes.
Metode Tes
Metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang atau kelompok orang yang dites. Dari tes dapat menghasilkan skor yang nantinya dibandingkan dengan kriteria tertentu sehingga memperoleh nilai (A.A. Gede Agung,1997 : 75).
Metode tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan alat pengumpul data berupa butir-butir tes yang sesuai dengan pokok bahasan yang sudah diajarkan.
6. Metode Analisis Data
Setelah semua data sudah didapat maka peneliti akan melakukan analisis data secara analisis statistik deskriftif dan metode analisis deskriptif kuantitatif sebagai berikut :
1. Metode Analisis Statistik Deskriptif
Metode analisis statistik deskriptif yaitu : suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus seperti distribusi frekuensi, grafik, mean, median, strandar deviasi untuk menggambarkan suatu obyek atau variable tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum ( A.A. Gede Agung, 1999 : 76).
a. Tabel Distribusi Frekuensi
Data yang telah terkumpul di olah dan disajikan ke dalam table distribusi frekuensi dengan menentukan kelas interval terlebih dahulu, dengan cara menghitung rentangan (R) dengan rumus :
R = Xt –Xr
Jika hasilnya < 15, maka dibuat tabel distribusi frekuensi dengan data tunggal. Sedangkan jika R >15, maka di gunakan tabel distribusi frekuensi dengan data bergolong.
Contoh tabel distribusi frekuensi
Distribusi Frekuensi Tingkat Hasil Belajar
Skor X F Fk Fx
( Nurkancana, 1986 : 145)
Keterangan :
X : Skor Fk : Frekuensi komulatif
F : Frekuensi Fx : Frekuensi x skor
Adapun rumus-rumus yang dipergumakan dalam analisis statistik deskriftif yaitu :
b. Menghitung Mean ( Rata-rata)
Σfx
M = ( Sujana, 1975 : 38)
N
Keterangan :
M : Rata-rata
Σfx : Jumlah skor seluruh siswa
N : Jumlah siswa
c. Menghitung Median (Me)
Untuk menghitung Median yang datanya tunggal menggunakan skor yang mengandung frekuensi komulatif setengah N. Median adalah skor yang membatasi 50% distribusi sebelah bawah.
Untuk menghitung median datanya bergolong di gunakan rumus :
½ N - fkb
Me = B-: ────── ( Sutrisno, 1997 : 44)
fm
Keterangan :
Me : Median
B : Batas Bawah
I : Panjang interval
N : Banyak data
Fkb : Frekuensi komulatif bawah median
Fm : Frekuensi pada daerah median
d. Menghitung Modus
Untuk menghitung modus jika datanya tunggal adalah skor yang memiliki frekuensi tinggi.
Untuk menghitung modus yang datanya bergolong digunakan rumus :
b1
Mo = B + i ───── ( Sujana, 1975: 43)
b1 + b2
Keterangan :
B : Batas kelas bawah interval Modus
I : Kelas interval
b1 : Frekuensi Mo- frekuensi kelas interval yang lebih rendah
b2 : Frekuensi Mo- frekuensi kelas interval yang lebih tinggi
2. Metode Analisis Statistik Deskriptif Kuantitatif
Metode analisis statistik deskriptif kuantitatif adalah : suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematik dalambentuk angka-angka atau presentase mengenai suatu objek sehingga diperoleh kesimpulan umum ( A.A. Gede Agung, 1996 : 76).
Metode ini digunakan untuk menentukan tinggkat hasil belajar yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala 5.
a. Menghitung Hasil Belajar
Untuk menghitung tingkat hasil belajar digunakan rumus :
M
M ( % ) = ─── x 100 % ............................( A.A. Agung, 1997 : 78 )
SMI
Keterangan :
M ( % ) = Rata – rata Persen
M = Rata – rata Skor (Mean)
SMI = Skor Maksimal Ideal
b. Konversi Kreteria PAP Skala 5
Kreteria PAP Skala 5 Tingkat Hasil Belajar Siswa
PERSENTASE KRITERIA
90-100
80-89
65-79
55-64
0-54 Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik
(A.A. Gede Agung, 1997 : 76).
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. A. Gede, 1997. Pengantar Evaluasi Pengajaran, Singaraja : STKIP. ................1999. Metodologi Penelitian Pendidikan, Singaraja : STKIP Singaraja.
Ali, H. Mohamad, 1992. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru.
Dimyati dan Moedjono, 1992/1993. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Depdikbud.
Hadiat, 2001. Alam Sekitar Kita 4. IPA Untuk Sekolah Dasar Kelas 6, Jakarta : Depdikbud.
Ibrahim dan Nana Syahodih, 1992/ 1993. Perencanaan Pengajaran Depdikbud.
Roestyah, N. K, 1991. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Reneka Cipta.
Rusyan Tabarin, 1993. Proses Belajar Mengajar Yang Efektif tingkat Pendidikan Dasar, Bandung : Bina Budhaya.
Sadia I Wayan, 1998. Penelitian Tingkat Konsep Dasar dan Penerapan (terjemahan), Singaraja : STKIP Singaraja.
Sadiman, Arif S., 1990. Media Pendidikan, Jakarta : Raya Grafindo Persada.
Soeharto, Karni, 1995.Teknologi Pembelajaran, Surabaya : Intelek Club.
Soetomo, 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya : Usaha Nasional.
Sujana Nana dan Ahmad Rivai, 1991. Media Pengajaran, Bandung : Sinar Baru.
Suryabrata, Soemadi, 1981. Psikologi Pendidikan, Bandung : Angkasa.
sumber: http://susilofy.wordpress.com
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Peningkatan hasil belajar khususnya di Sekolah Dasar tidak akan terjadi tanpa adanya kerjasama dari berbagai pihak. Pendidikan dan pengajaran dapat berhasil sesuai dengan harapan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berkaitan dan saling menunjang. Faktor yang paling menentukan keberhasilan pendidikan / pengajaran adalah guru, sehingga guru sangat dituntut kemampuannya untuk menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa dengan baik, untuk itu guru perlu mendapatkan pengetahuan tentang metode dan media pengajaran yang dapat di gunakan dalam proses belajar mengajar.
Dari hasil pengamatan proses pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, ternyata belum sepenuhnya melibatkan fisik dan mental siswa. Sehingga dalam proses pembelajaran terkesan siswa kurang aktif dan guru-guru, dalam proses pembelajaran kurang memantapkan penggunaan metode yang telah dipelajari dan jarang sekali menggunakan media. Sehingga hasil belajar yang di peroleh siswa sangat rendah mencapai skor 5,2. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata ulangan yang telah dilaksanakan di kelas V semester I. Rendahnya hasil belajar ini tidak jauh berbeda dengan data yang diperoleh pada saat di kelas IV semester I dan II tahun pelajaran 2008-2009. Padahal Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong telah menetapkan standar ketuntasan minimal yaitu 60, dari hasil tersebut menandakan siswa kurang memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi diperoleh informasi bahwa rendahnya hasil belajar siswa kelas V tersebut dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas. Kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dimengerti tidak dimanfaatkan dengan baik oleh siwa.
2. Guru mengajar dengan menggunakan metode yang monoton yaitu metode ceramah, sehingga siswa cenderung bosan dalam pembelajaran.
3. Aktifitas siswa dalam menjawab, menyelesaikan tugas-tugas masih sangat kurang.
Dengan kondisi seperti itu dipandang perlu diadakan perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu cara untuk meningkatkan pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode yang tepat yaitu metode demonstrasi dan media pengajaran.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “ Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas V Semester I SD Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, Tahun Pelajaran 2009-2010”.
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah sangat erat kaitannya dengan masalah apa yang ingin dikaji. Identifikasi masalah pada penelitian ini antara lain :
1. Kurangnya perhatian guru terhadap pentingnya penggunaan penerapan metode demonstrasi dengan media benda asli dalam kegiatan pembelajaran IPA.
2. Berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa adalah minat siswa rendah dalam belajar IPA, kurangnya sarana dan prasarana belajar, dan siswa tidak memiliki cara belajar yang baik.
D. PEMBATASAN MASALAH
Sejalan dengan hasil identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti adalah; Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester I SD Negeri 1Mayong.
E. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah, Apakah ada peningkatan hasil belajar setelah diterapkan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas V semester I Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, Tahun Pelajaran 2009-2010?
F. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian tindakan kelas ini, adalah :
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar setelah diterapkan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli dalam mata pelajaran IPA siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1 Mayong tahun pelajaran 2009-2010.
G. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis :
1. Manfaat Teoritis
Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan berharga dalam upaya mengembangkan konsep pembelajaran atau strategi belajar mengajar dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, akan terdorong untuk meningkatkan hasil belajar dalam Ilmu Pengetahuan Alam melalui penerapan metode demonstrasi dengan media benda asli.
b. Bagi guru pengajar Ilmu Pengetahuan Alam kelas V dapat meningkatkan profesionalnya dalam pengelolaan proses pembelajaran dengan bahan pelajarannya.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi kepala sekolah, untuk mengambil kebijakan yang tepat dalam kegiatan pengajaran dengan memanfaatkan model pembelajaran, guna menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, efektif dan efesien bagi para guru-guru di Sekolah Dasar.
H. KAJIAN PUSTAKA
1. Hasil Belajar Siswa
Setiap akhir program pembelajaran selalu diadakan evaluasi dengan maksud untuk mengetahui hasil belajar siwa karena hasil belajar yang diperoleh siswa dapat menunjukkan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan hasil belajar di bawah ini akan diuraikan mengenai pengertian hasil belajar, ciri-ciri hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau belajar” (Dimyati dan Moedjiono, 1992 : 40). Hasil belajar dapat berupa pengetahuan (kognitif), tingkah laku atau sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor), yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil belajar merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu tertentu. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat yang diperoleh oleh setiap siswa setelah proses belajar. Di dalam proses belajar siswa mengerjakan hal-hal yang akan dipelajari sesuai dengan tujuan dan maksud belajar. “Hasil belajar akan dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan sikap dan nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi” (Tabrani Rusyan, 1989;8).
Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran melalui evaluasi belajar IPA yang dilakukan dengan tes yang dijadwalkan. Kemajuan yang diperoleh siswa tidak hanya berupa ilmu pengetahuan, tetapi juga berupa sikap dan kecakapan atau keterampilan khususnya dalam mata pelajaran IPA.
b. Ciri-ciri Hasil Belajar
Menurut Karti Soeharto (1995 : 108), belajar ditandai dengan ciri-ciri yaitu : “(1) disengaja dan bertujuan, (2) tahan lama, (3) bukan karena kebetulan, dan (4) bukan karena kematangan dan pertumbuhan”.
Dengan pengalaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi perubahan, baik perubahan pada aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor. Perubahan ketiga aspek tersebut di atas merupakan ciri-ciri hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat A.A. Gede Agung ( 1997 : 78) yang mengatakan bahwa:
Ciri-ciri hasil belajar mengandung tiga hal, yaitu: kognitif, afektif, psikomotor. Hasil belajar kognitif merupakan kemajuan intelektual yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar dengan ciri-ciri sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Hasil belajar afektif adalah perubahan sikap atau kecendrungan yang dialami siswa sebagai hasil belajar sebagai berikut: adanya penerimaan atau perhatian adanya respon atau tanggapan dan penghargaan.
Hasil belajar psikomotor merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan yang dialami siswa dengan ciri-ciri: keberanian menampilkan minat dan kebutuhannya, keberanian berpartisifasi di dalam kegiatan penampilan sebagai usaha/ kreatifitas dan kebebasan melakukan hal di atas tanpa tekanan guru atau orang lain.
Berdasarkan cici-ciri hasil belajar di atas maka tugas guru selain mengajar juga mendidik dan melatih siswa agar menjadi siswa yang cerdas, bersikap baik dan memiliki keterampilan-keterampilan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran di Sekolah dasar, merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghagai Tuhan Yang Masa Esa. Sejalan dengan itu maka hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar menurut Hidayat (2001 : IV) dapat di uaraikan sebagai berikut:
(1) siswa memiliki pemahaman tentang konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari; (2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar; (3) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari; (4) mengenal dan dapat memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar.
Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar dapat diuraikan sebagai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dapat melatih pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA, melatih keterampilan siswa dalam menggunakan alat teknologi sederhana dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan alam sekitar yang pada akhirnya dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa selalu bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-foktor tersebut adalah faktor dalam dan faktor luar individu. “Faktor dalam meliputi : keadaan, motifasi, minat, intelegensi dan bakat siswa. Foktor luar meliputi : fasilitas belajar, waktu, media belajar, dan cara mengajar” (Soemadi Suryabrata 1981 :7). Selain itu, hasil belajar dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologi seperti kecerdasan, motivasi, perhatian, pengindraan, cita-cita peserta didik, kebugaran fisik dan mental, serta lingkungan yang menunjang ( Tabrani Rusyan, 1993 : 32).
Untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik, dalam proses pembelajaran maka guru harus memahami keadaan siswa, baik keadaan fisik, keadaan psikhis, maupun lingkungan atau latar belakang kehidupan siswa.
2. METODE PENGAJARAN
Metode pengajaran berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pengajaran. Di bawah ini diuraikan tentang pengertian metode pengajaran dan macam-macam metode pengajaran.
a. Pengertian Metode
Dalam hal ini metode berasal dari kata “Methodos” yang secara etimologis, berasal dari bahasa latin yaitu “Methodos”. Secara etimologis kata methodos berasal dari kata metha yang artinya dilalui dan hodos yang artinya jalan. Jadi methodos artinya jalan yang dilalui. Secara umum, “metode artinya jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan” (A.A. Gede Agung, 1997: 1).
Dalam pembelajaran metode merupakan suatu cara atau tehnik yang di gunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga dapat mempermudah pencapaian pesan dan mempercepat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.
b. Jenis-jenis metode Pengajaran
Ada sejumlah metode pengajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Berikut ini akan diuraikan tentang jenis-jenis metode pengajaran yang dikutip dari beberapa sumber.
A. Tabrani Rusyan ( 1993 : 63-117) menyatakan bahwa “Jenis-jenis Metode Pengajaran terdiri dari metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dokumentasi, metode AVA, narasumber, wawancara, karyawisata, survei, studi lapangan, proyek pelayanan masyarakat kerja, pengalaman, simulasi, eksperimen, disceoveri, dan penggunaan buku-buku pelajar”.
Pada bagian lain juga diuraikan jenis-jenis metode yang dinyatakan oleh Soetomo (1993 : 147) bahwa “Metode pengajaran terdiri dari metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, demonstrasi, eksperimen dan pemecahan masalah”.
Dari uraian di atas terlihat adanya berbagai jenis metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, akan tetapi harus dipilih sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu dalam penelitian ini akan digunakan 1 macam metode yaitu metode demonstrasi secara lebih mantap karena metode tersebut sesuai dengan pokok bahasan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk kelas V Semester I Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong.
Disamping itu dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam selain berceramah untuk mengimpormasikan konsep, perlu diadakan tanya jawab untuk mengetahui tingkat suatu konsep dan agar pemahaman siswa lebih melekat tentang suatu konsep.
Pada bagian ini akan diuraikan tentang pengertian metode demonstrasi, kelebihan metode demonstrasi, kelemahan metode demontrasi dan penggunaan metode demonstrasi.
1). Pengertian Metode Demonstrasi
Semua metode pengajaran dapat mewakili pencapaian tujuan pendidikan. Pemakaiannya ditentukan oleh tujuan dan isi materi yang akan di ajarkan. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, metode demonstrasi sering digunakan karena materi-materi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagaian besar menggunakan media yang harus didemonstrasikan.
Menurut A.Tabrani Rusyan (1993 : 106) mengatakan bahwa “Metode Demonstrasi adalah merupakan pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan”. Dalam hal ini dengan demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan harapan.
Pakar lain mengemukakan bahwa “Demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang guru menunjukkan atau memperlihatkan suatu proses” (Roestyah,N.K, 1991 : 83).
Sehubungan dengan pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa metode demonstrasi adalah menunjukkkan proses terjadinya sesuatu, agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Dalam demonstrasi siswa dapat mengamati apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.
2). Kelebihan Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi sering digunakan karena merupakan metode yang sangat baik dan efektif dalam menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan yang sifatnya pemahaman. Metode demonstrasi memiliki kelebihan-kelebihan yaitu :
(1) Siswa akan memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai proses sesuatu yang telah didemonstrasikan; (2) Perhatian siswa akan lebih mudah dipusatkan pada hal-hal yang penting yang sedang dibahas; (3) Dapat mengurangi kesalahan pengertian antara anak dan guru bila di bandingkan dengan ceramah dan tanya jawab, karena dengan demonstrasi siswa akan dapat mengamati sendiri proses dari sesuatu; (4) Akan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan apa yang telah di demonstrasikan ( Soetomo, 1993 : 162).
Dengan uraian di atas ditegaskan kembali bahwa dengan demonstrasi akan dapat mengaktifkan siswa, dapat menghindari kesalahan pengertian dari siswa dan guru, dan siswa akan merasa lebih terkesan karena siswa mengalami sendiri. Sehingga akan lebih mendalam dan lebih lama disimpan dalam pikiran tentang sesuatu proses yang terjadi.
3). Kelemahan Metode Demonstrasi
Di samping memiliki beberapa kelebihan, maka metode demonstrasi juga tidak terlepas dari kemungkinan-kemungkinan kurang efektif apabila digunakan. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat membuat demonstrasi kurang efektif menurut Soetomo (1993 : 163) antara lain :
(1) Apabila demonstrasi tidak digunakan secara matang maka bisa terjadi demonstrasi banyak kesulitan; (2) Kadang-kadang sesuatu yang di bawa ke kelas untuk didemonstrsikan terjadi proses yang berlainan dengan proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya; (3) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti secara aktif oleh para siswa untuk mengamati; (4) Demonstrasi akan merupakan metode yang kurang efektif bila alat yang didemonstrasikan itu tidak dapat di amati secara seksama oleh siswa.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode demonstrasi maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti: guru harus mempersiapkan sesuatu yang akan digunakan dalam pelaksanaan demonstrasi, menjelaskan tujuan demonstrasi kepada siswa, memperhatikan situasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi jalannya demonstrasi dan selama demonstrasi hendaknya semua siswa dapat memperhatikan jalannya demonstrasi.
4). Penggunaan Metode Demonstrasi
Penggunaan metode demonstrasi ini mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu. Penggunaan metode demonstrasi menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas karena dapat memusatkan perhatian siswa pada pelajaran, meningkatkan partisipasi aktif siswa untuk mengembangkan kecakapan siswa dan memotvasi siswa untuk belajar lebih giat (Roestyah N.K, 1991 : 84).
Dengan kata lain penggunaan metode demonstrasi bertujuan untuk mewujudkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, menghindari kesalahan dalam memahami konsep-konsep dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, serta dapat melatih kecakapan siswa dalam menganalisa sesuatu yang sedang dialami atau didemonstrsikan.
3. MEDIA PENGAJARAN
Media merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi belajar yang merangsang siswa agar mau belajar, sehingga proses belajar mengajar dapat efektif dan efisien. Di bawah ini akan diuraikan pengertian media pengajaran dan jenis-jenis media pengjaran sebagai berikut :
a. Pengertian Media Pengajaran
Sebagai salah satu komponen yang dapat menentukan keberhasilan proses pembelajaran, adalah media pengajaran, karena media pengajaran merupakan alat bantu menyampaikan informasi.
Arif S. Sadiman (1990 : 6) mengatakan bahwa “media adalah berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar”.
H. Mohamad Ali (1992 : 89) berpendapat bahwa “media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untukmenyalurkan pesan, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar”.
Berdasarkan uraian beberapa pendapat di atas dapat dirangkum bahwa media pengajaran adalah sesuatu yang dijadikan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan atau informasi yang dapat berupa alat bantu dalam proses pembelajaran yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
b. Jenis-jenis Media Pengajaran
Jenis media bermacam-macam, untuk itu sebelum menggunakan media tersebut perlu dikenali dan dipahami media mana yang dapat digunakan untuk materi tertentu yang akan dipelajari dalam suatu proses pembelajaran.
Berikut ini akan diuraikan beberapa pendapat yang menyangkut jenis-jenis media.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1991 : 3) mengatakan bahwa :
“Media pengajaran terdiri dari : (1) Media grafis atau media dua dimensi yang meliputi gambar/ foto grafis, bagan atau diagram, foster dan komik; (2) Media tiga dimensi dalam bentuk model yaitu model padat, model penampang, model susun, model kerja, mock up, diaroma; (3) Media proyeksi seperti slide, film, strips, penggunaan OHP; (4) lingkungan”.
Selain media-media yang disebutkan di atas masih banyak jenis-jenis media lain yang belum disebutkan. Media-media tersebut adalah:
(1) Alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan meliputi gambar yang diproyeksikan, grafis, diagram, bagan, pita, poster, gambar hasil cetak miring, foto gambar sederhana dengan garis dan lengkung; (2) Berbagai visual tiga dimensi yang meliputi benda asli, model barangcontoh, mock up, diorama, pameran dan bak pasir; (3) Berbagai macam papan, papan tulis, papan magnet dan peragaan; (4) Alat-alat audio, tipe recorder dan radio; (5) Alat-alat audio visual, murni, film suara; (6) demonstrasi dan widyawisata (A.Tabrani Rusyan, 1993 : 93).
Disamping itu sebelum digunakan sangat perlu dipahami ciri-ciri bahan media agar tidak mengalami hambatan dalam penerapannya sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam penelitian ini akan digunakan media benda asli sebagai alat perantara dalam penyampaian pesan.
Media Benda Asli
dalam proses pembelajaran, benda asli dapat digunakan sebagai media. Agar lebih memahami tentang media benda asli di bawah ini akan diuraikan tentang pengertian media benda asli, kelebihan media benda asli, kelemahan media benda asli dan penggunaan media benda asli.
1. Pengertian Media Benda Asli
Menurut Ibrahim dan Nana Syahodih (1992 : 3) mengatakan bahwa “media benda asli termasuk media atau sumber belajar yang secara spesifik dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk mempermudah radar belajar yang formal dan direncanakan”. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999; 202) menyatakan “media benda asli merupakan benda yang sebenarnya yang membantu pengalaman nyata peserta didik dan menarik minat dan semangat belajar sisiwa”.
Dengan menggunakan media benda asli akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa untuk mempelajari berbagai hal terutama menyangkut pengembangan keterampilan tertentu.
2. Kelebihan Media Benda Asli
Media benda asli memiliki kelebihan atau keunggulan. Kelebihan tersebut antara lain: (1) Dapat membantu guru dalam menjelaskan sesuatu kepada peserta didik; (2) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari situasi yang nyata; (3) Dapat melatih keterampilan siswa menggunakan alat indra (A.Tabrani, Rusyan, 1993:199).
Berdasarkan uraian di atas dipertegas kembali bahwa kelebihan media benda asli dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari sesuatu menggunakan obyek-obyek nyata.
3. Kelemahan Media Benda Asli
Media benda asli selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan media benda asli yaitu :
(1) Membawa siswa ke berbagai tempat di luar sekolah, kadang-kadang mengandung resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya; (2) Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai obyek nyata kadang-kadang tidak sedikit apalagi kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya; (3) Tidak selalu memberikan gambaran dari obyek yang seharusnya (R.Ibrahim dan Nana Syahodih, 1992/1993 : 82).
Kelemahan-kelemahan yang diuraikan di atas hendaknya dapat diatasi dengan cara menggunakan media benda asli yang ada di sekitar lokasi sekolah yang dapat dijadikan penunjang dalam proses pembelajaran, di sesuaikan dengan pelajaran dan berusaha membawa benda asli ke kelas yang dapat digunakan untuk menjelaskan materi dalam lingkup kelas.
4. Penggunaan Media Benda Asli
Salah satu komponen yang juga dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran adalah media pembelajaran. Karena media pembelajaran mampu menyampaikan pesan atau informasi, baik dari guru kepada siswa maupun media itu sendiri kepada guru maupun siswa. Media benda asli mempunyai kegunaan sebagai berikut :
(1) Memperjelas perjanjian pesan agar tidak selalu bersifat verbalitas; (2) Mengawasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra; (3) Dengan menggunakan media secara tepat mengatasi sikap positif anak didik; (4) Media dapat memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama pada anak didik (Arief S. Sadiman, 1990 : 16).
Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa penggunaan media pada saat proses pembelajaran berlangsung, akan lebih baik dari pada berceramah saja karena media pendidikan/ pengajaran dapat membantu untuk memperjelas pesan yang kita sampaikan, merangsang siswa untuk memperoleh pengalaman yang sama dan dapat menarik minat siswa untuk belajar. Sehingga dengan penggunaan media tersebut siswa menjadi lebih giat belajar dan mempunyai pengalaman serta persepsi yang sama tentang suatu konsep yang dipelajari.
4. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan, maka kerangka berpikir dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Hubungan penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli pada mata pelajaran IPA.
Penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli sangat cocok digunakan untuk menyampaikan informasi tentang konsep-konsep IPA dan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang suatu konsep perlu dilakukan tanya jawab, agar tidak terjadi kesalahan konsep maka diperlukan suatu pembuktian dengan suatu proses melalui demonstrasi dengan menggunakan media benda asli yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan didemonstrasikan.
2. Hubungan penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Banyak pengaruh sikap terhadap kegiatan keberhasilan belajar salah satunya adalah metode dan model pembelajaran yang digunakan. Hubungan penerapan metode demonstrasi dan media benda asli dengan hasil belajar sangat erat dalam artian, dengan penerapan metode demonstrasi dan media benda asli dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, jika dalam proses penerapan metode demonstrasi dan media benda asli betul-betul dapat diterapkan sesuai dengan langkah-langkah dari penerapan masing-masing metode tersebut. Selain itu sikap dapat menentukan prestasi belajar seseorang memuaskan atau tidak. Sikap yang dimaksud adalah minat, keterbukaan pikiran, prasangka dan kesetiaan. Sikap yang positif terhadap mata pelajaran merangsang cepatnya berlangsung kegiatan belajar. Sikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima dan menolak suatu objek sebagai sesuatu yang berguna. Sikap merupakan sesuatu yang sangat rumit yang mengandung komponen yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
5. HIPOTESIS
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis / dugaan sementara sebagai berikut :
Jika penerapan metode demonstrasi dengan media benda asli dalam pembelajaran IPA dapat berjalan dengan efektif dan efesien, maka diduga atau ditafsirkan hasil belajar siswa akan cenderung meningkat.
I. METODELOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ). Rangkaian kegiatan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini mengacu pada pedoman PTK dari Stephen Kemmis dan Robin MC. PTK sangat erat hubungannya dengan praktek pembelajaran yang dihadapi guru. Tujuan melakukan PTK yaitu untuk meningkatkan dan memperbaiki praktek yang seharusnya dilakukan oleh guru, sehingga guru akan lebih banyak berlatih mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif sebagai upaya untuk meningkatkan layanan pembelajaran dari pada perolehan pengetahuan umum dalam bidang pendidikan yang dapat digeneralisasikan.
Ada beberapa keunggulan, ketika seorang guru melakukan penelitian dengan menggunakan metode tindakan, yaitu sebagai berikut :
1. Mereka tidak harus meninggalkan tempat kerjanya.
2. Mereka dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah direncanakan.
3. Bila treatment ( perlakuan ) dilakukan pada responden maka responden dapat merasakan hasil treatment ( perlakuan ) dari penelitian tindakan kelas. Tiga keunggulan dari penelitian tindakan kelas ini, tidak dimiliki oleh penelitian dengan metode penelitian lain.
2. Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SD No.1 Mayong Kecamatan Seririt pada siswa kelas V yang berjumlah 20 orang, yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan.
3. DEFINISI OPERASIONAL
a. Metode demonstrasi adalah menunjukkkan proses terjadinya sesuatu, agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Dalam demonstrasi siswa dapat mengamati apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.
b. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah mengalami interaksi proses pembelajaran melalui evaluasi belajar selama satu periode tertentu, dan melatih pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA, melatih keterampilan siswa dalam menggunakan alat teknologi sederhana dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan alam sekitar yang pada akhirnya dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan (kognitif), tingkah laku atau sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor), yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil belajar merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu tertentu.
4. Rancangan Pelaksanaan Penelitian
“Penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian yang dimaksud untuk memperbaiki pembelajaran” (Kasihani Kasbolah, 1998; 12). Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, meliputi; 1)tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan, 3) tahap evalasi/observasi, dan 4)tahap refleksi.
Masing-masing tahapan ini secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
Siklus ke n
keterangan:
1. Rencana tindakan
2. Pelaksanaan tindakan
3. Pemantauan dan Evaluasi
4. Refleksi dan Revisi
a. Rencana Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
1. Rencana Penelitian
Hal-hal yang perlu disampaikan adalah; 1) menyusun persiapan mengajar sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan dalam setiap pertemuan, 2) menyiapkan media sesuai dengan pokok bahasan, 3) menentukan metode mengajar, dan 4) menyiapkan alat penelitian.
2. Tindakan
Paada tahap ini, penelitian melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Struktur waktu diatur sebagai berikut; apersepsi 5 menit, kegiatan inti 45 menit, evaluasi 20 menit, dan tindak lanjut 5 menit. Maka waktu keseluruhan menjadi 75 menit yang dilaksanakan pada satu kali pertemuan.
3. Evaluasi
Pada setiap akhir pertemuan/ akhir siklus dilakukan evaluasi dengan pemberian tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa sebanyak 3 kali tes yaitu: tes pertama materi pertemuan I-II, tes kedua materi pertemuan III dan tes katiga materi pertemuan IV dan V.
4. Refleksi
Refleksi ini dilakukan untuk mengkaji hasil tindakan pada siklus I mengenai hasil belajar IPA. Hasil kajian tindakan siklus I selanjutnya untuk dipikirkan serta ditetapkan beberapa alternative tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Tindakan ini ditetapkan menjadi tindakan baru pada siklus II.
b. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
1. Rencana Penelitian
Beberapa hal yang perlu disiapkan yaitu; 1) menyusun persiapan mengajar sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan, 2) menyiapkan media sesuai dengan pokok bahasan, 3) menentukan metode mengajar, dan 4) menyiapkan alat penelitian.
2. Tindakan
Penelitian melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan jadwal dan merencanakan alokasi waktu seperti; apersepsi 5 menit, kegiatan inti 45 menit, evaluasi 20 menit, dan tindak lanjut 5 menit. Maka keseluruhan waktu menjadi 75 menit yang dilaksanakan pada satu kali pertemuan.
3. Evaluasi
Pada setiap akhir pertemuan/ akhir siklus dilakukan evaluasi dengan pemberian tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa sebanyak 3 kali yang rinciannya sebagai berikut: tes pertama materi dalam pertemuan I-II, tes kedua materi pertemuan III –IV,tes katiga materi dalam pertemuan V.
4. Refleksi
Penelitian hasil observasi atau evaluasi penellitian tindakan kelas pada siklus II mendapat hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan hasil belajar siswa.
5. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Pada penelitian PTK ini data dikumpulkan dengan menggunakan metode Tes.
Metode Tes
Metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang atau kelompok orang yang dites. Dari tes dapat menghasilkan skor yang nantinya dibandingkan dengan kriteria tertentu sehingga memperoleh nilai (A.A. Gede Agung,1997 : 75).
Metode tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan alat pengumpul data berupa butir-butir tes yang sesuai dengan pokok bahasan yang sudah diajarkan.
6. Metode Analisis Data
Setelah semua data sudah didapat maka peneliti akan melakukan analisis data secara analisis statistik deskriftif dan metode analisis deskriptif kuantitatif sebagai berikut :
1. Metode Analisis Statistik Deskriptif
Metode analisis statistik deskriptif yaitu : suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus seperti distribusi frekuensi, grafik, mean, median, strandar deviasi untuk menggambarkan suatu obyek atau variable tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum ( A.A. Gede Agung, 1999 : 76).
a. Tabel Distribusi Frekuensi
Data yang telah terkumpul di olah dan disajikan ke dalam table distribusi frekuensi dengan menentukan kelas interval terlebih dahulu, dengan cara menghitung rentangan (R) dengan rumus :
R = Xt –Xr
Jika hasilnya < 15, maka dibuat tabel distribusi frekuensi dengan data tunggal. Sedangkan jika R >15, maka di gunakan tabel distribusi frekuensi dengan data bergolong.
Contoh tabel distribusi frekuensi
Distribusi Frekuensi Tingkat Hasil Belajar
Skor X F Fk Fx
( Nurkancana, 1986 : 145)
Keterangan :
X : Skor Fk : Frekuensi komulatif
F : Frekuensi Fx : Frekuensi x skor
Adapun rumus-rumus yang dipergumakan dalam analisis statistik deskriftif yaitu :
b. Menghitung Mean ( Rata-rata)
Σfx
M = ( Sujana, 1975 : 38)
N
Keterangan :
M : Rata-rata
Σfx : Jumlah skor seluruh siswa
N : Jumlah siswa
c. Menghitung Median (Me)
Untuk menghitung Median yang datanya tunggal menggunakan skor yang mengandung frekuensi komulatif setengah N. Median adalah skor yang membatasi 50% distribusi sebelah bawah.
Untuk menghitung median datanya bergolong di gunakan rumus :
½ N - fkb
Me = B-: ────── ( Sutrisno, 1997 : 44)
fm
Keterangan :
Me : Median
B : Batas Bawah
I : Panjang interval
N : Banyak data
Fkb : Frekuensi komulatif bawah median
Fm : Frekuensi pada daerah median
d. Menghitung Modus
Untuk menghitung modus jika datanya tunggal adalah skor yang memiliki frekuensi tinggi.
Untuk menghitung modus yang datanya bergolong digunakan rumus :
b1
Mo = B + i ───── ( Sujana, 1975: 43)
b1 + b2
Keterangan :
B : Batas kelas bawah interval Modus
I : Kelas interval
b1 : Frekuensi Mo- frekuensi kelas interval yang lebih rendah
b2 : Frekuensi Mo- frekuensi kelas interval yang lebih tinggi
2. Metode Analisis Statistik Deskriptif Kuantitatif
Metode analisis statistik deskriptif kuantitatif adalah : suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematik dalambentuk angka-angka atau presentase mengenai suatu objek sehingga diperoleh kesimpulan umum ( A.A. Gede Agung, 1996 : 76).
Metode ini digunakan untuk menentukan tinggkat hasil belajar yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala 5.
a. Menghitung Hasil Belajar
Untuk menghitung tingkat hasil belajar digunakan rumus :
M
M ( % ) = ─── x 100 % ............................( A.A. Agung, 1997 : 78 )
SMI
Keterangan :
M ( % ) = Rata – rata Persen
M = Rata – rata Skor (Mean)
SMI = Skor Maksimal Ideal
b. Konversi Kreteria PAP Skala 5
Kreteria PAP Skala 5 Tingkat Hasil Belajar Siswa
PERSENTASE KRITERIA
90-100
80-89
65-79
55-64
0-54 Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik
(A.A. Gede Agung, 1997 : 76).
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. A. Gede, 1997. Pengantar Evaluasi Pengajaran, Singaraja : STKIP. ................1999. Metodologi Penelitian Pendidikan, Singaraja : STKIP Singaraja.
Ali, H. Mohamad, 1992. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru.
Dimyati dan Moedjono, 1992/1993. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Depdikbud.
Hadiat, 2001. Alam Sekitar Kita 4. IPA Untuk Sekolah Dasar Kelas 6, Jakarta : Depdikbud.
Ibrahim dan Nana Syahodih, 1992/ 1993. Perencanaan Pengajaran Depdikbud.
Roestyah, N. K, 1991. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Reneka Cipta.
Rusyan Tabarin, 1993. Proses Belajar Mengajar Yang Efektif tingkat Pendidikan Dasar, Bandung : Bina Budhaya.
Sadia I Wayan, 1998. Penelitian Tingkat Konsep Dasar dan Penerapan (terjemahan), Singaraja : STKIP Singaraja.
Sadiman, Arif S., 1990. Media Pendidikan, Jakarta : Raya Grafindo Persada.
Soeharto, Karni, 1995.Teknologi Pembelajaran, Surabaya : Intelek Club.
Soetomo, 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya : Usaha Nasional.
Sujana Nana dan Ahmad Rivai, 1991. Media Pengajaran, Bandung : Sinar Baru.
Suryabrata, Soemadi, 1981. Psikologi Pendidikan, Bandung : Angkasa.
sumber: http://susilofy.wordpress.com
UJI HOMOGENITAS (STATISTIK LANJUT)
STATISTIK LANJUT
UJI HOMOGENITAS
Uji kesamaan dua varians digunakan untuk menguji apakah sebaran data tersebut homogen atau tidak, yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Jika dua kelompok data atau lebih mempunyai varians yang sama besarnya, maka uji homogenitas tidak perlu dilakukan lagi karena datanya sudah dianggap homogen. Uji homogenitas dapat dilakukan apabila kelompok data tersebut dalam distribusi normal.
Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji statistik parametrik (misalnya uji t, ANAVA, MANCOVA maupun MANOVA) benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas data dilakukan dengan dua cara, yaitu uji F dari Havley dan uji Bartlett.
Uji F dari Havley biasanya digunakan untuk menguji homogenitas sebaran dua kelompok data, sedangkan uji Bartlett biasanya digunakan untuk menguji homogenitas lebih dari dua kelompok data. Adapun rumusnya dari masing-masing uji tersebut di atas adalah sebagai berikut.
1. Uji F dari Havley
Keterangan:
varians yang lebih besar
varians yang lebih kecil
Hipotesis yang akan diuji adalah:
Ha :
Ho :
Kriteria pengujian homogenitas, data mempuyai varians yang homogen bila Fhit < Ftabel = F (db pembilang-1,db penyebut-1) pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% ( = 0,05).
Contoh:
Uji Homogenitas Varians Nilai Statistik Lanjut antara Kelas M dan Kelas N
a. Ho : Tidak terdapat perbedaan varians antara data Kelas M dan Kelas N (masing-masing terdiri dari 38 orang)
1.
2.
3.
b. Daerah kritis penolakan Ho bila Fhit F(0,05 (37, 37)
c. Perhitungan nilai F dengan s12 = 5,42 (varians Kelas M) dan s22 = 6,47 (varians Kelas N), maka:
=
= 1,193
d. Simpulan
Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit sebesar 1,193 sedangkan F tabel pada taraf signifikan 5% dengan db pembilang = 37 dan db penyebut = 37 adalah 1,71. Ini berarti Fhit Ftabel, maka Ho di terima (gagal ditolak) berarti tidak terdapat perbedaan varians masing-masing kelas atau harga varians adalah homogen.
2. Uji Bartlett
Sementara itu, hipotesis statistik yang akan di uji dalam uji homogenitas data adalah:
H0 :
H1 : Salah satu tanda = tidak berlaku
Kreteria pengujian adalah jika , maka H0 diterima (gagal ditolak) yang berarti data homogen, sedangkan derajat kebebasannya adalah n-1 (n = jumlah sel) dengan taraf signifikansi 5%.
Contoh:
Diketahui standar deviasi empat buah kelompok data (masing-masing 23 orang) adalah (s1) = 7,52; (s2) = 7,55; (s3) = 6,94 dan (s4) = 7,37.
Untuk Uji Bartlett hipotesis statistik yang akan diuji adalah:
H0 :
H1 : Salah satu tanda = tidak berlaku
Selanjutnya dibuat tabel kerja sebagai berikut.
Sampel dk 1/dk s s2 Log s2 dk * Log s2 dk* s2
1 22 0,0455 7,520 56,550 1,752 38,554 1244,109
2 22 0,0455 7,550 57,003 1,756 38,630 1254,055
3 22 0,0455 6,940 48,164 1,683 37,020 1059,599
4 22 0,0455 7,370 54,322 1,735 38,169 1195,079
Total 88 0,1818 152,372 4752,842
Keterangan :
dk : derajat kebebasan
s : standar deviasi
Varians Gabungan
=
=
= 54,010
Log = log 54,010
= 1,732474
Nilai B:
B =
= 88 x 1,732474
= 152,4577
Hitung X2
X2 =
= (2,3025) (152,4577 – 152,372)
= 2,3025 x 0,0857
= 0,1973
Dari perhitungan diperoleh X2 = 0,1973 sedangkan X2t (0,05;3) = 7,81, sehingga . Ini berarti H0 diterima. Jadi data keempat kelompok memiliki varians yang sama atau kelompok data homogen.
Soal Latihan
Ujilah Normalitas dan Homogenitas data berikut ini!
Nomor Urut X1 X2 X3 X4 X5
1 43 41 53 47 41
2 44 41 61 50 46
3 49 46 62 56 46
4 50 47 63 57 47
5 51 48 63 58 48
6 55 51 65 58 51
7 56 52 67 61 52
8 56 53 67 62 52
9 56 53 67 62 53
10 57 54 70 62 54
11 57 56 70 63 56
12 57 56 71 63 56
13 57 56 71 63 57
14 58 57 72 67 59
15 62 59 76 67 59
16 62 59 76 68 62
17 65 62 77 68 63
18 66 63 77 70 67
19 66 63 80 72 70
20 72 67 82 74 70
UJI HOMOGENITAS
Uji kesamaan dua varians digunakan untuk menguji apakah sebaran data tersebut homogen atau tidak, yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Jika dua kelompok data atau lebih mempunyai varians yang sama besarnya, maka uji homogenitas tidak perlu dilakukan lagi karena datanya sudah dianggap homogen. Uji homogenitas dapat dilakukan apabila kelompok data tersebut dalam distribusi normal.
Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji statistik parametrik (misalnya uji t, ANAVA, MANCOVA maupun MANOVA) benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas data dilakukan dengan dua cara, yaitu uji F dari Havley dan uji Bartlett.
Uji F dari Havley biasanya digunakan untuk menguji homogenitas sebaran dua kelompok data, sedangkan uji Bartlett biasanya digunakan untuk menguji homogenitas lebih dari dua kelompok data. Adapun rumusnya dari masing-masing uji tersebut di atas adalah sebagai berikut.
1. Uji F dari Havley
Keterangan:
varians yang lebih besar
varians yang lebih kecil
Hipotesis yang akan diuji adalah:
Ha :
Ho :
Kriteria pengujian homogenitas, data mempuyai varians yang homogen bila Fhit < Ftabel = F (db pembilang-1,db penyebut-1) pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% ( = 0,05).
Contoh:
Uji Homogenitas Varians Nilai Statistik Lanjut antara Kelas M dan Kelas N
a. Ho : Tidak terdapat perbedaan varians antara data Kelas M dan Kelas N (masing-masing terdiri dari 38 orang)
1.
2.
3.
b. Daerah kritis penolakan Ho bila Fhit F(0,05 (37, 37)
c. Perhitungan nilai F dengan s12 = 5,42 (varians Kelas M) dan s22 = 6,47 (varians Kelas N), maka:
=
= 1,193
d. Simpulan
Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit sebesar 1,193 sedangkan F tabel pada taraf signifikan 5% dengan db pembilang = 37 dan db penyebut = 37 adalah 1,71. Ini berarti Fhit Ftabel, maka Ho di terima (gagal ditolak) berarti tidak terdapat perbedaan varians masing-masing kelas atau harga varians adalah homogen.
2. Uji Bartlett
Sementara itu, hipotesis statistik yang akan di uji dalam uji homogenitas data adalah:
H0 :
H1 : Salah satu tanda = tidak berlaku
Kreteria pengujian adalah jika , maka H0 diterima (gagal ditolak) yang berarti data homogen, sedangkan derajat kebebasannya adalah n-1 (n = jumlah sel) dengan taraf signifikansi 5%.
Contoh:
Diketahui standar deviasi empat buah kelompok data (masing-masing 23 orang) adalah (s1) = 7,52; (s2) = 7,55; (s3) = 6,94 dan (s4) = 7,37.
Untuk Uji Bartlett hipotesis statistik yang akan diuji adalah:
H0 :
H1 : Salah satu tanda = tidak berlaku
Selanjutnya dibuat tabel kerja sebagai berikut.
Sampel dk 1/dk s s2 Log s2 dk * Log s2 dk* s2
1 22 0,0455 7,520 56,550 1,752 38,554 1244,109
2 22 0,0455 7,550 57,003 1,756 38,630 1254,055
3 22 0,0455 6,940 48,164 1,683 37,020 1059,599
4 22 0,0455 7,370 54,322 1,735 38,169 1195,079
Total 88 0,1818 152,372 4752,842
Keterangan :
dk : derajat kebebasan
s : standar deviasi
Varians Gabungan
=
=
= 54,010
Log = log 54,010
= 1,732474
Nilai B:
B =
= 88 x 1,732474
= 152,4577
Hitung X2
X2 =
= (2,3025) (152,4577 – 152,372)
= 2,3025 x 0,0857
= 0,1973
Dari perhitungan diperoleh X2 = 0,1973 sedangkan X2t (0,05;3) = 7,81, sehingga . Ini berarti H0 diterima. Jadi data keempat kelompok memiliki varians yang sama atau kelompok data homogen.
Soal Latihan
Ujilah Normalitas dan Homogenitas data berikut ini!
Nomor Urut X1 X2 X3 X4 X5
1 43 41 53 47 41
2 44 41 61 50 46
3 49 46 62 56 46
4 50 47 63 57 47
5 51 48 63 58 48
6 55 51 65 58 51
7 56 52 67 61 52
8 56 53 67 62 52
9 56 53 67 62 53
10 57 54 70 62 54
11 57 56 70 63 56
12 57 56 71 63 56
13 57 56 71 63 57
14 58 57 72 67 59
15 62 59 76 67 59
16 62 59 76 68 62
17 65 62 77 68 63
18 66 63 77 70 67
19 66 63 80 72 70
20 72 67 82 74 70
komponen-komponen 8 keterampilan mengajar
8 Keterampilan Mengajar
Turney (1973) mengemukakan 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar, yakni:
Pertama, keterampilan bertanya yang mensyaratkan guru harus menguasai teknik mengajukan pertanyaan yang cerdas, baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut
Kedua, keterampilan memberi penguatan. Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan perhatian.
Ketiga, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, yang mensyaratkan guru agar mengadakan pendekatan secara pribadi, mengorganisasi-kan, membimbing dan memudahkan belajar, serta merencanakan dan melaksana-kan kegiatan belajar-mengajar.
Keempat, keterampilan menjelaskan yang mensyaratkan guru untuk merefleksi segala informasi sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Setidaknya, penjelasan harus relevan dengan tujuan, materi, sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa, serta diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan keperluan.
Kelima, keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam konteks ini, guru perlu mendesain situasi yang beragam sehingga kondisi kelas menjadi dinamis.
Keenam, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Hal terpenting dalam proses ini adalah mencermati.aktivitas siswa dalam diskusi.
Ketujuh, keterampilan mengelola kelas, mencakupi keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, serta pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Kedelapan, keterampilan mengadakan variasi, baik variasi dalam gaya mengajar, penggunaan media dan bahan pelajaran, dan pola interaksi dan kegiatan (sumber : dibaca dari Buku Pengelolaan Kelas/Drs. ade rukmana, Asep sunary S.Pd, Mpd.)
Untuk lebih jelasnya berikut pemaparan tentang 8 keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang guru meliputi :
1. Pertama, KETERAMPILAN BERTANYA
A. Rasional
Semua orang tanpa batas umur melakukan kegiatan bertanya.Anak kecil biasanya selalu ingin tau bahkan pada masa perkembangan anak ada masa yang disebut “masa apa itu”.
Dalam kegiatan pembelajaran bertanya cukup mendominasi kelas.Menurut hasil penelitian sejak abad 20 melaporkan bahwa guru menggunakan 30% dari waktunya untuk bertanya(G.A.Brown dan R. Edmondson,1984).Data ini menunjukan bahwa kegiatan bertanya sangat penting dalam proses pembelajaran.
Tujuan bertanya adalah untuk memperoleh informasi.Namun kegiatan bertanya oleh guru adalah untuk meningkatkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa,antara siswa dengan siswa dan mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Ada 4 alasan seorang guru harus menguasai keterampilan bertanya,yaitu:
1. Pada umumnya guru masih cenderung mendominasi kelas dengan metode ceramahnya sehingga siswa pasif,dengan keterampilan bertanya guru berusaha membuat siswa lebih aktif.
2. Kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak membiasakan anak untuk bertanya,sehingga keinginan anak bertanya menjadi terpendam.
3. Penerapan pendekatan CBSA dalam kegiatan pembelajaran menuntut keterlibatan siswa secara mental intelektual.
4. Adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajukan guru hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
B. Definisi dan fungsi Pertanyaan
G.A.Brown dan R. Edmondson (1984) mendefinisikan pertanyaan sebagai berikut:” segala pernyataan yang menginginkan tanggapan verbal(lisan)”.
Turney (1979) mengidentifikasi 12 fungsi pertanyaan seperti berikut:
1. Membangkitkan minat dan keingin tahuan siswa tentang suatu topic.
2. Memusatkan perhatian pada masalah tertentu.
3. Menggalakan penerapan belajar aktif.
4. Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri.
5. Menstruykturkan tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara maksimal.
6. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
7. Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
8. Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahaman tentang informasi yang diberikan.
9. Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat mendorong mengembangkan proses berpikir.
10. Mengembangkan kebiasaan menanggapi pernyataan teman atau pernyataan guru.
11. Memberikan kesempatan untuk belajar diskusi.
12. Menyatakan perasaan dan pikiran murni kepada siswa.
C. Komponen-komponen Keterampilan Bertanya
1. Keterampilan Bertanya Dasar
Komponen-komponen keterampilan bertanya dasar sebagai berikut:
a. Pengungkapan pertanyaan secara singkat dan jelas
b. Pemberian acuan
c. Pemusatan
d. Pemindahan giliran
e. Penyebaran
f. Pemberian waktu berpikir
g. Pemberian tuntunan
2. Keterampilan Bertanya Lanjut
Sesuai dengan namanya,penggunaan atas keterampilan bertanya lanjut dibentuk berdasarkan penggunaan keterampilan bertanya dasar.Komponen keterampilan bertanya lanjut adalah:
a. Pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan,
Pertanyaan yang diajukan guru hendaknya mengundang siswa untuk berpikir.Kualitas proses mental yang terjadi pada siswa ketika memikirkan jawaban pertanyaan guru tergantung dari kualitas pertanyaan guru.Guru hendaknya mengajukan pertanyaan yang tergolong tinggi pada taksonomi Bloom,pertanyaan yang bersifat ingatan hendaknya dibatasi.
b. Pengaturan urutan pertanyaan,
Pertanyaan pada tingkat tertentu hendaknya dimantapkan kemudian beralih kepertanyaan yang lebih tinggi.Oleh karena itu tidak dapat dibenarkan jika guru sudah mengajukan pertanyaan yang menuntut siswa untuk melakukan analisis,padahal siswa belum mampu menjawab pertanyaan yang bersifat pemahaman.Pertanyaan yang tidak sistematis akan membingungkan siswa dan menghambat perkembangan kemampuan berpikir siswa.
c. Penggunaan pertanyaan pelacak,
Fungsi pertanyaan pelacak untuk mengembangkan atau meminta jawaban yang lebih tepat pada siswa.Teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan guru antara lain:
1. Meminta klarifikasi
2. Meminta siswa memberi alasan
3. Meminta kesepakatan pandangan siswa
4. Meminta ketepatan jawaban
5. Meminta jawaban yang lebih relevan
6. Meminta contoh
7. Meminta jawaban yang lebih kompleks
d. Peningkatan terjadinya interaksi.
Peningkatan terjadinya interaksi ini dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
1) Menghindari atau mengurangi pertanyaan yang hanya dijawab oleh seorang siswa,
2) Mendorong siswa mengajukan pertanyaan sehingga tidak hanya guru yang bertanya,
3) Jika siswa mengajukan pertanyaan berikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan tersebut.
D. Prinsip Penggunaan
Prinsip penggunaan atau hal-hal yang mempengaruhi keefektifan pertanyaan sebagai berikut:
1. Kehangatan dan keantusiasan
2. Menghindari kebiasaan berikut:
a. Mengulangi pertanyaan sendiri
b. Mengulangi jawaban siswa
c. Menjawab pertanyaan sendiri
d. Mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak
e. Mengajukan pertanyaan ganda
f. Menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan
3. Memberi waktu berpikir
4. Mempersiapkan pertanyaan pokok yang akan diajukan
5. Menilai pertanyaan yang telah diajukan.
2. Kedua, KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
1. Pengertian
Memberipenguatan atau reinforcement merupakan tindakan ataurespon terhadapsuatubentukprilaku yang dapatmendorongmunculnyapeningkatankualitastingkahlakutersebutdisaat yang lain.Responada yang positif da nada yang negative dimanaresponpositifmisalnyaanak di berikanhadiahatau Fujian sedangkanrespon yang negaatifadalahmemberihukuman ,namunkeduarespontersebutmemilikitujua yang samayaituinginmerubahtinggkahlakuseseorang. Responpositifbertujuan agar tingkahlaku yang sudahbaik (bekerja, belajar ,danberprestasi) itufrekuensinyaakanberulangataubertambah. Sedangkanrespon negative ( hukuman) bertujuan agar tingkahlaku yang kurangbaikitufrekuensinyaberkurangatauhilang. Pemberianrespon yang demikiandalam proses belajarmengajardisebut“ memberipenguatan”.
2. Tujuan
Menggunakanketerampilanmemberipenguatandalampengajaran, guru bertujuanuntuk :
a. Membangkitkanmotivasibelajarpesertadidik.
b. Merangsangpesertadidikberfikir yang baik.
c. Menimbulkanperhatianpesertadidik
d. Menumbuhkankemampuanberinisiatifsecarapribadi
e. Mengendalikandanmengubahsikap negative pesertadidikdalambelajarkearahprilaku yang mendukungbelajar.
3. Penggunaan di dalamkelas
Tujuanpenggunaanketerampilanmemberipenguatan di dalamkelasadalahuntuk:
• Meningkatkanperhatiansiswa, membantusiswabelajarbilapemberianpenguatandigunakansecaraselektif.
• Memberimotivasikepadasiswa.
• Di pakaiuntukmengontrolataumengubahtingkahlakusiswa yang mengganggu, danmeningkatkancarabelajar yang produktif.
• Mengembangkankepercayaandirisiswauntukmengaturdirisendiridalampengalamanbelajar.
• Mengarahkanterhadappengembanganberfikir yang divegendanpengambilaninisiatif yang bebas.
4. Aplikasi
Semuaaspek yang terdapat yang terdapatpadapemberianpenguatandapatberpengaruhpadakelompokusiasiswa yang manapun ,tidakterbataspadasatutingkatsekolahtertentusaja, tetapisama, baikuntukanak yang dewasamaupun yang belumdewasa, hal yang perludiperhatikadalampemberianpenguatanialah guru harusyakinbahwasiswaakanmenghargainyadanmenyadariakanrespon yang diberikan guru, pemberianpenguatandapatdilakukanpadasaat:
• Siswamemperhatika guru, memperhatikankawanlainyadanbenda yang menjaditujuandiskusi
• Siswasedangbelajar ,mengerjakantugasdaribuku, membacadanbekerja di papantulis.
• Menyelesaikanhasilkerja (selesaipenuh, ataumenyelesaikan format).
• Bekerjadengankualitaskerja yang baik ( kerapian, ketelitian, keindahan, danmutumateri)
• Perbaikanpekerjaan( dalamkualitas, hasilataupenampilan).
• Ada katagoritingkahlaku (tepat, tidaktepat, verbal, pisik, dantertulis)
• Tugasmandiri (perkembanganpadapengarahandirisendirimengelolatingkahlakusendiridanmengambilinisiatifkegiatansendiri).
5. Komponen /Jenis-jenispenguatan
Guru dapatmenggunakanjenis –jenispenguatandalam proses pembelajaransesuaidengansituasidankondisi yang berlangungdikelasnya, jenis-jenispeguataniniadalah:
• Penguatan verbal, yaitupenguatan yang diberikan guru berupa kata-kata/ kalimat yang di ucapkanseperti: “bagus”, “baik”, “hebat”, “mengagumkan”, “kamucerdas”, “setuju”, “ya”, “betul”, “tepat”, dansebaagainya.
• Penguatan Gestural, yaitupenguatanberupageraktubuhataumimiklmuka yang memberiarti /kesanbaikkepadapesertadidik. Penguatan gestural dapatberupatepuktangan, acunganjempol, anggukantersenyumdansebagainya.
• Penguatandengancaramendekati, yaituperhatian guru kepadapesertadidikdengancaramendekatinya. Penguatandengancaramendekatiinidapatdilakukantatkalapesertadidikmenjawapertanyaan, bertanya, diskusi, atauaktivitaslainya.
• Penguatandengancarasentuhan, yaitupenguatan yang dilakukan guru dengancaramenyentuhpesertadidik, seperti, seperti “menepukpundakpesertadidik” “menjabattangan”, “mengusaprambutkepala”, mengankattanganpesertadidik” dsb
• Penguatandenganmemberikegiatan yang menyenangkan. Memberipenghargaankepadakemampuanpesertadidikdalamsuatubidangtertentusepertipesertadidik yang pandaibernyanyidiberikankesempatanuntukmelatih vocal padatemanya, yang pandaidapatdijadikan tutor sebaya, dansebagainya.
• Penguatanberupatanda. Adakalanya guru memberikanpenilaiankepadapeseertadidik yang berupa symbol-simbolataubenda-benda. Penguataninidapatberupakomentartertulisataskaryapesertadidik, hadiahberupabukutulis, piagam ,lencanadansebagainya.
6. Model-model penguatan
Ada beberapa model yang dapatdilakukanoleh guru dalammemberipenguatanyaitu:
• Penguatanseluruhkelompok
Pemberianpenguatankepadaseluruhanggotakelompokdalamkelas yang dapatdilakukansecaraterus-menerussepertihalnyapadapemberianpenguatanuntukindividu.Penguatan verbal, gestural, tanda ,dankeiatanadalahmerupakankomponenpenguatan yang dapat di peruntukanpadaseluruhanggotakelompok
• Penguatan yang ditundapemberianpenguatandenganmenggunakankomponen yang manapun, sebiknyasesegeramungkin di berikankepadasiswasetelahmelakukansesuaturespon. Penundaanpenguatanpadaumumnyaadalahkurangefektifbiladibandingkandenganpemberiansecaralangsung. Tetapipenundaantersebutdapatdilakuakandenganmemberipenjelasanatauisarat verbal bahwapnghargaanituditundadanakandiberikankemudian. Pepatah yang sesuaiuntukinimisalnya” lebihbaikterlambatdaripadatidaksamasekali”
• Penguatan partial
Penguatan partial dalamhalinisamadenganpenguatansebagian-sebagianatautidakkesinambungan ,diberikankepadasiswauntuksebagiandariresponya. Sebenarnyapenguatantersebutdigunakanuntukmenghidaripenggunaanpenguatan yang negative danpemberiankritik
• Penguatanperorangan
Pemberianpenguatandengansecarakhusus, misal-nyamenyebutkemampuan, penampilan, dannamasiswa yang bersangkutanadalahlebihefektifdaripadatidakmenyebutapa-apa.
3. Ketiga, KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN,
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
1. Pengertian.
Keterampilan mengajar kelompok kecil adan waktu adalah kemampuan guru melayani kegiatan peserta didik dalam belajar secara berkelompok dengan jumlah peserta didik berkisar antara 3 sampai 5 orang atau paliong banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya. Sedangkan ketrampilan dalam pengajaran perorangan atau pengajaran individual adalah kemampuan guru dalam menentukan tujuan, bahan ajar, prosedur dan waktu yang digunakan dalam pengajaran dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan atau perbedaan-perbedaan individual peserta didik.
2. Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan ada 4 yaitu:
a. Keterampilan dalam pendekatan pribadi
Aspek dalam keterampilan pendekatan pribadi adalah:
1) Kehangatan, guru harus menampilkan kehangatan kepada siswa.
2) Peka, guru harus peka terhadap siswa dan kebutuhan siswa.
3) Mendengarkan, guru perlu mendengarkan secara simpati dan merespon secara positif terhadap pikiran siswa dan membuat hubungan yang saling percaya.
4) Membantu, guru bisa membantu siswa jika siswa mengahadapi masalah.
b. Keterampilan dalam mengorganisasikan
Aspek dalam keterampilan mengorganisasikan adalah:
1) Orientasi pendahuluan oleh guru untuk menetapkan tujuan, masalah atau tugas, untuk penentuan pembagian kerja sebelum pembagian kerja sebelum pembagian kelompok dan perorangan dilakukan.
2) Pembagian kegiatan, guru menyiapkan tempat kerja, peralatan, prosedur, aturan, waktu yang digunakan dan lain-lain.
3) Guru mengatur pembagian kelompok secara tepat.
4) Guru mengkoordinasikan kemajuan diskusi penggunaan materi dan sumber untuk membantu siswa.
5) Membagi perhatian terhadap berbagai macam kegiatan baik yang dikerjakan secara kelompok maupun perorangan.
6) Pada akhir kegiatan guru membantu siswa untuk mengklarifikasi hasil dengan memberikan kulminasi tugas kegiatan berupa laporan atau tukar pengalaman dari semua siswa.
c. Keterampilan dalam membimbing belajar
Aspek dalam keterampilan membimbing belajar adalah:
1) Membantu siswa untuk memajukan kegiatan belajarnya dengan meminilkan frustasi, guru perlu menggunakan berbagai variasi pemberian penguatan secara verbal dan non verbal kepada kelompok dan perorangan untuk memberi motivasi kemajuan belajar.
2) Mengembangkan supervisi proses lanjut guru berkeliling sehingga sebagai nara sumber dapat dimanfaatkan, memberi bantuan bila diperlukan dan sebagai interaksi guru dan siswa untuk secara langsung memberi tutorial, sebagai pemimpin diskusi, atau sebagai katalisator untuk meningkatkan siswa dalam belajar dan berfikir melalui pertanyaan, komentar, dan nasehat.
3) Supervisi terintegrasi yang digunakan dengan maksud untuk mengevaluasi kemajuan dari berbagai macam kegiatan dalam mempersiapkan saling tukar pengalaman tentang apa yang telah dipelajari dan diselesaikan.
d. Keterampilan dalam merencanakan dan melaksanakan KBM
Kegiatan guru dalam kegiatan belajar mengajar seperti membuka pelajaran, menyajikan kegiatan inti, membimbing perserta didik, dan mengevaluasi hendaklah diatur dengan baik dan penuh kesungguhan.
4. Keempat, KETERAMPILAN MENJELASKAN
1. Pengertian Keterampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ialah penyajian informasi secara lisanyang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatanguru dalam interaksinyadengan siswa di dalam kelas. Dan biasanya guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh langsung, misalnya dalam memberikan fakta, ide, ataupun pendapat. Oleh sebab itu, hal ini haruslah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya agar tercapai hasil yang optimaldari penjelasan dan pembicaraan guru tersebut sehingga bermakna bagi murid.
2. Komponen-Komponen keterampilan Menjelaskan
a. Merencanakan
Penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerimaan pesan. Yang berkenaan dengan isi pesan (materi) meliputi penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dan penggunaan hokum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Mengenai yang berhubungan dengan penerimaan pesan (siswa) hendaknya diperhatikan hal-hal atau perbedaan-perbedaan pada setiap anak yang akan menerima pesan seperti usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial, bakat, minat serta lingkungan belajar anak.
b. Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Kejelasan: Penjelasan hendaknya diberikan dngan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, menghindari penggunaan ucapan-ucapan seperti “e”, “aa”, “mm”, “kira-kira”, “umunya”, “biasanya”, “seringkali” dan istilah-istilah yang tidak dapat dimengerti oleh anak.
b) Penggunaan contoh dan ilustrasi: Dalam memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
c) Pemberian tekanan: Dalam memberikan penjelasan, guru harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting. Dalam hal ini guru dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti “Yang terpenting adalah”, “Perhatikan baik-baik konsep ini”, atau “Perhatikan, yang ini agak sukar”.
d) Penggunaan balikan: Guru hendaknya member kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertiannya ketika penjelasan itu diberikan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti “Apakah kalian mengerti dengan penjelasan tadi?” Juga perlu ditanyakan, “Apakah penjelasan tadi bermakna bagi kalian?” dan sebagainya.
3. Tujuan Memberikan Penjelasan
a) Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hokum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
b) Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
c) Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman murid.
d) Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan mendapatkan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
5. Kelima, KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Pengertian keterampilan membuka dan menutup pelajaran :
Membuka pelajaran adalah: kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.
Menutup pelajaranadalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.dalam proses belajar mengajar.
Awal pelajaran atau awal setiap penggal kegiatan dalam inti pelajaran guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran. Komnponen ketrampilan itu adalah menarik perhatian, menimbulkan motivasi dan materi acuan.
Komponen dan aspek itu meliputi :
1. Menarik Perhatian Siswa
Cara yang dapat dipergunakan :
1. Gaya Mengajar Guru
Perhatian dapat timbul dari apresiasi gaya mengajar guru seperti posisi, atau kegiatan yang berbeda dari biasanya.
2. Penggunaan Alat Bantu Mengajar
Seperti : gambar, model, skema, disamping menarik perhatian memungkinkan terjadinya kaiatan antara hal yang telah diketahui dengan hal yang dipelajari.
3. Pola Interaksi Yang Bervariasi.
Seperti guru-siswa, siswa-siswa, siswa-guru.
2. Menimbulkan Motivasi
Cara untuk menimbulkan motivasi
1. Dengan Hangat dan Antusias
Hendaknya ramah, antusias, bersahabat dan sebagainya. Sebab dapat mendorong tingkah dan kesenangan dalam mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa akan timbul.
2. Menimbulkan Rasa Ingin Tahu
Melontarkan ide yang bertentangan dengan mengerjakan masalah atau kondisi diri kenyataan sehari-hari
Contoh : Kalau transmigrasi dapat meningkatkan kemakmuran penduduk mengapa
banyak penduduk di pulau jawa tidak mau transmigrasi.
3. Dengan Memperhatikan Minat Siswa.
Menyesuaikan topik pelajaran dengan minat siswa karena motivasi dan minat berpengaruh pada jenis kelamin, umur, sosial ekonomi dan sebagainya.
3. Memberi Acuan (Structuring)
Yaitu usaha untuk mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkai alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas hal-hal yang harus dipelajari.
Untuk itu cara yang dilakukan adalah :
1. Mengemukakan tujuan dan batas tugas hendaknya guru mengemukakan tujuan pelajaran terlebih dahulu batas tugas yang dikerjakan siswa.
Contoh : Guru : hari ini kita belajar mengarang cerita perhatikan tiga buah gambar berikut lalu berdasarkan gambar itu tulis suatu cerita yang panjangnya lebih kurang 100 kata
2. Menyarankan Langkah-Langkah Yang Dilakukan
Tujuannya adalah agar dalam pelajaran siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari materi dan tugas jika guru memberi saran dan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan misalnya :
Guru : tugas kalian adalah membuktikan pada temperature berapa derajat celcius air mendidih langkah yang harus kalian kerjakan adalah :
• Mengukur temperature yang belum dipanasi
• Lalu nyalakan lampu spirtus ini dan panaskan air dalam gelas ini
• Jika air sudah mendidih catatlah berapa suhunya sesuai dengan yang kelihatan pada temperatur.
3. Mengingatkan Masalah Pokok Yang Dibahas
Misalnya : Dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal yang positif dari sifat suatu konsep, tanda, media, hewan dan lain-lain.
Selain itu tunjukan juga hal negatif yang hilang atau kurang lengkap.
Contoh : Periksalah bahan-bahan ini dan tentukan mengapa beberapa batu dapat digolongkan dalam jenis batu yang mengandung biji besi dan yang lain tidak.
4. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan diajukan sebelum memulai penjelasan akan mengarahkan siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari.
Contoh : Sebelum memutar film tentang siklus kehidupan nyamuk guru mengajukan pertanyaan untuk membantu siswa memahami siklus nyamuk yang digambarkan oleh film tersebut.
4. Membuat Kaitan
Jika guru mengerjakan materi baru perlu menghubungkan dengan hal yang telah dibuat ssiswa atau pengalaman atau minat dan kebutuhanya untuk mempermudah pemahaman hal-hal yang telah dikenal, pengalaman, minat dan kebutuhan inilah yang disebut dengan pengait.
Contoh : Usaha guru untuk membuat kaitan.
1. Permulaan pelajaran guru meninjau kembali sejauh mana materi sebelumnya telah dipahami dengan mengajukan pertanyaan atau merupakan inti materi pelajaran terdahulu secara singkat.
2. Cara membandingkan atau mempertentangkan dengan pengetahuan baru, hal ini dilakukan jika pengetahuan baru erat kaitanya dengan pengetahuan lama.
Contoh : Guru bertanya untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan sebelum mengerjakan pembagian.
3. Cara menjelaskan konsepnya atau pengertian lebih dahulu sebelum mengerjakan bahan secara terperinci.
Menutup Pelajaran
Menjelang akhir pelajaran atau ahir setiap penggal kegiatan guru harus melakukan penutupan pelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok materi.
Komponen dan aspek itu meliputi:
1. Meninjau Kembali
Akhir kegiatan guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan sudah dipahami oleh siswa, kegiatan ini meliputi
• Merangkum inti pelajaran (berlangsung selama proses PBM).
• Membuat ringkasan (dimaksudkan dengan adanya ringkasan siswa yang tidak memiliki buku atau yang terlambat bisa mempelajarinya kembali).
2. Mengevaluasi
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah mendapatkan pemahaman yang utuh terhadap konsep yang dijelaskan adalah dengan evaluasi.
Bentuk-Bentuk Evaluasi Itu Meliputi
1. Mendemonstrasikan ketrampilan
Contoh : Setelah selesai mengarang puisi guru dapat meminta siswa untuk membacakan di depan kelas.
2. Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
Contoh : Guru merupakan persamaan kuadrat siswa disuruh menyelesaikan soal persamaan.
3. Mengekpresikan pendapat siswa sendiri
Guru dapat meminta komentar tentang keefektifan suatu demontrasi yang dilakukan guru atau siswa lain.
4. Soal-soal tertulis
• Uraian
• Tes objektif
• Melengkapi lembar kerja
6. Keenam, KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
A. Pengertian Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan, atau memecahkan suatu masalah (Mulyasa, Hasibuan dalam Suwarna,2006:79). Sedangkan pengertian keterampilan dasar mengajar membimbing diskusi kelompok kecil ialah keterampilan melaksanakan kegiatan membimbing siswa agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil dengan efektif (Suwarna,2006:79).
B. Tujuan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil bertujuan sebagai
berikut :
1. Siswa dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan mereka
2. Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi
3. Siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan (Mulyasa, Hasibuan dalam Suwarna,2006:80).
C. Komponen-komponen Keterampilan Membimbing Diskusi
1. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a). Rumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi
b). Kemukakan masalah-masalah khusus
c). Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan
d). Rangkum hasil pembicaraan diskusi
2. Memperjelas masalah maupun usulan/pendapat
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a) Merangkum usulan tersebut sehingga menjadi jelas
b) Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide tersebut
c) Menguraikan gagasan siswa dengan memberikaninformasi tambahan atau contoh-contoh yang sesuai sehingga kelompok dapat memperoleh informasi secara lebih jelas.
3. Menganalisis pandangan/pendapat siswa.
Di dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat di antara anggota kelompok. Dengan demikian guru hendaknya mampu menganalisis alasan perbedaan tersebut dengan cara sebagai berikut :
a) Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat
b) Menjelaskan hal-hal yang disepakati maupun yang tidak disepakati
4. Meningkatkan usulan siswa
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir
b) Memberikan contoh-contoh verbal yang sesuai secara tepat
c) Memberikan waktu untuk berpikir
d) Memberikan dukungan kepada usulan pendapat siswa dengan penuh perhatian
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a) Mencoba memancing usulan siswa yang enggan berpartisipasi dengan mengarah langsung secara bijaksana
b) Mencegah terjadinya pembicaraan serentak dengan memberi giliran kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu
c) Secara bijaksana mencegah siswa yang suka memonopoli pembicaraan.
d) Mendorong siswa untuk mengomentari usulan temannya sehingga interaksi antar siswa dapat ditingkatkan
6. Menutup diskusi
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a) Dengan bantuan para siswa, membuat rangkuman hasil diskusi.
b) Memberi gambaran tentang tindak lanjt hasil diskusi.
c) Mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang telah tercapai (Mulyasa, Hasibuan dalam Suwarna,2006:81).
d) Prinsip Penggunaan Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil memiliki dua prinsip, yaitu :
i. Diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim terbuka”
Hal ini ditandai dengan adanya keantusiasan berpartisipasi, kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topik diskusi, dan kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian semua anggota kelompok mempunyai keinginanuntuk dikenal dan dihargai, dapat merasa aman dan bebas mengemukakan pendapat.
ii. Perlu perencanaan dan persiapan yang matang
o Topik yang dipilih hendaknya sesuai dengan tujuanyang akan dicapai, minat dan kemampuan siswa
o Masalah hendaknya mengandung jawaban yang kompleks, bukan jawaban yang tunggal
o Adanya informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topik tersebut agar para siswa memiliki latar belakang pengetahuan yang sama sehingga mampu memberikan penjelasan dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memotivasi siswa (Hasibuan, Wardani dalam Suwarna,2006:82).
7. Ketujuh, KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
A. Pengertian ketrampilan mengelola kelas
keterampilan mengelola kelas adalah ketrampilan yang mencakupi keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, serta pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Pengelolaan kelas adalah segala kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi optimal saat terjadinya proses belajar mengajar, yang meliputi pengaturan siswa dan lingkungan belajar (fasilitas). Kondisi optimal yang harus diciptakan dan dipertahankan itu dimaksudkan agar kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan terjadi secara efektif dan efesien. Dalam kegiatan pengelolaan kelas, ketika kelas terganggu, guru harus dapat menciptakan dan berusaha mengembangkannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas.
Istilah lain dari kata pengelolaan adalah "manajemen". Manajemen berarti ketatalaksanaan, tata pimpin, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan menurut Suharsimi Arikunto adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
Sedangkan pengertian kelas diantaranya menurut :
1. Oemar Hamalik adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.
2.Suharsimi Arikunto yaitu sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. kemudian dipertegas bahwa kelas yang dimaksud di sini adalah kelas dengan sistem pengajaran klasikal dalam pengajaran secara tradisional.
2. Hadari Nawawi, memandang pengertian kelas dari dua sudut, yaitu :
a.Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.
b.Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai tujuan.
Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran.
Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian pengelolaan kelas diantaranya :
1. Di tinjau dari paham lama yaitu mempertahankan ketertiban kelas.
2. Di tinjau dari paham baru yaitu diantaranya menurut :
a. Made Pidarta dengan mengutip pendapat Lois V. Jonshon dan Mary A. Bany, bahwa
pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas.
b. Sudirman N. dkk, bahwa pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.
c. Hadari Nawawi mengatakan bahwa pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah hingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efesien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
d. Suharsimi Arikunto juga berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau membantu dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga terlaksana kegiatan belajar.
B. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Komponen keterampilan mengelola kelas ini pada dasarnya terbagi dua yaitu :
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemiliharaan kondisi belajar yang optimal, meliputi :
1. Menunjukkan sikap tanggap
Sikap tanggap ini dapat ditunjukkan oleh guru untuk membuktikan bahwa ia ada bersama dengan para siswanya, memberikan perhatian, sekaligus mengontrol kepedulian dan ketidakacuan para siswanya. Sikap tanggap ini dapat dilakukan dengan cara memandang secara seksama, gerak mendekati, memberi pernyataan serta memberikan reaksi atas gangguan dan ketidakacuan siswa dalam bentuk teguran.
2. Membagi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif dapat terjadi jika guru mampu membagi perhatian kepada beberapa kegiatan dalam waktu yang sama, dengan cara :
a. Visual, mengalihkan pandangan dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa atau seorang siswa secara individual.
b. Verbal, dengan cara memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktivitas seorang siswa sementara ia memimpin kegiatan siswa yang lain.
3. Memusatkan perhatian kelompok
Kegiatan siswa dalam belajar dapat dipertahankan jika guru mampu memusatkan perhatian siswa untuk melakukan tugas secara berkelompok atau bekerjasama. Memusatkan dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberikan tanda, misalnya dengan menciptakan atau membuat situasi tentang suatu hal sebelum menyampaikan materi.
b. Menuntut tanggung jawab, atas keterlibatan siswa dalam suatu kegiatan, baik dalam melaporkan hasil kerja kelompok, memperagakan sesuatu atau memberikan tanggapan.
4. Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
Guru harus seringkali memberikan arahan dan petunjuk yang jelas dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak kebingungan.
5. Menegur
Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran tingkah laku siswa sehingga mengganggu proses pembelajaran didalam kelas, maka guru hendaknya memberikan teguran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Tegas dan jelas teruju kepada siswa yang mengganggu.
b. Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan.
c. Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.
6. Memberi penguatan
Untuk menanggulangi siswa yang mengganggu atau tidak melakukan tugas, maka penguatan dapat diberikan sesuai dengan masalah yang muncul.
b. Keterampilan yang berhubungan degan pengembalikan kondisi belajar yang optimal, meliputi:
1. Modifikasi perilaku
Modifikasi perilaku menurut Bootzin (dalam Soetarlinah Soekadji, 1983) merupakan usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologi hasil eksperimen lain pada perilaku manusia. Dalam perspektif behaviorist modidifikasi perilaku didefinisikan sebagai penggunaan secara sistematis teknik kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi perilaku sosial tertentu atau tindakan mengontrol lingkungan perilaku tersebut.
2. Melakukan pendekatan pemecahan masalah kelompok
Memperlancar terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas
Memeliharah kegaiatan-kegiatan kelompok
3. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
Seorang guru harus memaksimalkan untuk memecahkan masalah tersebut dengan seperangkat cara untuk mengendalikan perilaku siswa tersebut.
C. Aspek-aspek dalam pengelolaan kelas.
Aspek Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas dapat berarti segala tindakan guru, berupa kepemimpinan, penugasan dan ketatalaksanaan dalam praktek penyelenggaraan kelas. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan di dalam mengelola kelas, kalau aspek-aspek ini tidak mendapat perhatian, kemungkinan sistem pengelolaan kelas tersebut tidak akan tercapai tujuannya, sehingga proses pendidikan di kelas itu tidak akan berhasil. Atau tidak berjalan sama sekali, bahkan mungkin pula terjadi suatu sistem intruksional yang tidak dikehendaki.
Berdasarkan beberapa studi tentang masalah pengelolaan untuk kepentingan teori dan praktek kependidikan, maka beberapa aspek pengelolaan kelas yang perlu diperhatikan:
1.Perencanaan Instruksional.
2.Pengorganisasian Belajar.
3.Pembinaan Siswa.
4.Supervisi.
5.Evaluasi.
1. Perencanaan instruksional dimaksudkan sebagai media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar mengarah pada kegiatan-kegiatan guru dan siswa dalam pelaksanaan pengajaran.
2. Pengorganisasian belajar merupakan usaha guru dalam menciptakan wadah dan fasilitas atau lingkungan belajar yang serasi, sesuai dengan kebutuhan dan menunjang terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3. Pembinaan siswa merupakan usaha untuk membangkitkan dan mengarahkan motivasi belajar siswa.
4. Supervisi adalah usaha guru dalam mengamati, membantu, menugaskan dan mrengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah di susun sebelumnya.
5. Sedangkan evaluasi ditujukan terhadap keempat aspek yang telah disebut terdahulu, yaitu pelaksanaan kegiatan belajar dan hasil belajar siswa. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai umpan balik untuk meninjau kembali segala perencanaan dan kegiatan yang telah dilaksanakan agar kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan hal-hal yang sudah memadai bisa dipertahankan sehingga kegiatan belajar selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Turney (1973) mengemukakan 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar, yakni:
Pertama, keterampilan bertanya yang mensyaratkan guru harus menguasai teknik mengajukan pertanyaan yang cerdas, baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut
Kedua, keterampilan memberi penguatan. Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan perhatian.
Ketiga, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, yang mensyaratkan guru agar mengadakan pendekatan secara pribadi, mengorganisasi-kan, membimbing dan memudahkan belajar, serta merencanakan dan melaksana-kan kegiatan belajar-mengajar.
Keempat, keterampilan menjelaskan yang mensyaratkan guru untuk merefleksi segala informasi sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Setidaknya, penjelasan harus relevan dengan tujuan, materi, sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa, serta diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan keperluan.
Kelima, keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam konteks ini, guru perlu mendesain situasi yang beragam sehingga kondisi kelas menjadi dinamis.
Keenam, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Hal terpenting dalam proses ini adalah mencermati.aktivitas siswa dalam diskusi.
Ketujuh, keterampilan mengelola kelas, mencakupi keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, serta pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Kedelapan, keterampilan mengadakan variasi, baik variasi dalam gaya mengajar, penggunaan media dan bahan pelajaran, dan pola interaksi dan kegiatan (sumber : dibaca dari Buku Pengelolaan Kelas/Drs. ade rukmana, Asep sunary S.Pd, Mpd.)
Untuk lebih jelasnya berikut pemaparan tentang 8 keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang guru meliputi :
1. Pertama, KETERAMPILAN BERTANYA
A. Rasional
Semua orang tanpa batas umur melakukan kegiatan bertanya.Anak kecil biasanya selalu ingin tau bahkan pada masa perkembangan anak ada masa yang disebut “masa apa itu”.
Dalam kegiatan pembelajaran bertanya cukup mendominasi kelas.Menurut hasil penelitian sejak abad 20 melaporkan bahwa guru menggunakan 30% dari waktunya untuk bertanya(G.A.Brown dan R. Edmondson,1984).Data ini menunjukan bahwa kegiatan bertanya sangat penting dalam proses pembelajaran.
Tujuan bertanya adalah untuk memperoleh informasi.Namun kegiatan bertanya oleh guru adalah untuk meningkatkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa,antara siswa dengan siswa dan mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Ada 4 alasan seorang guru harus menguasai keterampilan bertanya,yaitu:
1. Pada umumnya guru masih cenderung mendominasi kelas dengan metode ceramahnya sehingga siswa pasif,dengan keterampilan bertanya guru berusaha membuat siswa lebih aktif.
2. Kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak membiasakan anak untuk bertanya,sehingga keinginan anak bertanya menjadi terpendam.
3. Penerapan pendekatan CBSA dalam kegiatan pembelajaran menuntut keterlibatan siswa secara mental intelektual.
4. Adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajukan guru hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
B. Definisi dan fungsi Pertanyaan
G.A.Brown dan R. Edmondson (1984) mendefinisikan pertanyaan sebagai berikut:” segala pernyataan yang menginginkan tanggapan verbal(lisan)”.
Turney (1979) mengidentifikasi 12 fungsi pertanyaan seperti berikut:
1. Membangkitkan minat dan keingin tahuan siswa tentang suatu topic.
2. Memusatkan perhatian pada masalah tertentu.
3. Menggalakan penerapan belajar aktif.
4. Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri.
5. Menstruykturkan tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara maksimal.
6. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
7. Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
8. Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahaman tentang informasi yang diberikan.
9. Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat mendorong mengembangkan proses berpikir.
10. Mengembangkan kebiasaan menanggapi pernyataan teman atau pernyataan guru.
11. Memberikan kesempatan untuk belajar diskusi.
12. Menyatakan perasaan dan pikiran murni kepada siswa.
C. Komponen-komponen Keterampilan Bertanya
1. Keterampilan Bertanya Dasar
Komponen-komponen keterampilan bertanya dasar sebagai berikut:
a. Pengungkapan pertanyaan secara singkat dan jelas
b. Pemberian acuan
c. Pemusatan
d. Pemindahan giliran
e. Penyebaran
f. Pemberian waktu berpikir
g. Pemberian tuntunan
2. Keterampilan Bertanya Lanjut
Sesuai dengan namanya,penggunaan atas keterampilan bertanya lanjut dibentuk berdasarkan penggunaan keterampilan bertanya dasar.Komponen keterampilan bertanya lanjut adalah:
a. Pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan,
Pertanyaan yang diajukan guru hendaknya mengundang siswa untuk berpikir.Kualitas proses mental yang terjadi pada siswa ketika memikirkan jawaban pertanyaan guru tergantung dari kualitas pertanyaan guru.Guru hendaknya mengajukan pertanyaan yang tergolong tinggi pada taksonomi Bloom,pertanyaan yang bersifat ingatan hendaknya dibatasi.
b. Pengaturan urutan pertanyaan,
Pertanyaan pada tingkat tertentu hendaknya dimantapkan kemudian beralih kepertanyaan yang lebih tinggi.Oleh karena itu tidak dapat dibenarkan jika guru sudah mengajukan pertanyaan yang menuntut siswa untuk melakukan analisis,padahal siswa belum mampu menjawab pertanyaan yang bersifat pemahaman.Pertanyaan yang tidak sistematis akan membingungkan siswa dan menghambat perkembangan kemampuan berpikir siswa.
c. Penggunaan pertanyaan pelacak,
Fungsi pertanyaan pelacak untuk mengembangkan atau meminta jawaban yang lebih tepat pada siswa.Teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan guru antara lain:
1. Meminta klarifikasi
2. Meminta siswa memberi alasan
3. Meminta kesepakatan pandangan siswa
4. Meminta ketepatan jawaban
5. Meminta jawaban yang lebih relevan
6. Meminta contoh
7. Meminta jawaban yang lebih kompleks
d. Peningkatan terjadinya interaksi.
Peningkatan terjadinya interaksi ini dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
1) Menghindari atau mengurangi pertanyaan yang hanya dijawab oleh seorang siswa,
2) Mendorong siswa mengajukan pertanyaan sehingga tidak hanya guru yang bertanya,
3) Jika siswa mengajukan pertanyaan berikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan tersebut.
D. Prinsip Penggunaan
Prinsip penggunaan atau hal-hal yang mempengaruhi keefektifan pertanyaan sebagai berikut:
1. Kehangatan dan keantusiasan
2. Menghindari kebiasaan berikut:
a. Mengulangi pertanyaan sendiri
b. Mengulangi jawaban siswa
c. Menjawab pertanyaan sendiri
d. Mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak
e. Mengajukan pertanyaan ganda
f. Menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan
3. Memberi waktu berpikir
4. Mempersiapkan pertanyaan pokok yang akan diajukan
5. Menilai pertanyaan yang telah diajukan.
2. Kedua, KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
1. Pengertian
Memberipenguatan atau reinforcement merupakan tindakan ataurespon terhadapsuatubentukprilaku yang dapatmendorongmunculnyapeningkatankualitastingkahlakutersebutdisaat yang lain.Responada yang positif da nada yang negative dimanaresponpositifmisalnyaanak di berikanhadiahatau Fujian sedangkanrespon yang negaatifadalahmemberihukuman ,namunkeduarespontersebutmemilikitujua yang samayaituinginmerubahtinggkahlakuseseorang. Responpositifbertujuan agar tingkahlaku yang sudahbaik (bekerja, belajar ,danberprestasi) itufrekuensinyaakanberulangataubertambah. Sedangkanrespon negative ( hukuman) bertujuan agar tingkahlaku yang kurangbaikitufrekuensinyaberkurangatauhilang. Pemberianrespon yang demikiandalam proses belajarmengajardisebut“ memberipenguatan”.
2. Tujuan
Menggunakanketerampilanmemberipenguatandalampengajaran, guru bertujuanuntuk :
a. Membangkitkanmotivasibelajarpesertadidik.
b. Merangsangpesertadidikberfikir yang baik.
c. Menimbulkanperhatianpesertadidik
d. Menumbuhkankemampuanberinisiatifsecarapribadi
e. Mengendalikandanmengubahsikap negative pesertadidikdalambelajarkearahprilaku yang mendukungbelajar.
3. Penggunaan di dalamkelas
Tujuanpenggunaanketerampilanmemberipenguatan di dalamkelasadalahuntuk:
• Meningkatkanperhatiansiswa, membantusiswabelajarbilapemberianpenguatandigunakansecaraselektif.
• Memberimotivasikepadasiswa.
• Di pakaiuntukmengontrolataumengubahtingkahlakusiswa yang mengganggu, danmeningkatkancarabelajar yang produktif.
• Mengembangkankepercayaandirisiswauntukmengaturdirisendiridalampengalamanbelajar.
• Mengarahkanterhadappengembanganberfikir yang divegendanpengambilaninisiatif yang bebas.
4. Aplikasi
Semuaaspek yang terdapat yang terdapatpadapemberianpenguatandapatberpengaruhpadakelompokusiasiswa yang manapun ,tidakterbataspadasatutingkatsekolahtertentusaja, tetapisama, baikuntukanak yang dewasamaupun yang belumdewasa, hal yang perludiperhatikadalampemberianpenguatanialah guru harusyakinbahwasiswaakanmenghargainyadanmenyadariakanrespon yang diberikan guru, pemberianpenguatandapatdilakukanpadasaat:
• Siswamemperhatika guru, memperhatikankawanlainyadanbenda yang menjaditujuandiskusi
• Siswasedangbelajar ,mengerjakantugasdaribuku, membacadanbekerja di papantulis.
• Menyelesaikanhasilkerja (selesaipenuh, ataumenyelesaikan format).
• Bekerjadengankualitaskerja yang baik ( kerapian, ketelitian, keindahan, danmutumateri)
• Perbaikanpekerjaan( dalamkualitas, hasilataupenampilan).
• Ada katagoritingkahlaku (tepat, tidaktepat, verbal, pisik, dantertulis)
• Tugasmandiri (perkembanganpadapengarahandirisendirimengelolatingkahlakusendiridanmengambilinisiatifkegiatansendiri).
5. Komponen /Jenis-jenispenguatan
Guru dapatmenggunakanjenis –jenispenguatandalam proses pembelajaransesuaidengansituasidankondisi yang berlangungdikelasnya, jenis-jenispeguataniniadalah:
• Penguatan verbal, yaitupenguatan yang diberikan guru berupa kata-kata/ kalimat yang di ucapkanseperti: “bagus”, “baik”, “hebat”, “mengagumkan”, “kamucerdas”, “setuju”, “ya”, “betul”, “tepat”, dansebaagainya.
• Penguatan Gestural, yaitupenguatanberupageraktubuhataumimiklmuka yang memberiarti /kesanbaikkepadapesertadidik. Penguatan gestural dapatberupatepuktangan, acunganjempol, anggukantersenyumdansebagainya.
• Penguatandengancaramendekati, yaituperhatian guru kepadapesertadidikdengancaramendekatinya. Penguatandengancaramendekatiinidapatdilakukantatkalapesertadidikmenjawapertanyaan, bertanya, diskusi, atauaktivitaslainya.
• Penguatandengancarasentuhan, yaitupenguatan yang dilakukan guru dengancaramenyentuhpesertadidik, seperti, seperti “menepukpundakpesertadidik” “menjabattangan”, “mengusaprambutkepala”, mengankattanganpesertadidik” dsb
• Penguatandenganmemberikegiatan yang menyenangkan. Memberipenghargaankepadakemampuanpesertadidikdalamsuatubidangtertentusepertipesertadidik yang pandaibernyanyidiberikankesempatanuntukmelatih vocal padatemanya, yang pandaidapatdijadikan tutor sebaya, dansebagainya.
• Penguatanberupatanda. Adakalanya guru memberikanpenilaiankepadapeseertadidik yang berupa symbol-simbolataubenda-benda. Penguataninidapatberupakomentartertulisataskaryapesertadidik, hadiahberupabukutulis, piagam ,lencanadansebagainya.
6. Model-model penguatan
Ada beberapa model yang dapatdilakukanoleh guru dalammemberipenguatanyaitu:
• Penguatanseluruhkelompok
Pemberianpenguatankepadaseluruhanggotakelompokdalamkelas yang dapatdilakukansecaraterus-menerussepertihalnyapadapemberianpenguatanuntukindividu.Penguatan verbal, gestural, tanda ,dankeiatanadalahmerupakankomponenpenguatan yang dapat di peruntukanpadaseluruhanggotakelompok
• Penguatan yang ditundapemberianpenguatandenganmenggunakankomponen yang manapun, sebiknyasesegeramungkin di berikankepadasiswasetelahmelakukansesuaturespon. Penundaanpenguatanpadaumumnyaadalahkurangefektifbiladibandingkandenganpemberiansecaralangsung. Tetapipenundaantersebutdapatdilakuakandenganmemberipenjelasanatauisarat verbal bahwapnghargaanituditundadanakandiberikankemudian. Pepatah yang sesuaiuntukinimisalnya” lebihbaikterlambatdaripadatidaksamasekali”
• Penguatan partial
Penguatan partial dalamhalinisamadenganpenguatansebagian-sebagianatautidakkesinambungan ,diberikankepadasiswauntuksebagiandariresponya. Sebenarnyapenguatantersebutdigunakanuntukmenghidaripenggunaanpenguatan yang negative danpemberiankritik
• Penguatanperorangan
Pemberianpenguatandengansecarakhusus, misal-nyamenyebutkemampuan, penampilan, dannamasiswa yang bersangkutanadalahlebihefektifdaripadatidakmenyebutapa-apa.
3. Ketiga, KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN,
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
1. Pengertian.
Keterampilan mengajar kelompok kecil adan waktu adalah kemampuan guru melayani kegiatan peserta didik dalam belajar secara berkelompok dengan jumlah peserta didik berkisar antara 3 sampai 5 orang atau paliong banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya. Sedangkan ketrampilan dalam pengajaran perorangan atau pengajaran individual adalah kemampuan guru dalam menentukan tujuan, bahan ajar, prosedur dan waktu yang digunakan dalam pengajaran dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan atau perbedaan-perbedaan individual peserta didik.
2. Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan ada 4 yaitu:
a. Keterampilan dalam pendekatan pribadi
Aspek dalam keterampilan pendekatan pribadi adalah:
1) Kehangatan, guru harus menampilkan kehangatan kepada siswa.
2) Peka, guru harus peka terhadap siswa dan kebutuhan siswa.
3) Mendengarkan, guru perlu mendengarkan secara simpati dan merespon secara positif terhadap pikiran siswa dan membuat hubungan yang saling percaya.
4) Membantu, guru bisa membantu siswa jika siswa mengahadapi masalah.
b. Keterampilan dalam mengorganisasikan
Aspek dalam keterampilan mengorganisasikan adalah:
1) Orientasi pendahuluan oleh guru untuk menetapkan tujuan, masalah atau tugas, untuk penentuan pembagian kerja sebelum pembagian kerja sebelum pembagian kelompok dan perorangan dilakukan.
2) Pembagian kegiatan, guru menyiapkan tempat kerja, peralatan, prosedur, aturan, waktu yang digunakan dan lain-lain.
3) Guru mengatur pembagian kelompok secara tepat.
4) Guru mengkoordinasikan kemajuan diskusi penggunaan materi dan sumber untuk membantu siswa.
5) Membagi perhatian terhadap berbagai macam kegiatan baik yang dikerjakan secara kelompok maupun perorangan.
6) Pada akhir kegiatan guru membantu siswa untuk mengklarifikasi hasil dengan memberikan kulminasi tugas kegiatan berupa laporan atau tukar pengalaman dari semua siswa.
c. Keterampilan dalam membimbing belajar
Aspek dalam keterampilan membimbing belajar adalah:
1) Membantu siswa untuk memajukan kegiatan belajarnya dengan meminilkan frustasi, guru perlu menggunakan berbagai variasi pemberian penguatan secara verbal dan non verbal kepada kelompok dan perorangan untuk memberi motivasi kemajuan belajar.
2) Mengembangkan supervisi proses lanjut guru berkeliling sehingga sebagai nara sumber dapat dimanfaatkan, memberi bantuan bila diperlukan dan sebagai interaksi guru dan siswa untuk secara langsung memberi tutorial, sebagai pemimpin diskusi, atau sebagai katalisator untuk meningkatkan siswa dalam belajar dan berfikir melalui pertanyaan, komentar, dan nasehat.
3) Supervisi terintegrasi yang digunakan dengan maksud untuk mengevaluasi kemajuan dari berbagai macam kegiatan dalam mempersiapkan saling tukar pengalaman tentang apa yang telah dipelajari dan diselesaikan.
d. Keterampilan dalam merencanakan dan melaksanakan KBM
Kegiatan guru dalam kegiatan belajar mengajar seperti membuka pelajaran, menyajikan kegiatan inti, membimbing perserta didik, dan mengevaluasi hendaklah diatur dengan baik dan penuh kesungguhan.
4. Keempat, KETERAMPILAN MENJELASKAN
1. Pengertian Keterampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ialah penyajian informasi secara lisanyang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatanguru dalam interaksinyadengan siswa di dalam kelas. Dan biasanya guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh langsung, misalnya dalam memberikan fakta, ide, ataupun pendapat. Oleh sebab itu, hal ini haruslah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya agar tercapai hasil yang optimaldari penjelasan dan pembicaraan guru tersebut sehingga bermakna bagi murid.
2. Komponen-Komponen keterampilan Menjelaskan
a. Merencanakan
Penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerimaan pesan. Yang berkenaan dengan isi pesan (materi) meliputi penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dan penggunaan hokum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Mengenai yang berhubungan dengan penerimaan pesan (siswa) hendaknya diperhatikan hal-hal atau perbedaan-perbedaan pada setiap anak yang akan menerima pesan seperti usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial, bakat, minat serta lingkungan belajar anak.
b. Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Kejelasan: Penjelasan hendaknya diberikan dngan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, menghindari penggunaan ucapan-ucapan seperti “e”, “aa”, “mm”, “kira-kira”, “umunya”, “biasanya”, “seringkali” dan istilah-istilah yang tidak dapat dimengerti oleh anak.
b) Penggunaan contoh dan ilustrasi: Dalam memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
c) Pemberian tekanan: Dalam memberikan penjelasan, guru harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting. Dalam hal ini guru dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti “Yang terpenting adalah”, “Perhatikan baik-baik konsep ini”, atau “Perhatikan, yang ini agak sukar”.
d) Penggunaan balikan: Guru hendaknya member kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertiannya ketika penjelasan itu diberikan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti “Apakah kalian mengerti dengan penjelasan tadi?” Juga perlu ditanyakan, “Apakah penjelasan tadi bermakna bagi kalian?” dan sebagainya.
3. Tujuan Memberikan Penjelasan
a) Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hokum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
b) Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
c) Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman murid.
d) Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan mendapatkan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
5. Kelima, KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Pengertian keterampilan membuka dan menutup pelajaran :
Membuka pelajaran adalah: kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.
Menutup pelajaranadalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.dalam proses belajar mengajar.
Awal pelajaran atau awal setiap penggal kegiatan dalam inti pelajaran guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran. Komnponen ketrampilan itu adalah menarik perhatian, menimbulkan motivasi dan materi acuan.
Komponen dan aspek itu meliputi :
1. Menarik Perhatian Siswa
Cara yang dapat dipergunakan :
1. Gaya Mengajar Guru
Perhatian dapat timbul dari apresiasi gaya mengajar guru seperti posisi, atau kegiatan yang berbeda dari biasanya.
2. Penggunaan Alat Bantu Mengajar
Seperti : gambar, model, skema, disamping menarik perhatian memungkinkan terjadinya kaiatan antara hal yang telah diketahui dengan hal yang dipelajari.
3. Pola Interaksi Yang Bervariasi.
Seperti guru-siswa, siswa-siswa, siswa-guru.
2. Menimbulkan Motivasi
Cara untuk menimbulkan motivasi
1. Dengan Hangat dan Antusias
Hendaknya ramah, antusias, bersahabat dan sebagainya. Sebab dapat mendorong tingkah dan kesenangan dalam mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa akan timbul.
2. Menimbulkan Rasa Ingin Tahu
Melontarkan ide yang bertentangan dengan mengerjakan masalah atau kondisi diri kenyataan sehari-hari
Contoh : Kalau transmigrasi dapat meningkatkan kemakmuran penduduk mengapa
banyak penduduk di pulau jawa tidak mau transmigrasi.
3. Dengan Memperhatikan Minat Siswa.
Menyesuaikan topik pelajaran dengan minat siswa karena motivasi dan minat berpengaruh pada jenis kelamin, umur, sosial ekonomi dan sebagainya.
3. Memberi Acuan (Structuring)
Yaitu usaha untuk mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkai alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas hal-hal yang harus dipelajari.
Untuk itu cara yang dilakukan adalah :
1. Mengemukakan tujuan dan batas tugas hendaknya guru mengemukakan tujuan pelajaran terlebih dahulu batas tugas yang dikerjakan siswa.
Contoh : Guru : hari ini kita belajar mengarang cerita perhatikan tiga buah gambar berikut lalu berdasarkan gambar itu tulis suatu cerita yang panjangnya lebih kurang 100 kata
2. Menyarankan Langkah-Langkah Yang Dilakukan
Tujuannya adalah agar dalam pelajaran siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari materi dan tugas jika guru memberi saran dan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan misalnya :
Guru : tugas kalian adalah membuktikan pada temperature berapa derajat celcius air mendidih langkah yang harus kalian kerjakan adalah :
• Mengukur temperature yang belum dipanasi
• Lalu nyalakan lampu spirtus ini dan panaskan air dalam gelas ini
• Jika air sudah mendidih catatlah berapa suhunya sesuai dengan yang kelihatan pada temperatur.
3. Mengingatkan Masalah Pokok Yang Dibahas
Misalnya : Dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal yang positif dari sifat suatu konsep, tanda, media, hewan dan lain-lain.
Selain itu tunjukan juga hal negatif yang hilang atau kurang lengkap.
Contoh : Periksalah bahan-bahan ini dan tentukan mengapa beberapa batu dapat digolongkan dalam jenis batu yang mengandung biji besi dan yang lain tidak.
4. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan diajukan sebelum memulai penjelasan akan mengarahkan siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari.
Contoh : Sebelum memutar film tentang siklus kehidupan nyamuk guru mengajukan pertanyaan untuk membantu siswa memahami siklus nyamuk yang digambarkan oleh film tersebut.
4. Membuat Kaitan
Jika guru mengerjakan materi baru perlu menghubungkan dengan hal yang telah dibuat ssiswa atau pengalaman atau minat dan kebutuhanya untuk mempermudah pemahaman hal-hal yang telah dikenal, pengalaman, minat dan kebutuhan inilah yang disebut dengan pengait.
Contoh : Usaha guru untuk membuat kaitan.
1. Permulaan pelajaran guru meninjau kembali sejauh mana materi sebelumnya telah dipahami dengan mengajukan pertanyaan atau merupakan inti materi pelajaran terdahulu secara singkat.
2. Cara membandingkan atau mempertentangkan dengan pengetahuan baru, hal ini dilakukan jika pengetahuan baru erat kaitanya dengan pengetahuan lama.
Contoh : Guru bertanya untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan sebelum mengerjakan pembagian.
3. Cara menjelaskan konsepnya atau pengertian lebih dahulu sebelum mengerjakan bahan secara terperinci.
Menutup Pelajaran
Menjelang akhir pelajaran atau ahir setiap penggal kegiatan guru harus melakukan penutupan pelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok materi.
Komponen dan aspek itu meliputi:
1. Meninjau Kembali
Akhir kegiatan guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan sudah dipahami oleh siswa, kegiatan ini meliputi
• Merangkum inti pelajaran (berlangsung selama proses PBM).
• Membuat ringkasan (dimaksudkan dengan adanya ringkasan siswa yang tidak memiliki buku atau yang terlambat bisa mempelajarinya kembali).
2. Mengevaluasi
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah mendapatkan pemahaman yang utuh terhadap konsep yang dijelaskan adalah dengan evaluasi.
Bentuk-Bentuk Evaluasi Itu Meliputi
1. Mendemonstrasikan ketrampilan
Contoh : Setelah selesai mengarang puisi guru dapat meminta siswa untuk membacakan di depan kelas.
2. Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
Contoh : Guru merupakan persamaan kuadrat siswa disuruh menyelesaikan soal persamaan.
3. Mengekpresikan pendapat siswa sendiri
Guru dapat meminta komentar tentang keefektifan suatu demontrasi yang dilakukan guru atau siswa lain.
4. Soal-soal tertulis
• Uraian
• Tes objektif
• Melengkapi lembar kerja
6. Keenam, KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
A. Pengertian Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan, atau memecahkan suatu masalah (Mulyasa, Hasibuan dalam Suwarna,2006:79). Sedangkan pengertian keterampilan dasar mengajar membimbing diskusi kelompok kecil ialah keterampilan melaksanakan kegiatan membimbing siswa agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil dengan efektif (Suwarna,2006:79).
B. Tujuan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil bertujuan sebagai
berikut :
1. Siswa dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan mereka
2. Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi
3. Siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan (Mulyasa, Hasibuan dalam Suwarna,2006:80).
C. Komponen-komponen Keterampilan Membimbing Diskusi
1. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a). Rumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi
b). Kemukakan masalah-masalah khusus
c). Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan
d). Rangkum hasil pembicaraan diskusi
2. Memperjelas masalah maupun usulan/pendapat
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a) Merangkum usulan tersebut sehingga menjadi jelas
b) Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide tersebut
c) Menguraikan gagasan siswa dengan memberikaninformasi tambahan atau contoh-contoh yang sesuai sehingga kelompok dapat memperoleh informasi secara lebih jelas.
3. Menganalisis pandangan/pendapat siswa.
Di dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat di antara anggota kelompok. Dengan demikian guru hendaknya mampu menganalisis alasan perbedaan tersebut dengan cara sebagai berikut :
a) Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat
b) Menjelaskan hal-hal yang disepakati maupun yang tidak disepakati
4. Meningkatkan usulan siswa
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir
b) Memberikan contoh-contoh verbal yang sesuai secara tepat
c) Memberikan waktu untuk berpikir
d) Memberikan dukungan kepada usulan pendapat siswa dengan penuh perhatian
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a) Mencoba memancing usulan siswa yang enggan berpartisipasi dengan mengarah langsung secara bijaksana
b) Mencegah terjadinya pembicaraan serentak dengan memberi giliran kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu
c) Secara bijaksana mencegah siswa yang suka memonopoli pembicaraan.
d) Mendorong siswa untuk mengomentari usulan temannya sehingga interaksi antar siswa dapat ditingkatkan
6. Menutup diskusi
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a) Dengan bantuan para siswa, membuat rangkuman hasil diskusi.
b) Memberi gambaran tentang tindak lanjt hasil diskusi.
c) Mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang telah tercapai (Mulyasa, Hasibuan dalam Suwarna,2006:81).
d) Prinsip Penggunaan Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil memiliki dua prinsip, yaitu :
i. Diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim terbuka”
Hal ini ditandai dengan adanya keantusiasan berpartisipasi, kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topik diskusi, dan kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian semua anggota kelompok mempunyai keinginanuntuk dikenal dan dihargai, dapat merasa aman dan bebas mengemukakan pendapat.
ii. Perlu perencanaan dan persiapan yang matang
o Topik yang dipilih hendaknya sesuai dengan tujuanyang akan dicapai, minat dan kemampuan siswa
o Masalah hendaknya mengandung jawaban yang kompleks, bukan jawaban yang tunggal
o Adanya informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topik tersebut agar para siswa memiliki latar belakang pengetahuan yang sama sehingga mampu memberikan penjelasan dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memotivasi siswa (Hasibuan, Wardani dalam Suwarna,2006:82).
7. Ketujuh, KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
A. Pengertian ketrampilan mengelola kelas
keterampilan mengelola kelas adalah ketrampilan yang mencakupi keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, serta pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Pengelolaan kelas adalah segala kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi optimal saat terjadinya proses belajar mengajar, yang meliputi pengaturan siswa dan lingkungan belajar (fasilitas). Kondisi optimal yang harus diciptakan dan dipertahankan itu dimaksudkan agar kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan terjadi secara efektif dan efesien. Dalam kegiatan pengelolaan kelas, ketika kelas terganggu, guru harus dapat menciptakan dan berusaha mengembangkannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas.
Istilah lain dari kata pengelolaan adalah "manajemen". Manajemen berarti ketatalaksanaan, tata pimpin, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan menurut Suharsimi Arikunto adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
Sedangkan pengertian kelas diantaranya menurut :
1. Oemar Hamalik adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.
2.Suharsimi Arikunto yaitu sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. kemudian dipertegas bahwa kelas yang dimaksud di sini adalah kelas dengan sistem pengajaran klasikal dalam pengajaran secara tradisional.
2. Hadari Nawawi, memandang pengertian kelas dari dua sudut, yaitu :
a.Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.
b.Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai tujuan.
Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran.
Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian pengelolaan kelas diantaranya :
1. Di tinjau dari paham lama yaitu mempertahankan ketertiban kelas.
2. Di tinjau dari paham baru yaitu diantaranya menurut :
a. Made Pidarta dengan mengutip pendapat Lois V. Jonshon dan Mary A. Bany, bahwa
pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas.
b. Sudirman N. dkk, bahwa pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.
c. Hadari Nawawi mengatakan bahwa pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah hingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efesien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
d. Suharsimi Arikunto juga berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau membantu dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga terlaksana kegiatan belajar.
B. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Komponen keterampilan mengelola kelas ini pada dasarnya terbagi dua yaitu :
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemiliharaan kondisi belajar yang optimal, meliputi :
1. Menunjukkan sikap tanggap
Sikap tanggap ini dapat ditunjukkan oleh guru untuk membuktikan bahwa ia ada bersama dengan para siswanya, memberikan perhatian, sekaligus mengontrol kepedulian dan ketidakacuan para siswanya. Sikap tanggap ini dapat dilakukan dengan cara memandang secara seksama, gerak mendekati, memberi pernyataan serta memberikan reaksi atas gangguan dan ketidakacuan siswa dalam bentuk teguran.
2. Membagi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif dapat terjadi jika guru mampu membagi perhatian kepada beberapa kegiatan dalam waktu yang sama, dengan cara :
a. Visual, mengalihkan pandangan dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa atau seorang siswa secara individual.
b. Verbal, dengan cara memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktivitas seorang siswa sementara ia memimpin kegiatan siswa yang lain.
3. Memusatkan perhatian kelompok
Kegiatan siswa dalam belajar dapat dipertahankan jika guru mampu memusatkan perhatian siswa untuk melakukan tugas secara berkelompok atau bekerjasama. Memusatkan dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberikan tanda, misalnya dengan menciptakan atau membuat situasi tentang suatu hal sebelum menyampaikan materi.
b. Menuntut tanggung jawab, atas keterlibatan siswa dalam suatu kegiatan, baik dalam melaporkan hasil kerja kelompok, memperagakan sesuatu atau memberikan tanggapan.
4. Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
Guru harus seringkali memberikan arahan dan petunjuk yang jelas dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak kebingungan.
5. Menegur
Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran tingkah laku siswa sehingga mengganggu proses pembelajaran didalam kelas, maka guru hendaknya memberikan teguran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Tegas dan jelas teruju kepada siswa yang mengganggu.
b. Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan.
c. Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.
6. Memberi penguatan
Untuk menanggulangi siswa yang mengganggu atau tidak melakukan tugas, maka penguatan dapat diberikan sesuai dengan masalah yang muncul.
b. Keterampilan yang berhubungan degan pengembalikan kondisi belajar yang optimal, meliputi:
1. Modifikasi perilaku
Modifikasi perilaku menurut Bootzin (dalam Soetarlinah Soekadji, 1983) merupakan usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologi hasil eksperimen lain pada perilaku manusia. Dalam perspektif behaviorist modidifikasi perilaku didefinisikan sebagai penggunaan secara sistematis teknik kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi perilaku sosial tertentu atau tindakan mengontrol lingkungan perilaku tersebut.
2. Melakukan pendekatan pemecahan masalah kelompok
Memperlancar terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas
Memeliharah kegaiatan-kegiatan kelompok
3. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
Seorang guru harus memaksimalkan untuk memecahkan masalah tersebut dengan seperangkat cara untuk mengendalikan perilaku siswa tersebut.
C. Aspek-aspek dalam pengelolaan kelas.
Aspek Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas dapat berarti segala tindakan guru, berupa kepemimpinan, penugasan dan ketatalaksanaan dalam praktek penyelenggaraan kelas. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan di dalam mengelola kelas, kalau aspek-aspek ini tidak mendapat perhatian, kemungkinan sistem pengelolaan kelas tersebut tidak akan tercapai tujuannya, sehingga proses pendidikan di kelas itu tidak akan berhasil. Atau tidak berjalan sama sekali, bahkan mungkin pula terjadi suatu sistem intruksional yang tidak dikehendaki.
Berdasarkan beberapa studi tentang masalah pengelolaan untuk kepentingan teori dan praktek kependidikan, maka beberapa aspek pengelolaan kelas yang perlu diperhatikan:
1.Perencanaan Instruksional.
2.Pengorganisasian Belajar.
3.Pembinaan Siswa.
4.Supervisi.
5.Evaluasi.
1. Perencanaan instruksional dimaksudkan sebagai media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar mengarah pada kegiatan-kegiatan guru dan siswa dalam pelaksanaan pengajaran.
2. Pengorganisasian belajar merupakan usaha guru dalam menciptakan wadah dan fasilitas atau lingkungan belajar yang serasi, sesuai dengan kebutuhan dan menunjang terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3. Pembinaan siswa merupakan usaha untuk membangkitkan dan mengarahkan motivasi belajar siswa.
4. Supervisi adalah usaha guru dalam mengamati, membantu, menugaskan dan mrengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah di susun sebelumnya.
5. Sedangkan evaluasi ditujukan terhadap keempat aspek yang telah disebut terdahulu, yaitu pelaksanaan kegiatan belajar dan hasil belajar siswa. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai umpan balik untuk meninjau kembali segala perencanaan dan kegiatan yang telah dilaksanakan agar kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan hal-hal yang sudah memadai bisa dipertahankan sehingga kegiatan belajar selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Langganan:
Postingan (Atom)
Kamis, 07 April 2011
Pengertian prestasi belajar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum membicarakan prestasi belajar peserta didik, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.
Menurut Slameto belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Winkel belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.”
Dari pendapat – pendapat para ahli di atas diketahui belajar sangat berpengaruh besar bagi kehidupan seorang dimasa depannya, belajar tidak hanya membaca buku , menhapal kalimat – kalimat kemudian di lupakan , belajar lebih cenderung untuk pembentukan seorang anak menjadi lebih baik , sasaran belajar yaitu pengembangan pada aspek afekti (sikap), aspek kognitif ( kecerdasan / intelegensi ) dan aspek psikomotor (ketrampilan).
Sebagai seorang guru kita tidak boleh memandang anak dari satu aspek saja misal seorang anak yang memiliki intelegansi tinggi memang dia anak yang cerdas tetapi dia belum tentu memiliki sikap yang baik, begitu juga dengan prestasi belajar anak tersebut walaupun dia cerdas dia belum tentu akan mendapatkan prestasi belajar yang tinggi karena untuk menggapai prestasi di pengaruhi banyak factor. Untuk lebih jelasnya akan kami paparkan dalam bab berikutnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang di magsud prestasi belajar?
1.2.2 Apa sajakah yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik?
1.2.3 Bagaimanakah cara belajar yang baik agar memperoleh prestasi belajar?
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan karya tulis kami ini yaitu untuk dapat mengetahui apa yang di magsud dengan prestasi belajar, faktor – faktor apa sajakah yang mempengaruhinya, dan bagaimana cara belajar yang baik agar mendapat prestasi belajar yang maksimal.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian prestasi belajar.
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.
Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.” Menurut W.J.S Purwadarrninto rnenyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan “.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
a. Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Ada kalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar, seperti pendapat para ahli berikut ini :
Menurut Kartono kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin berpendapat bahwa “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
b. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Kartono menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
c. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”
Kemudian Sardiman mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
d. Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Nasution mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik.
(b) motivasi ekstrinsik.
Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Dalam hal ini Hasbullah mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini Kartono berpendapat “Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya.” Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
2.3 Teknik Belajar Agar memperoleh prestasi belajar yang maksimal
The Liang Gie membagi teknik belajar ke dalam dua fase yaitu fase persiapan belajar dan fase proses belajar. Dalam tiap-tiap fase tersebut cara atau teknik belajar tersendiri.
1. Fase Persiapan Belajar
Fase ini merupakan fase sebelum belajar, landasar utama bagi pembentukan cara belajar yang baik adalah sikap mental yang baik, yaitu sikap mental yang ditumbuhkan dan dipelihara dengan sebaik-baiknya agar siswa mempunyai kesadaran berupa kesediaan mental. Tanpa kesediaan mental siswa dalam belajar tidak akan bertahan menghadapi berbagai macam kesukaran, terutama pada saat siswa dihadapi paa berbagai masalah yang harus dipecahkan.
Sikap mental yang perlu diusahakan oleh setiap siswa dalam rangka persiapan belajar sekurang-kurangnya mencakup empat segi, yaitu: Tujuan belajar, minat terhadap pelajaran, kepercayaan paa diri sendiri dan keuletan.
a. Tujuan Belajar
Belajar di sekolah perlu diarahkan pada suatu cita-cita tertentu, cita-cita yang diperjuangkan dengan berbagai macam kegiatan belajar. Tujuan belajar perlu diketahui oleh siswa, agar siswa siap menerima materi pelajaran, seperti apa yang dijelaskan Winarno Surachman bahwa: “Tujuan itu penting anda ketahui terlebih dahulu, sebab jika anda sudah mengetahui tujuan itu maka mental anda pun akan siap menerima, mengolah dan mengatur semua mata pelajaran sesuai dengan tujuan itu.”
b. Minat terhadap mata pelajaran
Setiap siswa seharusnya menaruh minat yang besar terhadap mata pelajaranyang mereka ikuti, karena minat selain memusatkan pikiran juga akan menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar, seperti yang kemukakan oleh The Liang Gie adalah “keriangan hati akan memperbesar kemampuan belajar seseorang dan juga membentunya tidak melupakan apa yang dipelajarinya itu.”
Materi pelajaran dapat dipelajari dengan baik bila siswa dapat memusatkan pikirannya dan menyenangi materi pelajaran tersebut. Siswa kurang berhasil dalam menerima materi pelajaran itu disebabkan siswa itu tidak tertarik dengan materi pelajaran yang disampaikan.
c. Kepercayaan kepada diri sendiri
Setiap siswa perlu yakin mereka mempunyai kemampuan kepercayaan kepada diri sendiri perlu dipupuk sebagai salah satu kesiapan sepenuhnya bahwa tidak ada mata pelajaran yang tidak dapat dipahami bila ia mau belajar dengan giat setiap hari.
d. Keuletan
Hidup seorang siswa selama belajar di sekolah penuh kesukaran-kesukaran, oleh karena itu setiap siswa perlu memiliki keuletan baik jasmani maupun rohani. Untuk memupuk keuletan tersebut hendaknya siswa selalu menganggap setiap persoalan muncul sebagai tantangan yang harus diatasi.
Materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah masih mengharuskan siswa melaksanakan aktifitas mental, untuk menanamkan konsep pelajaran yang lebih baik. Untuk itu Herman Hudoyo menyarankan bahwa: “Belajar haruslah aktif, tidak sekedar pasif saja menerima apa yang diberikan. Dapat mengharapkan jika siswa aktif melibatkan diri dalam menemukan suatu prinsip dasar, anak itu akan mengerti konsep yang lebih baik, ingatannya lebih lama dan akan mampu menggunakan konsep tersebut dikonteks yang lain.”
2. Fase Proses Belajar
Fase ini sangat menentukan seorang siswa berhsail tidaknya di sekolah, pada fase proses belajar ini dituntut kepada siswa untuk menerapkan cara-cara belajar yang sebaik mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam fase ini antara lain:
a. Pedoman dalam belajar
Pedoman dalam belajar perlu dibuat untuk menjadi petunjuk dalam melakukan kegiatan belajar. Karena setiap usaha apapun tentu ada azas-azas yang dijadikan sebagai pedoman demi suksesnya usaha tersebut. Demikian pula dalam belajar, The Liang Gie mengemukakan bahwa: “Prinsip-prinsip belajar itu sekurang-kurangnya menyangkut tiga hal, yaitu keteraturan, disiplin dan konsentrasi.”
Keteraturan dalam belajar sangat penting artinya, bila siswa ingin belajar dengan baik, maka hendaknya siswa dapat menjadikan keteraturan di dalam belajar itu sebagai hal pokok sesuai dengan saran Al-Falasany bahwa: “Keteraturan belajar adalah pangkal utama dari cara belajar yang baik.”
Di dalam belajar siswa akan berhadapan dengan bermacam-macam rintangan yang dapat menangguhkan usaha belajarnya, tetapi dengan mendisiplinkan dirinya sendiri ia akan dapat mengatasi semua hal itu, Al-Falasany mengemukakan bahwa dengan kemauan yang keras dan dengan disiplin ia akan dapat menjauhi godaan dan gangguan yang mendorongnya malas belajar, ogah-ogahan dan menunda-nunda studi.
Setelah faktor keteraturan dan displin di dalam belajar, maka konsentrasi juga sangat diperlukan pada saat berada dalam proses belajar perlu konsentrasi, tanpa konsentrasi ia tidak mungkin dapat menguasai materi pelajaran.
b. Cara mengikuti pelajaran
Untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik di sekolah, maka diharapkan kepada siswa agar dapat memusatkan pikiran dan perhatiannya pada materi pelajaran yangs edang disajikan oleh guru. Karena seperti ET Ruseffendi mengemukakan bahwa: “Anak-anak harus belajar berbuat sendiri dan merasakan sendiri. Makin banyak indera yang dipakai makin efedien anak belajar.”
Siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih banyak bila ia dapat mengikuti pelajaran dengan tertib, penuh perhatian, mencatat dengan baik, serta mau bertanya jika ada penjelasan yang kurang dimengerti. Dengan demikian dapat diharapkan, jika siswa aktif melibatkan diri dalam menemukan prinsip-prinsip dasar siswa itu akan mengerti konsep yang lebih baik.
Namun untuk mempermudah siswa memahami konsep-konsep yang diajarkan di sekolah, sebaiknya siswa sudah mempersiapkan dirinya dengan pengetahuan tentang materi-materi sebelumnya, karena Herman Hudoyo menekankan bahwa: “Pada waktu siswa mempelajari sesuatu konsep yang benar-benar baru, untuk mudah memahami konsep-konsep tersebut, siswa perlu berorientasi dengan pengalaman yang lampau.”
c. Cara mengulangi materi pelajaran/membaca buku
Setelah di sekolah siswa mengikuti pelajaran dengan baik, tentu usaha siswa untuk mendapat pengertian tentang konsep materi pelajaran dengan baik tidak cukup sampai di sini, tetapi siswa perlu lagi mengkaji, mengulangi dan membaca kembali materi tersebut.
Belajar memang tidak lepas dari membaca dan ternyata membaca sebenarnya tidak sesederhana yang kita bayangkan. Membaca mempunyai teknik-teknik tersendiri, sebagaimana juga menulis. Dengan mengikuti teknik membaca sistimatis dan cepat, kita dapat menghemat waktu dan belajar lebih banyak.
Banyak siswa sekolah menengah maupun mahasiswa masih mempunyai kebiasaan yang jelek. Mereka membaca sangat lamban, kurang memahami makna kata dan ungkapan-ungkapan tertentu lebih-lebih dengn bacaan yang berat. Di samping itu tidak dapat merefleksikan apa yang telah dibaca.
Kesukaran belajar banyak ditentukan oleh keterampilan membaca. Memang banyak faktor yang menentukannya. Hal pertama kali yang harus diperhatikan adalah jarak mata dengan buku atau tulisan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudarmanto yaitu: “Jarak membaca yang baik adalah 16 inci (+ 30 cm). Bila dalam membaca jarak itu tidak dapat dijangkau maka ada ketidak-beresan dengan mata.”
Adapun tujuan yang dihadapkan dalam usaha mengulangi kembali pelajaran di rumah itu adalah untuk memperkuat ingatan siswa terhadap materi pelajaran yang akan digunakan untuk memecahkan masalah atau soal-soal. Dalam hal ini Herman Hudoyo menegaskan bahwa: “Ingatan memegang peranan penting di dalam belajar jika siswa harus mencari jalan untuk menyelesaikan suatu masalah.”
2.3 Untuk mencapai prestasi belajar dibutuhkan prisip yang kuat .
Dalam mengerjakan sesuatu seseorang harus mempunyai prinsip-prinsip tertentu, begitu juga halnya dengan belajar. Untuk menertibkan diri dalam belajar harus mempunyai prinsip sebagaimana yang diketahui prinsip belajar memang kompleks tetapi dapat juga dianalisis dan diperinci dalam bentuk-bentuk prinsip atau azas belajar sebagaimana yang dinyatakan oleh Oemar Hamalik meliputi:
1. Belajar harus senantiasa bertujuan, searah dan jelas bagi siswa.
2. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri.
3. Senantiasa ada hambatan dan rintangan dalam belajar, karena itu siswa harus sanggup menghadapi atau mengatasi secara tepat.
4. Belajar memerlukan gimgingan baik itu dari guru atau tuntutan dari buku pelajaran itu sendiri.
5. Jenis belajar yang paling utama ialah belajar yang berpikiran kritis, lebih baik daripada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.
6. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam pembentukan pemecahan masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah tersebut disadari bersama.
7. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari, sehingga diperoleh pengertian-pengertian.
8. Belajar memerlukan latihan dan ulangan, agar apa-apa yang dipelajari dapat dikuasai.
9. Belajar harus disertai dengan keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.
10. Belajar dianggap berhasil apabila si pelajar telah sanggup menerapkan dalam prakteknya.
Banyak siswa yang telah belajar dengan giat tetapi usahanya itu tidak memberikan hasil yang diharapkan, dan sering kali mengalami kegagalan, bekerja keras belum tentu menjamin seseorang dapat belajar dengan berhasil. Di samping itu seorang siswa perlu memperhatikan syarat-syarat dapat belajar secara efesien atau belajar dengan baik. Di antara syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan jasmani, badan yang sehat berarti tidak mengalami gangguan penyakit tertentu cukup dengan vitamin dan seluruh fungsi badan berjalan dengan baik.
2. Rohani yang sehat, tidak berpenyakit syaraf, tidak mengalami gangguan emosional, senang dan stabil
3. Lingkungan yang tenang, tidak ribut, serasi bila mungkin jauh dari keramaian dan gangguan lalu lintas dan tidak ada gangguan yang lainnya.
4. Tempat belajar menyenangkan, cukup udara, cukup matahari, penerangan yang memadai.
5. Tersedia cukkup bahan dan alat-alat yang diperlukan, bahan-bahan dan alat-alat itu menjadi sumber belajar dan alat sebagai pembantu belajar.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. Dan prestasi belajar juga di pengaruhi banyak factor baik factor intern maupun eksteren.
3.2. SARAN
3.2.1. Untuk para orang tua atau guru, berikanlah kebebasan pada anak untuk memilih bidang pelajaran mana yang dia senangi karena setiap anak memiliki minat , bakat, dan intelegensi yang berbeda.
3.2.2. Untuk kita sebagai seorang guru kita harus dapat melakukan kapan kita memperlakukan anak secara umum / sama rata dan kapan kita memperlakukan anak secara khusus agar prestasi belajar dapat tercapai secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Sumadi Suryabrata.2004.Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ahmadi,Abu.1998.Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta
http://id.wikipedia.org/wiki/psikologi
http://smpnbilahhulu.wordpress.com/2008/02/03/pendidikan/psikologi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum membicarakan prestasi belajar peserta didik, terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, namun demikian selalu mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.
Menurut Slameto belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Winkel belajar adalah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant.” Kemudian Hamalik mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.”
Dari pendapat – pendapat para ahli di atas diketahui belajar sangat berpengaruh besar bagi kehidupan seorang dimasa depannya, belajar tidak hanya membaca buku , menhapal kalimat – kalimat kemudian di lupakan , belajar lebih cenderung untuk pembentukan seorang anak menjadi lebih baik , sasaran belajar yaitu pengembangan pada aspek afekti (sikap), aspek kognitif ( kecerdasan / intelegensi ) dan aspek psikomotor (ketrampilan).
Sebagai seorang guru kita tidak boleh memandang anak dari satu aspek saja misal seorang anak yang memiliki intelegansi tinggi memang dia anak yang cerdas tetapi dia belum tentu memiliki sikap yang baik, begitu juga dengan prestasi belajar anak tersebut walaupun dia cerdas dia belum tentu akan mendapatkan prestasi belajar yang tinggi karena untuk menggapai prestasi di pengaruhi banyak factor. Untuk lebih jelasnya akan kami paparkan dalam bab berikutnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang di magsud prestasi belajar?
1.2.2 Apa sajakah yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik?
1.2.3 Bagaimanakah cara belajar yang baik agar memperoleh prestasi belajar?
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan karya tulis kami ini yaitu untuk dapat mengetahui apa yang di magsud dengan prestasi belajar, faktor – faktor apa sajakah yang mempengaruhinya, dan bagaimana cara belajar yang baik agar mendapat prestasi belajar yang maksimal.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian prestasi belajar.
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Adapaun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu.
Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.” Menurut W.J.S Purwadarrninto rnenyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan “.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
a. Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Ada kalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar, seperti pendapat para ahli berikut ini :
Menurut Kartono kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin berpendapat bahwa “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
b. Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Kartono menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.” Menurut Syah Muhibbin mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan indivedu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
c. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.” Selanjutnya Slameto mengemukakan bahwa minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.”
Kemudian Sardiman mengemukakan minat adalah “suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.”
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
d. Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Nasution mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” Sedangkan Sardiman mengatakan bahwa “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.”
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik.
(b) motivasi ekstrinsik.
Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
Dalam hal ini Hasbullah mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”
Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Menurut Kartono mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar.” Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c. Lingkungan Masyarakat
di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dalam hal ini Kartono berpendapat “Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya.” Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
2.3 Teknik Belajar Agar memperoleh prestasi belajar yang maksimal
The Liang Gie membagi teknik belajar ke dalam dua fase yaitu fase persiapan belajar dan fase proses belajar. Dalam tiap-tiap fase tersebut cara atau teknik belajar tersendiri.
1. Fase Persiapan Belajar
Fase ini merupakan fase sebelum belajar, landasar utama bagi pembentukan cara belajar yang baik adalah sikap mental yang baik, yaitu sikap mental yang ditumbuhkan dan dipelihara dengan sebaik-baiknya agar siswa mempunyai kesadaran berupa kesediaan mental. Tanpa kesediaan mental siswa dalam belajar tidak akan bertahan menghadapi berbagai macam kesukaran, terutama pada saat siswa dihadapi paa berbagai masalah yang harus dipecahkan.
Sikap mental yang perlu diusahakan oleh setiap siswa dalam rangka persiapan belajar sekurang-kurangnya mencakup empat segi, yaitu: Tujuan belajar, minat terhadap pelajaran, kepercayaan paa diri sendiri dan keuletan.
a. Tujuan Belajar
Belajar di sekolah perlu diarahkan pada suatu cita-cita tertentu, cita-cita yang diperjuangkan dengan berbagai macam kegiatan belajar. Tujuan belajar perlu diketahui oleh siswa, agar siswa siap menerima materi pelajaran, seperti apa yang dijelaskan Winarno Surachman bahwa: “Tujuan itu penting anda ketahui terlebih dahulu, sebab jika anda sudah mengetahui tujuan itu maka mental anda pun akan siap menerima, mengolah dan mengatur semua mata pelajaran sesuai dengan tujuan itu.”
b. Minat terhadap mata pelajaran
Setiap siswa seharusnya menaruh minat yang besar terhadap mata pelajaranyang mereka ikuti, karena minat selain memusatkan pikiran juga akan menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar, seperti yang kemukakan oleh The Liang Gie adalah “keriangan hati akan memperbesar kemampuan belajar seseorang dan juga membentunya tidak melupakan apa yang dipelajarinya itu.”
Materi pelajaran dapat dipelajari dengan baik bila siswa dapat memusatkan pikirannya dan menyenangi materi pelajaran tersebut. Siswa kurang berhasil dalam menerima materi pelajaran itu disebabkan siswa itu tidak tertarik dengan materi pelajaran yang disampaikan.
c. Kepercayaan kepada diri sendiri
Setiap siswa perlu yakin mereka mempunyai kemampuan kepercayaan kepada diri sendiri perlu dipupuk sebagai salah satu kesiapan sepenuhnya bahwa tidak ada mata pelajaran yang tidak dapat dipahami bila ia mau belajar dengan giat setiap hari.
d. Keuletan
Hidup seorang siswa selama belajar di sekolah penuh kesukaran-kesukaran, oleh karena itu setiap siswa perlu memiliki keuletan baik jasmani maupun rohani. Untuk memupuk keuletan tersebut hendaknya siswa selalu menganggap setiap persoalan muncul sebagai tantangan yang harus diatasi.
Materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah masih mengharuskan siswa melaksanakan aktifitas mental, untuk menanamkan konsep pelajaran yang lebih baik. Untuk itu Herman Hudoyo menyarankan bahwa: “Belajar haruslah aktif, tidak sekedar pasif saja menerima apa yang diberikan. Dapat mengharapkan jika siswa aktif melibatkan diri dalam menemukan suatu prinsip dasar, anak itu akan mengerti konsep yang lebih baik, ingatannya lebih lama dan akan mampu menggunakan konsep tersebut dikonteks yang lain.”
2. Fase Proses Belajar
Fase ini sangat menentukan seorang siswa berhsail tidaknya di sekolah, pada fase proses belajar ini dituntut kepada siswa untuk menerapkan cara-cara belajar yang sebaik mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam fase ini antara lain:
a. Pedoman dalam belajar
Pedoman dalam belajar perlu dibuat untuk menjadi petunjuk dalam melakukan kegiatan belajar. Karena setiap usaha apapun tentu ada azas-azas yang dijadikan sebagai pedoman demi suksesnya usaha tersebut. Demikian pula dalam belajar, The Liang Gie mengemukakan bahwa: “Prinsip-prinsip belajar itu sekurang-kurangnya menyangkut tiga hal, yaitu keteraturan, disiplin dan konsentrasi.”
Keteraturan dalam belajar sangat penting artinya, bila siswa ingin belajar dengan baik, maka hendaknya siswa dapat menjadikan keteraturan di dalam belajar itu sebagai hal pokok sesuai dengan saran Al-Falasany bahwa: “Keteraturan belajar adalah pangkal utama dari cara belajar yang baik.”
Di dalam belajar siswa akan berhadapan dengan bermacam-macam rintangan yang dapat menangguhkan usaha belajarnya, tetapi dengan mendisiplinkan dirinya sendiri ia akan dapat mengatasi semua hal itu, Al-Falasany mengemukakan bahwa dengan kemauan yang keras dan dengan disiplin ia akan dapat menjauhi godaan dan gangguan yang mendorongnya malas belajar, ogah-ogahan dan menunda-nunda studi.
Setelah faktor keteraturan dan displin di dalam belajar, maka konsentrasi juga sangat diperlukan pada saat berada dalam proses belajar perlu konsentrasi, tanpa konsentrasi ia tidak mungkin dapat menguasai materi pelajaran.
b. Cara mengikuti pelajaran
Untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik di sekolah, maka diharapkan kepada siswa agar dapat memusatkan pikiran dan perhatiannya pada materi pelajaran yangs edang disajikan oleh guru. Karena seperti ET Ruseffendi mengemukakan bahwa: “Anak-anak harus belajar berbuat sendiri dan merasakan sendiri. Makin banyak indera yang dipakai makin efedien anak belajar.”
Siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih banyak bila ia dapat mengikuti pelajaran dengan tertib, penuh perhatian, mencatat dengan baik, serta mau bertanya jika ada penjelasan yang kurang dimengerti. Dengan demikian dapat diharapkan, jika siswa aktif melibatkan diri dalam menemukan prinsip-prinsip dasar siswa itu akan mengerti konsep yang lebih baik.
Namun untuk mempermudah siswa memahami konsep-konsep yang diajarkan di sekolah, sebaiknya siswa sudah mempersiapkan dirinya dengan pengetahuan tentang materi-materi sebelumnya, karena Herman Hudoyo menekankan bahwa: “Pada waktu siswa mempelajari sesuatu konsep yang benar-benar baru, untuk mudah memahami konsep-konsep tersebut, siswa perlu berorientasi dengan pengalaman yang lampau.”
c. Cara mengulangi materi pelajaran/membaca buku
Setelah di sekolah siswa mengikuti pelajaran dengan baik, tentu usaha siswa untuk mendapat pengertian tentang konsep materi pelajaran dengan baik tidak cukup sampai di sini, tetapi siswa perlu lagi mengkaji, mengulangi dan membaca kembali materi tersebut.
Belajar memang tidak lepas dari membaca dan ternyata membaca sebenarnya tidak sesederhana yang kita bayangkan. Membaca mempunyai teknik-teknik tersendiri, sebagaimana juga menulis. Dengan mengikuti teknik membaca sistimatis dan cepat, kita dapat menghemat waktu dan belajar lebih banyak.
Banyak siswa sekolah menengah maupun mahasiswa masih mempunyai kebiasaan yang jelek. Mereka membaca sangat lamban, kurang memahami makna kata dan ungkapan-ungkapan tertentu lebih-lebih dengn bacaan yang berat. Di samping itu tidak dapat merefleksikan apa yang telah dibaca.
Kesukaran belajar banyak ditentukan oleh keterampilan membaca. Memang banyak faktor yang menentukannya. Hal pertama kali yang harus diperhatikan adalah jarak mata dengan buku atau tulisan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sudarmanto yaitu: “Jarak membaca yang baik adalah 16 inci (+ 30 cm). Bila dalam membaca jarak itu tidak dapat dijangkau maka ada ketidak-beresan dengan mata.”
Adapun tujuan yang dihadapkan dalam usaha mengulangi kembali pelajaran di rumah itu adalah untuk memperkuat ingatan siswa terhadap materi pelajaran yang akan digunakan untuk memecahkan masalah atau soal-soal. Dalam hal ini Herman Hudoyo menegaskan bahwa: “Ingatan memegang peranan penting di dalam belajar jika siswa harus mencari jalan untuk menyelesaikan suatu masalah.”
2.3 Untuk mencapai prestasi belajar dibutuhkan prisip yang kuat .
Dalam mengerjakan sesuatu seseorang harus mempunyai prinsip-prinsip tertentu, begitu juga halnya dengan belajar. Untuk menertibkan diri dalam belajar harus mempunyai prinsip sebagaimana yang diketahui prinsip belajar memang kompleks tetapi dapat juga dianalisis dan diperinci dalam bentuk-bentuk prinsip atau azas belajar sebagaimana yang dinyatakan oleh Oemar Hamalik meliputi:
1. Belajar harus senantiasa bertujuan, searah dan jelas bagi siswa.
2. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri.
3. Senantiasa ada hambatan dan rintangan dalam belajar, karena itu siswa harus sanggup menghadapi atau mengatasi secara tepat.
4. Belajar memerlukan gimgingan baik itu dari guru atau tuntutan dari buku pelajaran itu sendiri.
5. Jenis belajar yang paling utama ialah belajar yang berpikiran kritis, lebih baik daripada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.
6. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam pembentukan pemecahan masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah tersebut disadari bersama.
7. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari, sehingga diperoleh pengertian-pengertian.
8. Belajar memerlukan latihan dan ulangan, agar apa-apa yang dipelajari dapat dikuasai.
9. Belajar harus disertai dengan keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan.
10. Belajar dianggap berhasil apabila si pelajar telah sanggup menerapkan dalam prakteknya.
Banyak siswa yang telah belajar dengan giat tetapi usahanya itu tidak memberikan hasil yang diharapkan, dan sering kali mengalami kegagalan, bekerja keras belum tentu menjamin seseorang dapat belajar dengan berhasil. Di samping itu seorang siswa perlu memperhatikan syarat-syarat dapat belajar secara efesien atau belajar dengan baik. Di antara syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan jasmani, badan yang sehat berarti tidak mengalami gangguan penyakit tertentu cukup dengan vitamin dan seluruh fungsi badan berjalan dengan baik.
2. Rohani yang sehat, tidak berpenyakit syaraf, tidak mengalami gangguan emosional, senang dan stabil
3. Lingkungan yang tenang, tidak ribut, serasi bila mungkin jauh dari keramaian dan gangguan lalu lintas dan tidak ada gangguan yang lainnya.
4. Tempat belajar menyenangkan, cukup udara, cukup matahari, penerangan yang memadai.
5. Tersedia cukkup bahan dan alat-alat yang diperlukan, bahan-bahan dan alat-alat itu menjadi sumber belajar dan alat sebagai pembantu belajar.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. Dan prestasi belajar juga di pengaruhi banyak factor baik factor intern maupun eksteren.
3.2. SARAN
3.2.1. Untuk para orang tua atau guru, berikanlah kebebasan pada anak untuk memilih bidang pelajaran mana yang dia senangi karena setiap anak memiliki minat , bakat, dan intelegensi yang berbeda.
3.2.2. Untuk kita sebagai seorang guru kita harus dapat melakukan kapan kita memperlakukan anak secara umum / sama rata dan kapan kita memperlakukan anak secara khusus agar prestasi belajar dapat tercapai secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Sumadi Suryabrata.2004.Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ahmadi,Abu.1998.Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta
http://id.wikipedia.org/wiki/psikologi
http://smpnbilahhulu.wordpress.com/2008/02/03/pendidikan/psikologi
Hubungan antara intelegensi dengan kreatifitas siswa
1. Pengertian Intelegensi.
Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Intelegensi yaitu sebagai berikut :
a) Claparde dan Stern mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
b) K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
c) David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
d) William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang.
2. Pengertian Kreativitas.
Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Kreativitas yaitu sebagai berikut :
a) David Campbell, Ph.D menyatakan bahwa kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil dengan kandungan ciri ;
Inovatif : belum pernah ada, segar, menarik, aneh, mengejutkan dan teobosan baru.
Berguna : lebih enak, lebih baik, lebih praktis, mempermudah, mendorong, memecahkan masalah, mengurangi hambatan.
Dapat dimengerti : hasil yang sama dapat dibuat pada waktu yang lain.
b) James R Evan, menyatakan kreativitas adalah keterampilan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah ada dalam pikiran. Setiap kreasi merupakan kombinasi baru dari ide-ide dan produk yang inovatif, seni dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
c) Michael A.West, menyatakan bahwa kreativitas merupakan penyatuan pengetahuan berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik. Kreativitas merupakan salah satu bagian dasar dari usaha manusia. Kreativitas melibatkan kita dalam penemuan-penemuan terus-menerus cara baru dan baik dalam mengerjakan berbagai hal. Atau dalam pengertian yang lebih luas, kreativitas terkait dengan penggunaan berbagai potensi yang dimiliki, baik pengetahuan, intuisi maupun imajinasi sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik dan bermanfaat.
d) Rawlinson (1979:9) mengemukakan Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu gagasan baru maupun karya nyata baru yang merupakan kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada sehingga relatif berbeda dengan yang telah ada.
3. Pengertian Bakat.
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.”
Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Menurut Guilford bakat adalah kecakapan yang dimiliki seseorang sejak lahir untuk melakukan sesuatu.
Menurut Sukardi bakat adalah kualitas yang dimiliki individu yang memungkinkan dirinya dapat berkembang dimasa yang akan dating.
4. Pengertian Prestasi Belajar
Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Intelegensi yaitu sebagai berikut :
Menurut Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Menurut Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
Menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
5. Hubungan antara intelegensi dengan kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.
Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.
6. Hubungan antara intelegensi dengan bakat.
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau aptitude test. Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari Scholastic Aptitude Test adalah Tes Potensi Akademik (TPA) dan Graduate Record Examination (GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory adalah Differential Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest Survey.
7. Hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
8. Kesimpulan
Jadi peranan Intelegensi / kecerdasan setiap orang sangat mempengaruhi kreativitas, bakat , dan prestasi belajarnya. Seseorang yang Tingkat intelegensinya (IQ) tinggi belum tentu memiliki kreativitas, bakat, dan prestasi belajarnya tinggi pula karena setiap individu memiliki motivasi yang berbeda. Tetapi individu yang memiliki IQ lebih tinggi akan lebih mudah berkreativitas dan meraih prestasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan yang memiliki IQ rendah.
Daftar Pustaka :
http://kentanks.blogspirit.com/archive/2006/03/04/intelegensi-dan-iq.html
http://id.wikipedia.org/wiki/bakat/psikologi
http://id.wikipedia.org/wiki/kreativitas/psikologi
http://id.wikipedia.org/wiki/belajar/psikologi
Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Intelegensi yaitu sebagai berikut :
a) Claparde dan Stern mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.
b) K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
c) David Wechster (1986). Definisinya mengenai intelegensi mula-mula sebagai kapasitas untuk mengerti ungkapan dan kemauan akal budi untuk mengatasi tantangan-tantangannya. Namun di lain kesempatan ia mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
d) William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang.
2. Pengertian Kreativitas.
Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Kreativitas yaitu sebagai berikut :
a) David Campbell, Ph.D menyatakan bahwa kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil dengan kandungan ciri ;
Inovatif : belum pernah ada, segar, menarik, aneh, mengejutkan dan teobosan baru.
Berguna : lebih enak, lebih baik, lebih praktis, mempermudah, mendorong, memecahkan masalah, mengurangi hambatan.
Dapat dimengerti : hasil yang sama dapat dibuat pada waktu yang lain.
b) James R Evan, menyatakan kreativitas adalah keterampilan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah ada dalam pikiran. Setiap kreasi merupakan kombinasi baru dari ide-ide dan produk yang inovatif, seni dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
c) Michael A.West, menyatakan bahwa kreativitas merupakan penyatuan pengetahuan berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik. Kreativitas merupakan salah satu bagian dasar dari usaha manusia. Kreativitas melibatkan kita dalam penemuan-penemuan terus-menerus cara baru dan baik dalam mengerjakan berbagai hal. Atau dalam pengertian yang lebih luas, kreativitas terkait dengan penggunaan berbagai potensi yang dimiliki, baik pengetahuan, intuisi maupun imajinasi sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik dan bermanfaat.
d) Rawlinson (1979:9) mengemukakan Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu gagasan baru maupun karya nyata baru yang merupakan kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada sehingga relatif berbeda dengan yang telah ada.
3. Pengertian Bakat.
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.”
Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”
Menurut Guilford bakat adalah kecakapan yang dimiliki seseorang sejak lahir untuk melakukan sesuatu.
Menurut Sukardi bakat adalah kualitas yang dimiliki individu yang memungkinkan dirinya dapat berkembang dimasa yang akan dating.
4. Pengertian Prestasi Belajar
Berikut ini adalah pendapat beberapa ahli psikologi tentang pengertian Intelegensi yaitu sebagai berikut :
Menurut Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Menurut Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”
Menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
5. Hubungan antara intelegensi dengan kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal itu. Skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi, ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.
Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.
6. Hubungan antara intelegensi dengan bakat.
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau aptitude test. Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari Scholastic Aptitude Test adalah Tes Potensi Akademik (TPA) dan Graduate Record Examination (GRE). Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory adalah Differential Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest Survey.
7. Hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalany perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Muhibbin (1999:135) berpendapat bahwa intelegensi adalah “semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
8. Kesimpulan
Jadi peranan Intelegensi / kecerdasan setiap orang sangat mempengaruhi kreativitas, bakat , dan prestasi belajarnya. Seseorang yang Tingkat intelegensinya (IQ) tinggi belum tentu memiliki kreativitas, bakat, dan prestasi belajarnya tinggi pula karena setiap individu memiliki motivasi yang berbeda. Tetapi individu yang memiliki IQ lebih tinggi akan lebih mudah berkreativitas dan meraih prestasi belajar yang tinggi dibandingkan dengan yang memiliki IQ rendah.
Daftar Pustaka :
http://kentanks.blogspirit.com/archive/2006/03/04/intelegensi-dan-iq.html
http://id.wikipedia.org/wiki/bakat/psikologi
http://id.wikipedia.org/wiki/kreativitas/psikologi
http://id.wikipedia.org/wiki/belajar/psikologi
Definisi Intelegensi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Drs.Abu Ahmani dalam bukunya yang berjudul Psikologi Umum mengungkapkan bahwa Psikologi adalah ilmu yang meneliti dan mempelajari tingkahlaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.
Di masyarakat , kedudukan dan peranan psikologi dapat dikatakan sebagai suatu sarana efektif bagi barhasilnya tujuan hidup yang di cita-citakan, baik secara individu ataupun kelompok social, oleh karena psikologi memberikan suatu petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia berbuat untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain dalam mencapai tujuan hidupnya. Di samping itu Psikologi memberikan cara-cara yang lebih tepat dalam mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan. Kehidupan yang ideal bagi setiap orang adalah jika telah tercipta dalam dirinya harmonisasi antara hidup rohaniah dan jasmaniah, dan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan umum.
Jadi dengan mempelajari psikologi kita dapat memilah-milah bagaimana perilaku yang pantas dan bagaimana kurang pantas baik dilingkungan keluarga,sekolah,kampus,ataupun masyarakat umum. Lingkungan juga sangat berperan dalam perkembangan psikologi seseorang ,sebaik apapun perilaku seseorang jika dia bergaul dengan penjahat maka lama-kelamaan dia juga akan menjadi salah satu dari mereka.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah Definisi dari Psikologi Umum ?
1.3 Tujuan penulisan.
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini yaitu :
1.3.1. Untuk mengetahui apa itu psikologi umum.
1.4. Manfaat penulisan
Manfaat dari penulisan karya tulis ini yaitu :
1.4.1. memberi pengertian tentang ilmu psikologi secara umum
BAB II
2.1PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan pendapat para ahli tentang definisi Psikologi secara umum yaitu sebagai berikut :
1). Menurut Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia,
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
2). Menurut www.indonusa.ac.id,
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari human behavior termasuk aplikasi ilmu tersebut untuk real life problem baik untuk masalah-ma salah pendidikan, perkembangan anak, remaja, keluarga, industri & organisasi, sosial, maupun masalah-masalah kesehatan.
3). Menurut Drs.Mahfudh Shalahuddin,
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkahlaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya. Aspek yang dipelajari dalam tingkahlaku manusia tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4). Menurut Plato dan Aristoteles,
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hakekat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
5). Menurut Broadus Watson,
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasiyang objektif terhadap rangsang dan jawaban (respon).
6). Menurut Wilhelm Wundt,
Psikologi adalah ilmu pengtahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti perasaan panca indera, pikiran, feeling dan kehendak.
7). Menurut Woodworth dan Marquis,
Psikologi adalah ilmu pengtahuan yang mempelajari aktivitas –aktivitas individu sejak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan alam sekitar.
8). Menurut DR. phil. Hana Panggabean,
Psychology...is the scientific study of behavior, both external observable action and internal thought .
9). Menurut Ruchimat,
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa , baik mengenai macam - macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.
10). Menurut Prof.Dr.Bimo Walgito,
Psikologi adalah ilmu pengtahuan yang meneliti serta mempelajari perilaku dan perkembangan jiwa manusia .
11). Menurut Menurut Dr.singgih Dirgagunarsa,
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
12). Menurut Drs. H. Abu Ahmadi,
Psikologi adalah ilmu yang meneliti dan mempelajari tingkahlaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.
13). Menurut Knight and knight,
Psychology may be defined as the systematic study of experience and behavior human and animal, normal and abnormal ,individual and social.
14). Menurut Ruch,
Psychology is “sometimes defined as the study of man , but is definition is too broad . The truth is that Psychology is partly biological science and partly a social science , overlapping these two mayor areas and relating them each other”.
BAB III
3.1PENUTUP
3.1.1 Kesimpulan
Dari beberapa pendapat para ahli dapat saya tarik suatu kesimpulan bahwa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan perbuatan individu dalam segala aspek, dimana individu tersebut tidak dapat melepaskan diri dari lingkungannya.
3.1.2 Kritik dan Saran
Saya berharap setelah membaca karya tulis saya ini para pembaca dapat lebih memehami apa itu psikologi secara umum,Psikologi merupakan ilmu yang harus di pahami oleh semua orang khususnya kepada seorang guru karena akan bertemu dengan banyak peserta didik yang memiliki psikologi berbeda – beda .Jadi semua guru harus menguasai ilmu Psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
Mahfudh Shalahuddin ,Drs.1990.Pengantar Psikologi Umum.Surabaya.Bina ilmu.
Bimo Walgito ,Prof.Dr.1989. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta.ANDI Yogyakarta.
Drs. H. Abu Ahmadi, Drs. H.dan Umar, Drs.M.M.A. 1998. Psikologi Umum (edisi revisi). Surabaya.Bina ilmu.
Drs. H. Abu Ahmadi, Drs. H. 2003. Psikologi Umum (edisi revisi).Jakarta.Rineka Cipta.
http://trescent.wordpress.com/2007/08/07/arti-dan-definisi-psikologi/
http://www.indonusa.ac.id/newsite/psiko/index.php?option=com_content&view=article&id=151:psikologi-umum&catid=58:mata-kuliah&Itemid=76
http://farhanzen.wordpress.com/2007/12/28/sejarah-psikologi-sebagai-ilmu-pengetahuan/
http://id.wikipedia.org/wiki/psikologi
http://smpnbilahhulu.wordpress.com/2008/02/03/umum/psikologi /
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Drs.Abu Ahmani dalam bukunya yang berjudul Psikologi Umum mengungkapkan bahwa Psikologi adalah ilmu yang meneliti dan mempelajari tingkahlaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.
Di masyarakat , kedudukan dan peranan psikologi dapat dikatakan sebagai suatu sarana efektif bagi barhasilnya tujuan hidup yang di cita-citakan, baik secara individu ataupun kelompok social, oleh karena psikologi memberikan suatu petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia berbuat untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain dalam mencapai tujuan hidupnya. Di samping itu Psikologi memberikan cara-cara yang lebih tepat dalam mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan. Kehidupan yang ideal bagi setiap orang adalah jika telah tercipta dalam dirinya harmonisasi antara hidup rohaniah dan jasmaniah, dan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan umum.
Jadi dengan mempelajari psikologi kita dapat memilah-milah bagaimana perilaku yang pantas dan bagaimana kurang pantas baik dilingkungan keluarga,sekolah,kampus,ataupun masyarakat umum. Lingkungan juga sangat berperan dalam perkembangan psikologi seseorang ,sebaik apapun perilaku seseorang jika dia bergaul dengan penjahat maka lama-kelamaan dia juga akan menjadi salah satu dari mereka.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah Definisi dari Psikologi Umum ?
1.3 Tujuan penulisan.
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini yaitu :
1.3.1. Untuk mengetahui apa itu psikologi umum.
1.4. Manfaat penulisan
Manfaat dari penulisan karya tulis ini yaitu :
1.4.1. memberi pengertian tentang ilmu psikologi secara umum
BAB II
2.1PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan pendapat para ahli tentang definisi Psikologi secara umum yaitu sebagai berikut :
1). Menurut Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia,
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
2). Menurut www.indonusa.ac.id,
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari human behavior termasuk aplikasi ilmu tersebut untuk real life problem baik untuk masalah-ma salah pendidikan, perkembangan anak, remaja, keluarga, industri & organisasi, sosial, maupun masalah-masalah kesehatan.
3). Menurut Drs.Mahfudh Shalahuddin,
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkahlaku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya. Aspek yang dipelajari dalam tingkahlaku manusia tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4). Menurut Plato dan Aristoteles,
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hakekat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
5). Menurut Broadus Watson,
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasiyang objektif terhadap rangsang dan jawaban (respon).
6). Menurut Wilhelm Wundt,
Psikologi adalah ilmu pengtahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti perasaan panca indera, pikiran, feeling dan kehendak.
7). Menurut Woodworth dan Marquis,
Psikologi adalah ilmu pengtahuan yang mempelajari aktivitas –aktivitas individu sejak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan alam sekitar.
8). Menurut DR. phil. Hana Panggabean,
Psychology...is the scientific study of behavior, both external observable action and internal thought .
9). Menurut Ruchimat,
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa , baik mengenai macam - macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.
10). Menurut Prof.Dr.Bimo Walgito,
Psikologi adalah ilmu pengtahuan yang meneliti serta mempelajari perilaku dan perkembangan jiwa manusia .
11). Menurut Menurut Dr.singgih Dirgagunarsa,
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
12). Menurut Drs. H. Abu Ahmadi,
Psikologi adalah ilmu yang meneliti dan mempelajari tingkahlaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.
13). Menurut Knight and knight,
Psychology may be defined as the systematic study of experience and behavior human and animal, normal and abnormal ,individual and social.
14). Menurut Ruch,
Psychology is “sometimes defined as the study of man , but is definition is too broad . The truth is that Psychology is partly biological science and partly a social science , overlapping these two mayor areas and relating them each other”.
BAB III
3.1PENUTUP
3.1.1 Kesimpulan
Dari beberapa pendapat para ahli dapat saya tarik suatu kesimpulan bahwa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan perbuatan individu dalam segala aspek, dimana individu tersebut tidak dapat melepaskan diri dari lingkungannya.
3.1.2 Kritik dan Saran
Saya berharap setelah membaca karya tulis saya ini para pembaca dapat lebih memehami apa itu psikologi secara umum,Psikologi merupakan ilmu yang harus di pahami oleh semua orang khususnya kepada seorang guru karena akan bertemu dengan banyak peserta didik yang memiliki psikologi berbeda – beda .Jadi semua guru harus menguasai ilmu Psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
Mahfudh Shalahuddin ,Drs.1990.Pengantar Psikologi Umum.Surabaya.Bina ilmu.
Bimo Walgito ,Prof.Dr.1989. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta.ANDI Yogyakarta.
Drs. H. Abu Ahmadi, Drs. H.dan Umar, Drs.M.M.A. 1998. Psikologi Umum (edisi revisi). Surabaya.Bina ilmu.
Drs. H. Abu Ahmadi, Drs. H. 2003. Psikologi Umum (edisi revisi).Jakarta.Rineka Cipta.
http://trescent.wordpress.com/2007/08/07/arti-dan-definisi-psikologi/
http://www.indonusa.ac.id/newsite/psiko/index.php?option=com_content&view=article&id=151:psikologi-umum&catid=58:mata-kuliah&Itemid=76
http://farhanzen.wordpress.com/2007/12/28/sejarah-psikologi-sebagai-ilmu-pengetahuan/
http://id.wikipedia.org/wiki/psikologi
http://smpnbilahhulu.wordpress.com/2008/02/03/umum/psikologi /
Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas V Semester I SD Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, Tahun Pelajaran 2009-2010
A. Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas V Semester I SD Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, Tahun Pelajaran 2009-2010
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Peningkatan hasil belajar khususnya di Sekolah Dasar tidak akan terjadi tanpa adanya kerjasama dari berbagai pihak. Pendidikan dan pengajaran dapat berhasil sesuai dengan harapan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berkaitan dan saling menunjang. Faktor yang paling menentukan keberhasilan pendidikan / pengajaran adalah guru, sehingga guru sangat dituntut kemampuannya untuk menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa dengan baik, untuk itu guru perlu mendapatkan pengetahuan tentang metode dan media pengajaran yang dapat di gunakan dalam proses belajar mengajar.
Dari hasil pengamatan proses pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, ternyata belum sepenuhnya melibatkan fisik dan mental siswa. Sehingga dalam proses pembelajaran terkesan siswa kurang aktif dan guru-guru, dalam proses pembelajaran kurang memantapkan penggunaan metode yang telah dipelajari dan jarang sekali menggunakan media. Sehingga hasil belajar yang di peroleh siswa sangat rendah mencapai skor 5,2. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata ulangan yang telah dilaksanakan di kelas V semester I. Rendahnya hasil belajar ini tidak jauh berbeda dengan data yang diperoleh pada saat di kelas IV semester I dan II tahun pelajaran 2008-2009. Padahal Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong telah menetapkan standar ketuntasan minimal yaitu 60, dari hasil tersebut menandakan siswa kurang memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi diperoleh informasi bahwa rendahnya hasil belajar siswa kelas V tersebut dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas. Kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dimengerti tidak dimanfaatkan dengan baik oleh siwa.
2. Guru mengajar dengan menggunakan metode yang monoton yaitu metode ceramah, sehingga siswa cenderung bosan dalam pembelajaran.
3. Aktifitas siswa dalam menjawab, menyelesaikan tugas-tugas masih sangat kurang.
Dengan kondisi seperti itu dipandang perlu diadakan perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu cara untuk meningkatkan pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode yang tepat yaitu metode demonstrasi dan media pengajaran.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “ Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas V Semester I SD Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, Tahun Pelajaran 2009-2010”.
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah sangat erat kaitannya dengan masalah apa yang ingin dikaji. Identifikasi masalah pada penelitian ini antara lain :
1. Kurangnya perhatian guru terhadap pentingnya penggunaan penerapan metode demonstrasi dengan media benda asli dalam kegiatan pembelajaran IPA.
2. Berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa adalah minat siswa rendah dalam belajar IPA, kurangnya sarana dan prasarana belajar, dan siswa tidak memiliki cara belajar yang baik.
D. PEMBATASAN MASALAH
Sejalan dengan hasil identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti adalah; Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester I SD Negeri 1Mayong.
E. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah, Apakah ada peningkatan hasil belajar setelah diterapkan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas V semester I Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, Tahun Pelajaran 2009-2010?
F. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian tindakan kelas ini, adalah :
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar setelah diterapkan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli dalam mata pelajaran IPA siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1 Mayong tahun pelajaran 2009-2010.
G. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis :
1. Manfaat Teoritis
Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan berharga dalam upaya mengembangkan konsep pembelajaran atau strategi belajar mengajar dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, akan terdorong untuk meningkatkan hasil belajar dalam Ilmu Pengetahuan Alam melalui penerapan metode demonstrasi dengan media benda asli.
b. Bagi guru pengajar Ilmu Pengetahuan Alam kelas V dapat meningkatkan profesionalnya dalam pengelolaan proses pembelajaran dengan bahan pelajarannya.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi kepala sekolah, untuk mengambil kebijakan yang tepat dalam kegiatan pengajaran dengan memanfaatkan model pembelajaran, guna menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, efektif dan efesien bagi para guru-guru di Sekolah Dasar.
H. KAJIAN PUSTAKA
1. Hasil Belajar Siswa
Setiap akhir program pembelajaran selalu diadakan evaluasi dengan maksud untuk mengetahui hasil belajar siwa karena hasil belajar yang diperoleh siswa dapat menunjukkan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan hasil belajar di bawah ini akan diuraikan mengenai pengertian hasil belajar, ciri-ciri hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau belajar” (Dimyati dan Moedjiono, 1992 : 40). Hasil belajar dapat berupa pengetahuan (kognitif), tingkah laku atau sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor), yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil belajar merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu tertentu. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat yang diperoleh oleh setiap siswa setelah proses belajar. Di dalam proses belajar siswa mengerjakan hal-hal yang akan dipelajari sesuai dengan tujuan dan maksud belajar. “Hasil belajar akan dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan sikap dan nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi” (Tabrani Rusyan, 1989;8).
Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran melalui evaluasi belajar IPA yang dilakukan dengan tes yang dijadwalkan. Kemajuan yang diperoleh siswa tidak hanya berupa ilmu pengetahuan, tetapi juga berupa sikap dan kecakapan atau keterampilan khususnya dalam mata pelajaran IPA.
b. Ciri-ciri Hasil Belajar
Menurut Karti Soeharto (1995 : 108), belajar ditandai dengan ciri-ciri yaitu : “(1) disengaja dan bertujuan, (2) tahan lama, (3) bukan karena kebetulan, dan (4) bukan karena kematangan dan pertumbuhan”.
Dengan pengalaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi perubahan, baik perubahan pada aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor. Perubahan ketiga aspek tersebut di atas merupakan ciri-ciri hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat A.A. Gede Agung ( 1997 : 78) yang mengatakan bahwa:
Ciri-ciri hasil belajar mengandung tiga hal, yaitu: kognitif, afektif, psikomotor. Hasil belajar kognitif merupakan kemajuan intelektual yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar dengan ciri-ciri sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Hasil belajar afektif adalah perubahan sikap atau kecendrungan yang dialami siswa sebagai hasil belajar sebagai berikut: adanya penerimaan atau perhatian adanya respon atau tanggapan dan penghargaan.
Hasil belajar psikomotor merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan yang dialami siswa dengan ciri-ciri: keberanian menampilkan minat dan kebutuhannya, keberanian berpartisifasi di dalam kegiatan penampilan sebagai usaha/ kreatifitas dan kebebasan melakukan hal di atas tanpa tekanan guru atau orang lain.
Berdasarkan cici-ciri hasil belajar di atas maka tugas guru selain mengajar juga mendidik dan melatih siswa agar menjadi siswa yang cerdas, bersikap baik dan memiliki keterampilan-keterampilan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran di Sekolah dasar, merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghagai Tuhan Yang Masa Esa. Sejalan dengan itu maka hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar menurut Hidayat (2001 : IV) dapat di uaraikan sebagai berikut:
(1) siswa memiliki pemahaman tentang konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari; (2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar; (3) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari; (4) mengenal dan dapat memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar.
Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar dapat diuraikan sebagai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dapat melatih pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA, melatih keterampilan siswa dalam menggunakan alat teknologi sederhana dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan alam sekitar yang pada akhirnya dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa selalu bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-foktor tersebut adalah faktor dalam dan faktor luar individu. “Faktor dalam meliputi : keadaan, motifasi, minat, intelegensi dan bakat siswa. Foktor luar meliputi : fasilitas belajar, waktu, media belajar, dan cara mengajar” (Soemadi Suryabrata 1981 :7). Selain itu, hasil belajar dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologi seperti kecerdasan, motivasi, perhatian, pengindraan, cita-cita peserta didik, kebugaran fisik dan mental, serta lingkungan yang menunjang ( Tabrani Rusyan, 1993 : 32).
Untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik, dalam proses pembelajaran maka guru harus memahami keadaan siswa, baik keadaan fisik, keadaan psikhis, maupun lingkungan atau latar belakang kehidupan siswa.
2. METODE PENGAJARAN
Metode pengajaran berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pengajaran. Di bawah ini diuraikan tentang pengertian metode pengajaran dan macam-macam metode pengajaran.
a. Pengertian Metode
Dalam hal ini metode berasal dari kata “Methodos” yang secara etimologis, berasal dari bahasa latin yaitu “Methodos”. Secara etimologis kata methodos berasal dari kata metha yang artinya dilalui dan hodos yang artinya jalan. Jadi methodos artinya jalan yang dilalui. Secara umum, “metode artinya jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan” (A.A. Gede Agung, 1997: 1).
Dalam pembelajaran metode merupakan suatu cara atau tehnik yang di gunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga dapat mempermudah pencapaian pesan dan mempercepat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.
b. Jenis-jenis metode Pengajaran
Ada sejumlah metode pengajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Berikut ini akan diuraikan tentang jenis-jenis metode pengajaran yang dikutip dari beberapa sumber.
A. Tabrani Rusyan ( 1993 : 63-117) menyatakan bahwa “Jenis-jenis Metode Pengajaran terdiri dari metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dokumentasi, metode AVA, narasumber, wawancara, karyawisata, survei, studi lapangan, proyek pelayanan masyarakat kerja, pengalaman, simulasi, eksperimen, disceoveri, dan penggunaan buku-buku pelajar”.
Pada bagian lain juga diuraikan jenis-jenis metode yang dinyatakan oleh Soetomo (1993 : 147) bahwa “Metode pengajaran terdiri dari metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, demonstrasi, eksperimen dan pemecahan masalah”.
Dari uraian di atas terlihat adanya berbagai jenis metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, akan tetapi harus dipilih sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu dalam penelitian ini akan digunakan 1 macam metode yaitu metode demonstrasi secara lebih mantap karena metode tersebut sesuai dengan pokok bahasan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk kelas V Semester I Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong.
Disamping itu dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam selain berceramah untuk mengimpormasikan konsep, perlu diadakan tanya jawab untuk mengetahui tingkat suatu konsep dan agar pemahaman siswa lebih melekat tentang suatu konsep.
Pada bagian ini akan diuraikan tentang pengertian metode demonstrasi, kelebihan metode demonstrasi, kelemahan metode demontrasi dan penggunaan metode demonstrasi.
1). Pengertian Metode Demonstrasi
Semua metode pengajaran dapat mewakili pencapaian tujuan pendidikan. Pemakaiannya ditentukan oleh tujuan dan isi materi yang akan di ajarkan. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, metode demonstrasi sering digunakan karena materi-materi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagaian besar menggunakan media yang harus didemonstrasikan.
Menurut A.Tabrani Rusyan (1993 : 106) mengatakan bahwa “Metode Demonstrasi adalah merupakan pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan”. Dalam hal ini dengan demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan harapan.
Pakar lain mengemukakan bahwa “Demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang guru menunjukkan atau memperlihatkan suatu proses” (Roestyah,N.K, 1991 : 83).
Sehubungan dengan pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa metode demonstrasi adalah menunjukkkan proses terjadinya sesuatu, agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Dalam demonstrasi siswa dapat mengamati apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.
2). Kelebihan Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi sering digunakan karena merupakan metode yang sangat baik dan efektif dalam menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan yang sifatnya pemahaman. Metode demonstrasi memiliki kelebihan-kelebihan yaitu :
(1) Siswa akan memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai proses sesuatu yang telah didemonstrasikan; (2) Perhatian siswa akan lebih mudah dipusatkan pada hal-hal yang penting yang sedang dibahas; (3) Dapat mengurangi kesalahan pengertian antara anak dan guru bila di bandingkan dengan ceramah dan tanya jawab, karena dengan demonstrasi siswa akan dapat mengamati sendiri proses dari sesuatu; (4) Akan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan apa yang telah di demonstrasikan ( Soetomo, 1993 : 162).
Dengan uraian di atas ditegaskan kembali bahwa dengan demonstrasi akan dapat mengaktifkan siswa, dapat menghindari kesalahan pengertian dari siswa dan guru, dan siswa akan merasa lebih terkesan karena siswa mengalami sendiri. Sehingga akan lebih mendalam dan lebih lama disimpan dalam pikiran tentang sesuatu proses yang terjadi.
3). Kelemahan Metode Demonstrasi
Di samping memiliki beberapa kelebihan, maka metode demonstrasi juga tidak terlepas dari kemungkinan-kemungkinan kurang efektif apabila digunakan. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat membuat demonstrasi kurang efektif menurut Soetomo (1993 : 163) antara lain :
(1) Apabila demonstrasi tidak digunakan secara matang maka bisa terjadi demonstrasi banyak kesulitan; (2) Kadang-kadang sesuatu yang di bawa ke kelas untuk didemonstrsikan terjadi proses yang berlainan dengan proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya; (3) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti secara aktif oleh para siswa untuk mengamati; (4) Demonstrasi akan merupakan metode yang kurang efektif bila alat yang didemonstrasikan itu tidak dapat di amati secara seksama oleh siswa.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode demonstrasi maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti: guru harus mempersiapkan sesuatu yang akan digunakan dalam pelaksanaan demonstrasi, menjelaskan tujuan demonstrasi kepada siswa, memperhatikan situasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi jalannya demonstrasi dan selama demonstrasi hendaknya semua siswa dapat memperhatikan jalannya demonstrasi.
4). Penggunaan Metode Demonstrasi
Penggunaan metode demonstrasi ini mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu. Penggunaan metode demonstrasi menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas karena dapat memusatkan perhatian siswa pada pelajaran, meningkatkan partisipasi aktif siswa untuk mengembangkan kecakapan siswa dan memotvasi siswa untuk belajar lebih giat (Roestyah N.K, 1991 : 84).
Dengan kata lain penggunaan metode demonstrasi bertujuan untuk mewujudkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, menghindari kesalahan dalam memahami konsep-konsep dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, serta dapat melatih kecakapan siswa dalam menganalisa sesuatu yang sedang dialami atau didemonstrsikan.
3. MEDIA PENGAJARAN
Media merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi belajar yang merangsang siswa agar mau belajar, sehingga proses belajar mengajar dapat efektif dan efisien. Di bawah ini akan diuraikan pengertian media pengajaran dan jenis-jenis media pengjaran sebagai berikut :
a. Pengertian Media Pengajaran
Sebagai salah satu komponen yang dapat menentukan keberhasilan proses pembelajaran, adalah media pengajaran, karena media pengajaran merupakan alat bantu menyampaikan informasi.
Arif S. Sadiman (1990 : 6) mengatakan bahwa “media adalah berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar”.
H. Mohamad Ali (1992 : 89) berpendapat bahwa “media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untukmenyalurkan pesan, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar”.
Berdasarkan uraian beberapa pendapat di atas dapat dirangkum bahwa media pengajaran adalah sesuatu yang dijadikan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan atau informasi yang dapat berupa alat bantu dalam proses pembelajaran yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
b. Jenis-jenis Media Pengajaran
Jenis media bermacam-macam, untuk itu sebelum menggunakan media tersebut perlu dikenali dan dipahami media mana yang dapat digunakan untuk materi tertentu yang akan dipelajari dalam suatu proses pembelajaran.
Berikut ini akan diuraikan beberapa pendapat yang menyangkut jenis-jenis media.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1991 : 3) mengatakan bahwa :
“Media pengajaran terdiri dari : (1) Media grafis atau media dua dimensi yang meliputi gambar/ foto grafis, bagan atau diagram, foster dan komik; (2) Media tiga dimensi dalam bentuk model yaitu model padat, model penampang, model susun, model kerja, mock up, diaroma; (3) Media proyeksi seperti slide, film, strips, penggunaan OHP; (4) lingkungan”.
Selain media-media yang disebutkan di atas masih banyak jenis-jenis media lain yang belum disebutkan. Media-media tersebut adalah:
(1) Alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan meliputi gambar yang diproyeksikan, grafis, diagram, bagan, pita, poster, gambar hasil cetak miring, foto gambar sederhana dengan garis dan lengkung; (2) Berbagai visual tiga dimensi yang meliputi benda asli, model barangcontoh, mock up, diorama, pameran dan bak pasir; (3) Berbagai macam papan, papan tulis, papan magnet dan peragaan; (4) Alat-alat audio, tipe recorder dan radio; (5) Alat-alat audio visual, murni, film suara; (6) demonstrasi dan widyawisata (A.Tabrani Rusyan, 1993 : 93).
Disamping itu sebelum digunakan sangat perlu dipahami ciri-ciri bahan media agar tidak mengalami hambatan dalam penerapannya sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam penelitian ini akan digunakan media benda asli sebagai alat perantara dalam penyampaian pesan.
Media Benda Asli
dalam proses pembelajaran, benda asli dapat digunakan sebagai media. Agar lebih memahami tentang media benda asli di bawah ini akan diuraikan tentang pengertian media benda asli, kelebihan media benda asli, kelemahan media benda asli dan penggunaan media benda asli.
1. Pengertian Media Benda Asli
Menurut Ibrahim dan Nana Syahodih (1992 : 3) mengatakan bahwa “media benda asli termasuk media atau sumber belajar yang secara spesifik dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk mempermudah radar belajar yang formal dan direncanakan”. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999; 202) menyatakan “media benda asli merupakan benda yang sebenarnya yang membantu pengalaman nyata peserta didik dan menarik minat dan semangat belajar sisiwa”.
Dengan menggunakan media benda asli akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa untuk mempelajari berbagai hal terutama menyangkut pengembangan keterampilan tertentu.
2. Kelebihan Media Benda Asli
Media benda asli memiliki kelebihan atau keunggulan. Kelebihan tersebut antara lain: (1) Dapat membantu guru dalam menjelaskan sesuatu kepada peserta didik; (2) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari situasi yang nyata; (3) Dapat melatih keterampilan siswa menggunakan alat indra (A.Tabrani, Rusyan, 1993:199).
Berdasarkan uraian di atas dipertegas kembali bahwa kelebihan media benda asli dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari sesuatu menggunakan obyek-obyek nyata.
3. Kelemahan Media Benda Asli
Media benda asli selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan media benda asli yaitu :
(1) Membawa siswa ke berbagai tempat di luar sekolah, kadang-kadang mengandung resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya; (2) Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai obyek nyata kadang-kadang tidak sedikit apalagi kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya; (3) Tidak selalu memberikan gambaran dari obyek yang seharusnya (R.Ibrahim dan Nana Syahodih, 1992/1993 : 82).
Kelemahan-kelemahan yang diuraikan di atas hendaknya dapat diatasi dengan cara menggunakan media benda asli yang ada di sekitar lokasi sekolah yang dapat dijadikan penunjang dalam proses pembelajaran, di sesuaikan dengan pelajaran dan berusaha membawa benda asli ke kelas yang dapat digunakan untuk menjelaskan materi dalam lingkup kelas.
4. Penggunaan Media Benda Asli
Salah satu komponen yang juga dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran adalah media pembelajaran. Karena media pembelajaran mampu menyampaikan pesan atau informasi, baik dari guru kepada siswa maupun media itu sendiri kepada guru maupun siswa. Media benda asli mempunyai kegunaan sebagai berikut :
(1) Memperjelas perjanjian pesan agar tidak selalu bersifat verbalitas; (2) Mengawasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra; (3) Dengan menggunakan media secara tepat mengatasi sikap positif anak didik; (4) Media dapat memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama pada anak didik (Arief S. Sadiman, 1990 : 16).
Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa penggunaan media pada saat proses pembelajaran berlangsung, akan lebih baik dari pada berceramah saja karena media pendidikan/ pengajaran dapat membantu untuk memperjelas pesan yang kita sampaikan, merangsang siswa untuk memperoleh pengalaman yang sama dan dapat menarik minat siswa untuk belajar. Sehingga dengan penggunaan media tersebut siswa menjadi lebih giat belajar dan mempunyai pengalaman serta persepsi yang sama tentang suatu konsep yang dipelajari.
4. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan, maka kerangka berpikir dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Hubungan penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli pada mata pelajaran IPA.
Penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli sangat cocok digunakan untuk menyampaikan informasi tentang konsep-konsep IPA dan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang suatu konsep perlu dilakukan tanya jawab, agar tidak terjadi kesalahan konsep maka diperlukan suatu pembuktian dengan suatu proses melalui demonstrasi dengan menggunakan media benda asli yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan didemonstrasikan.
2. Hubungan penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Banyak pengaruh sikap terhadap kegiatan keberhasilan belajar salah satunya adalah metode dan model pembelajaran yang digunakan. Hubungan penerapan metode demonstrasi dan media benda asli dengan hasil belajar sangat erat dalam artian, dengan penerapan metode demonstrasi dan media benda asli dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, jika dalam proses penerapan metode demonstrasi dan media benda asli betul-betul dapat diterapkan sesuai dengan langkah-langkah dari penerapan masing-masing metode tersebut. Selain itu sikap dapat menentukan prestasi belajar seseorang memuaskan atau tidak. Sikap yang dimaksud adalah minat, keterbukaan pikiran, prasangka dan kesetiaan. Sikap yang positif terhadap mata pelajaran merangsang cepatnya berlangsung kegiatan belajar. Sikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima dan menolak suatu objek sebagai sesuatu yang berguna. Sikap merupakan sesuatu yang sangat rumit yang mengandung komponen yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
5. HIPOTESIS
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis / dugaan sementara sebagai berikut :
Jika penerapan metode demonstrasi dengan media benda asli dalam pembelajaran IPA dapat berjalan dengan efektif dan efesien, maka diduga atau ditafsirkan hasil belajar siswa akan cenderung meningkat.
I. METODELOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ). Rangkaian kegiatan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini mengacu pada pedoman PTK dari Stephen Kemmis dan Robin MC. PTK sangat erat hubungannya dengan praktek pembelajaran yang dihadapi guru. Tujuan melakukan PTK yaitu untuk meningkatkan dan memperbaiki praktek yang seharusnya dilakukan oleh guru, sehingga guru akan lebih banyak berlatih mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif sebagai upaya untuk meningkatkan layanan pembelajaran dari pada perolehan pengetahuan umum dalam bidang pendidikan yang dapat digeneralisasikan.
Ada beberapa keunggulan, ketika seorang guru melakukan penelitian dengan menggunakan metode tindakan, yaitu sebagai berikut :
1. Mereka tidak harus meninggalkan tempat kerjanya.
2. Mereka dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah direncanakan.
3. Bila treatment ( perlakuan ) dilakukan pada responden maka responden dapat merasakan hasil treatment ( perlakuan ) dari penelitian tindakan kelas. Tiga keunggulan dari penelitian tindakan kelas ini, tidak dimiliki oleh penelitian dengan metode penelitian lain.
2. Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SD No.1 Mayong Kecamatan Seririt pada siswa kelas V yang berjumlah 20 orang, yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan.
3. DEFINISI OPERASIONAL
a. Metode demonstrasi adalah menunjukkkan proses terjadinya sesuatu, agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Dalam demonstrasi siswa dapat mengamati apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.
b. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah mengalami interaksi proses pembelajaran melalui evaluasi belajar selama satu periode tertentu, dan melatih pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA, melatih keterampilan siswa dalam menggunakan alat teknologi sederhana dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan alam sekitar yang pada akhirnya dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan (kognitif), tingkah laku atau sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor), yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil belajar merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu tertentu.
4. Rancangan Pelaksanaan Penelitian
“Penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian yang dimaksud untuk memperbaiki pembelajaran” (Kasihani Kasbolah, 1998; 12). Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, meliputi; 1)tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan, 3) tahap evalasi/observasi, dan 4)tahap refleksi.
Masing-masing tahapan ini secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
Siklus ke n
keterangan:
1. Rencana tindakan
2. Pelaksanaan tindakan
3. Pemantauan dan Evaluasi
4. Refleksi dan Revisi
a. Rencana Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
1. Rencana Penelitian
Hal-hal yang perlu disampaikan adalah; 1) menyusun persiapan mengajar sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan dalam setiap pertemuan, 2) menyiapkan media sesuai dengan pokok bahasan, 3) menentukan metode mengajar, dan 4) menyiapkan alat penelitian.
2. Tindakan
Paada tahap ini, penelitian melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Struktur waktu diatur sebagai berikut; apersepsi 5 menit, kegiatan inti 45 menit, evaluasi 20 menit, dan tindak lanjut 5 menit. Maka waktu keseluruhan menjadi 75 menit yang dilaksanakan pada satu kali pertemuan.
3. Evaluasi
Pada setiap akhir pertemuan/ akhir siklus dilakukan evaluasi dengan pemberian tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa sebanyak 3 kali tes yaitu: tes pertama materi pertemuan I-II, tes kedua materi pertemuan III dan tes katiga materi pertemuan IV dan V.
4. Refleksi
Refleksi ini dilakukan untuk mengkaji hasil tindakan pada siklus I mengenai hasil belajar IPA. Hasil kajian tindakan siklus I selanjutnya untuk dipikirkan serta ditetapkan beberapa alternative tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Tindakan ini ditetapkan menjadi tindakan baru pada siklus II.
b. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
1. Rencana Penelitian
Beberapa hal yang perlu disiapkan yaitu; 1) menyusun persiapan mengajar sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan, 2) menyiapkan media sesuai dengan pokok bahasan, 3) menentukan metode mengajar, dan 4) menyiapkan alat penelitian.
2. Tindakan
Penelitian melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan jadwal dan merencanakan alokasi waktu seperti; apersepsi 5 menit, kegiatan inti 45 menit, evaluasi 20 menit, dan tindak lanjut 5 menit. Maka keseluruhan waktu menjadi 75 menit yang dilaksanakan pada satu kali pertemuan.
3. Evaluasi
Pada setiap akhir pertemuan/ akhir siklus dilakukan evaluasi dengan pemberian tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa sebanyak 3 kali yang rinciannya sebagai berikut: tes pertama materi dalam pertemuan I-II, tes kedua materi pertemuan III –IV,tes katiga materi dalam pertemuan V.
4. Refleksi
Penelitian hasil observasi atau evaluasi penellitian tindakan kelas pada siklus II mendapat hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan hasil belajar siswa.
5. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Pada penelitian PTK ini data dikumpulkan dengan menggunakan metode Tes.
Metode Tes
Metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang atau kelompok orang yang dites. Dari tes dapat menghasilkan skor yang nantinya dibandingkan dengan kriteria tertentu sehingga memperoleh nilai (A.A. Gede Agung,1997 : 75).
Metode tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan alat pengumpul data berupa butir-butir tes yang sesuai dengan pokok bahasan yang sudah diajarkan.
6. Metode Analisis Data
Setelah semua data sudah didapat maka peneliti akan melakukan analisis data secara analisis statistik deskriftif dan metode analisis deskriptif kuantitatif sebagai berikut :
1. Metode Analisis Statistik Deskriptif
Metode analisis statistik deskriptif yaitu : suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus seperti distribusi frekuensi, grafik, mean, median, strandar deviasi untuk menggambarkan suatu obyek atau variable tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum ( A.A. Gede Agung, 1999 : 76).
a. Tabel Distribusi Frekuensi
Data yang telah terkumpul di olah dan disajikan ke dalam table distribusi frekuensi dengan menentukan kelas interval terlebih dahulu, dengan cara menghitung rentangan (R) dengan rumus :
R = Xt –Xr
Jika hasilnya < 15, maka dibuat tabel distribusi frekuensi dengan data tunggal. Sedangkan jika R >15, maka di gunakan tabel distribusi frekuensi dengan data bergolong.
Contoh tabel distribusi frekuensi
Distribusi Frekuensi Tingkat Hasil Belajar
Skor X F Fk Fx
( Nurkancana, 1986 : 145)
Keterangan :
X : Skor Fk : Frekuensi komulatif
F : Frekuensi Fx : Frekuensi x skor
Adapun rumus-rumus yang dipergumakan dalam analisis statistik deskriftif yaitu :
b. Menghitung Mean ( Rata-rata)
Σfx
M = ( Sujana, 1975 : 38)
N
Keterangan :
M : Rata-rata
Σfx : Jumlah skor seluruh siswa
N : Jumlah siswa
c. Menghitung Median (Me)
Untuk menghitung Median yang datanya tunggal menggunakan skor yang mengandung frekuensi komulatif setengah N. Median adalah skor yang membatasi 50% distribusi sebelah bawah.
Untuk menghitung median datanya bergolong di gunakan rumus :
½ N - fkb
Me = B-: ────── ( Sutrisno, 1997 : 44)
fm
Keterangan :
Me : Median
B : Batas Bawah
I : Panjang interval
N : Banyak data
Fkb : Frekuensi komulatif bawah median
Fm : Frekuensi pada daerah median
d. Menghitung Modus
Untuk menghitung modus jika datanya tunggal adalah skor yang memiliki frekuensi tinggi.
Untuk menghitung modus yang datanya bergolong digunakan rumus :
b1
Mo = B + i ───── ( Sujana, 1975: 43)
b1 + b2
Keterangan :
B : Batas kelas bawah interval Modus
I : Kelas interval
b1 : Frekuensi Mo- frekuensi kelas interval yang lebih rendah
b2 : Frekuensi Mo- frekuensi kelas interval yang lebih tinggi
2. Metode Analisis Statistik Deskriptif Kuantitatif
Metode analisis statistik deskriptif kuantitatif adalah : suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematik dalambentuk angka-angka atau presentase mengenai suatu objek sehingga diperoleh kesimpulan umum ( A.A. Gede Agung, 1996 : 76).
Metode ini digunakan untuk menentukan tinggkat hasil belajar yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala 5.
a. Menghitung Hasil Belajar
Untuk menghitung tingkat hasil belajar digunakan rumus :
M
M ( % ) = ─── x 100 % ............................( A.A. Agung, 1997 : 78 )
SMI
Keterangan :
M ( % ) = Rata – rata Persen
M = Rata – rata Skor (Mean)
SMI = Skor Maksimal Ideal
b. Konversi Kreteria PAP Skala 5
Kreteria PAP Skala 5 Tingkat Hasil Belajar Siswa
PERSENTASE KRITERIA
90-100
80-89
65-79
55-64
0-54 Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik
(A.A. Gede Agung, 1997 : 76).
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. A. Gede, 1997. Pengantar Evaluasi Pengajaran, Singaraja : STKIP. ................1999. Metodologi Penelitian Pendidikan, Singaraja : STKIP Singaraja.
Ali, H. Mohamad, 1992. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru.
Dimyati dan Moedjono, 1992/1993. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Depdikbud.
Hadiat, 2001. Alam Sekitar Kita 4. IPA Untuk Sekolah Dasar Kelas 6, Jakarta : Depdikbud.
Ibrahim dan Nana Syahodih, 1992/ 1993. Perencanaan Pengajaran Depdikbud.
Roestyah, N. K, 1991. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Reneka Cipta.
Rusyan Tabarin, 1993. Proses Belajar Mengajar Yang Efektif tingkat Pendidikan Dasar, Bandung : Bina Budhaya.
Sadia I Wayan, 1998. Penelitian Tingkat Konsep Dasar dan Penerapan (terjemahan), Singaraja : STKIP Singaraja.
Sadiman, Arif S., 1990. Media Pendidikan, Jakarta : Raya Grafindo Persada.
Soeharto, Karni, 1995.Teknologi Pembelajaran, Surabaya : Intelek Club.
Soetomo, 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya : Usaha Nasional.
Sujana Nana dan Ahmad Rivai, 1991. Media Pengajaran, Bandung : Sinar Baru.
Suryabrata, Soemadi, 1981. Psikologi Pendidikan, Bandung : Angkasa.
sumber: http://susilofy.wordpress.com
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Peningkatan hasil belajar khususnya di Sekolah Dasar tidak akan terjadi tanpa adanya kerjasama dari berbagai pihak. Pendidikan dan pengajaran dapat berhasil sesuai dengan harapan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berkaitan dan saling menunjang. Faktor yang paling menentukan keberhasilan pendidikan / pengajaran adalah guru, sehingga guru sangat dituntut kemampuannya untuk menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa dengan baik, untuk itu guru perlu mendapatkan pengetahuan tentang metode dan media pengajaran yang dapat di gunakan dalam proses belajar mengajar.
Dari hasil pengamatan proses pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, ternyata belum sepenuhnya melibatkan fisik dan mental siswa. Sehingga dalam proses pembelajaran terkesan siswa kurang aktif dan guru-guru, dalam proses pembelajaran kurang memantapkan penggunaan metode yang telah dipelajari dan jarang sekali menggunakan media. Sehingga hasil belajar yang di peroleh siswa sangat rendah mencapai skor 5,2. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata ulangan yang telah dilaksanakan di kelas V semester I. Rendahnya hasil belajar ini tidak jauh berbeda dengan data yang diperoleh pada saat di kelas IV semester I dan II tahun pelajaran 2008-2009. Padahal Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong telah menetapkan standar ketuntasan minimal yaitu 60, dari hasil tersebut menandakan siswa kurang memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi diperoleh informasi bahwa rendahnya hasil belajar siswa kelas V tersebut dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas. Kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dimengerti tidak dimanfaatkan dengan baik oleh siwa.
2. Guru mengajar dengan menggunakan metode yang monoton yaitu metode ceramah, sehingga siswa cenderung bosan dalam pembelajaran.
3. Aktifitas siswa dalam menjawab, menyelesaikan tugas-tugas masih sangat kurang.
Dengan kondisi seperti itu dipandang perlu diadakan perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu cara untuk meningkatkan pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode yang tepat yaitu metode demonstrasi dan media pengajaran.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “ Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Siswa Kelas V Semester I SD Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, Tahun Pelajaran 2009-2010”.
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah sangat erat kaitannya dengan masalah apa yang ingin dikaji. Identifikasi masalah pada penelitian ini antara lain :
1. Kurangnya perhatian guru terhadap pentingnya penggunaan penerapan metode demonstrasi dengan media benda asli dalam kegiatan pembelajaran IPA.
2. Berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa adalah minat siswa rendah dalam belajar IPA, kurangnya sarana dan prasarana belajar, dan siswa tidak memiliki cara belajar yang baik.
D. PEMBATASAN MASALAH
Sejalan dengan hasil identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti adalah; Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Media Benda Asli Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester I SD Negeri 1Mayong.
E. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah, Apakah ada peningkatan hasil belajar setelah diterapkan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas V semester I Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, Tahun Pelajaran 2009-2010?
F. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian tindakan kelas ini, adalah :
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar setelah diterapkan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli dalam mata pelajaran IPA siswa kelas V semester 1 SD Negeri 1 Mayong tahun pelajaran 2009-2010.
G. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis :
1. Manfaat Teoritis
Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan berharga dalam upaya mengembangkan konsep pembelajaran atau strategi belajar mengajar dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong, Kecamatan Seririt, akan terdorong untuk meningkatkan hasil belajar dalam Ilmu Pengetahuan Alam melalui penerapan metode demonstrasi dengan media benda asli.
b. Bagi guru pengajar Ilmu Pengetahuan Alam kelas V dapat meningkatkan profesionalnya dalam pengelolaan proses pembelajaran dengan bahan pelajarannya.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi kepala sekolah, untuk mengambil kebijakan yang tepat dalam kegiatan pengajaran dengan memanfaatkan model pembelajaran, guna menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, efektif dan efesien bagi para guru-guru di Sekolah Dasar.
H. KAJIAN PUSTAKA
1. Hasil Belajar Siswa
Setiap akhir program pembelajaran selalu diadakan evaluasi dengan maksud untuk mengetahui hasil belajar siwa karena hasil belajar yang diperoleh siswa dapat menunjukkan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan hasil belajar di bawah ini akan diuraikan mengenai pengertian hasil belajar, ciri-ciri hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau belajar” (Dimyati dan Moedjiono, 1992 : 40). Hasil belajar dapat berupa pengetahuan (kognitif), tingkah laku atau sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor), yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil belajar merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu tertentu. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat yang diperoleh oleh setiap siswa setelah proses belajar. Di dalam proses belajar siswa mengerjakan hal-hal yang akan dipelajari sesuai dengan tujuan dan maksud belajar. “Hasil belajar akan dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan sikap dan nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi” (Tabrani Rusyan, 1989;8).
Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran melalui evaluasi belajar IPA yang dilakukan dengan tes yang dijadwalkan. Kemajuan yang diperoleh siswa tidak hanya berupa ilmu pengetahuan, tetapi juga berupa sikap dan kecakapan atau keterampilan khususnya dalam mata pelajaran IPA.
b. Ciri-ciri Hasil Belajar
Menurut Karti Soeharto (1995 : 108), belajar ditandai dengan ciri-ciri yaitu : “(1) disengaja dan bertujuan, (2) tahan lama, (3) bukan karena kebetulan, dan (4) bukan karena kematangan dan pertumbuhan”.
Dengan pengalaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi perubahan, baik perubahan pada aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor. Perubahan ketiga aspek tersebut di atas merupakan ciri-ciri hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat A.A. Gede Agung ( 1997 : 78) yang mengatakan bahwa:
Ciri-ciri hasil belajar mengandung tiga hal, yaitu: kognitif, afektif, psikomotor. Hasil belajar kognitif merupakan kemajuan intelektual yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar dengan ciri-ciri sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Hasil belajar afektif adalah perubahan sikap atau kecendrungan yang dialami siswa sebagai hasil belajar sebagai berikut: adanya penerimaan atau perhatian adanya respon atau tanggapan dan penghargaan.
Hasil belajar psikomotor merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan yang dialami siswa dengan ciri-ciri: keberanian menampilkan minat dan kebutuhannya, keberanian berpartisifasi di dalam kegiatan penampilan sebagai usaha/ kreatifitas dan kebebasan melakukan hal di atas tanpa tekanan guru atau orang lain.
Berdasarkan cici-ciri hasil belajar di atas maka tugas guru selain mengajar juga mendidik dan melatih siswa agar menjadi siswa yang cerdas, bersikap baik dan memiliki keterampilan-keterampilan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran di Sekolah dasar, merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghagai Tuhan Yang Masa Esa. Sejalan dengan itu maka hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar menurut Hidayat (2001 : IV) dapat di uaraikan sebagai berikut:
(1) siswa memiliki pemahaman tentang konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari; (2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar; (3) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari; (4) mengenal dan dapat memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar.
Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar dapat diuraikan sebagai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dapat melatih pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA, melatih keterampilan siswa dalam menggunakan alat teknologi sederhana dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan alam sekitar yang pada akhirnya dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa selalu bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-foktor tersebut adalah faktor dalam dan faktor luar individu. “Faktor dalam meliputi : keadaan, motifasi, minat, intelegensi dan bakat siswa. Foktor luar meliputi : fasilitas belajar, waktu, media belajar, dan cara mengajar” (Soemadi Suryabrata 1981 :7). Selain itu, hasil belajar dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologi seperti kecerdasan, motivasi, perhatian, pengindraan, cita-cita peserta didik, kebugaran fisik dan mental, serta lingkungan yang menunjang ( Tabrani Rusyan, 1993 : 32).
Untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik, dalam proses pembelajaran maka guru harus memahami keadaan siswa, baik keadaan fisik, keadaan psikhis, maupun lingkungan atau latar belakang kehidupan siswa.
2. METODE PENGAJARAN
Metode pengajaran berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pengajaran. Di bawah ini diuraikan tentang pengertian metode pengajaran dan macam-macam metode pengajaran.
a. Pengertian Metode
Dalam hal ini metode berasal dari kata “Methodos” yang secara etimologis, berasal dari bahasa latin yaitu “Methodos”. Secara etimologis kata methodos berasal dari kata metha yang artinya dilalui dan hodos yang artinya jalan. Jadi methodos artinya jalan yang dilalui. Secara umum, “metode artinya jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan” (A.A. Gede Agung, 1997: 1).
Dalam pembelajaran metode merupakan suatu cara atau tehnik yang di gunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga dapat mempermudah pencapaian pesan dan mempercepat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.
b. Jenis-jenis metode Pengajaran
Ada sejumlah metode pengajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Berikut ini akan diuraikan tentang jenis-jenis metode pengajaran yang dikutip dari beberapa sumber.
A. Tabrani Rusyan ( 1993 : 63-117) menyatakan bahwa “Jenis-jenis Metode Pengajaran terdiri dari metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dokumentasi, metode AVA, narasumber, wawancara, karyawisata, survei, studi lapangan, proyek pelayanan masyarakat kerja, pengalaman, simulasi, eksperimen, disceoveri, dan penggunaan buku-buku pelajar”.
Pada bagian lain juga diuraikan jenis-jenis metode yang dinyatakan oleh Soetomo (1993 : 147) bahwa “Metode pengajaran terdiri dari metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, demonstrasi, eksperimen dan pemecahan masalah”.
Dari uraian di atas terlihat adanya berbagai jenis metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, akan tetapi harus dipilih sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Untuk itu dalam penelitian ini akan digunakan 1 macam metode yaitu metode demonstrasi secara lebih mantap karena metode tersebut sesuai dengan pokok bahasan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk kelas V Semester I Sekolah Dasar Negeri 1 Mayong.
Disamping itu dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam selain berceramah untuk mengimpormasikan konsep, perlu diadakan tanya jawab untuk mengetahui tingkat suatu konsep dan agar pemahaman siswa lebih melekat tentang suatu konsep.
Pada bagian ini akan diuraikan tentang pengertian metode demonstrasi, kelebihan metode demonstrasi, kelemahan metode demontrasi dan penggunaan metode demonstrasi.
1). Pengertian Metode Demonstrasi
Semua metode pengajaran dapat mewakili pencapaian tujuan pendidikan. Pemakaiannya ditentukan oleh tujuan dan isi materi yang akan di ajarkan. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, metode demonstrasi sering digunakan karena materi-materi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebagaian besar menggunakan media yang harus didemonstrasikan.
Menurut A.Tabrani Rusyan (1993 : 106) mengatakan bahwa “Metode Demonstrasi adalah merupakan pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan”. Dalam hal ini dengan demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan harapan.
Pakar lain mengemukakan bahwa “Demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang guru menunjukkan atau memperlihatkan suatu proses” (Roestyah,N.K, 1991 : 83).
Sehubungan dengan pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa metode demonstrasi adalah menunjukkkan proses terjadinya sesuatu, agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Dalam demonstrasi siswa dapat mengamati apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.
2). Kelebihan Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi sering digunakan karena merupakan metode yang sangat baik dan efektif dalam menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan yang sifatnya pemahaman. Metode demonstrasi memiliki kelebihan-kelebihan yaitu :
(1) Siswa akan memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai proses sesuatu yang telah didemonstrasikan; (2) Perhatian siswa akan lebih mudah dipusatkan pada hal-hal yang penting yang sedang dibahas; (3) Dapat mengurangi kesalahan pengertian antara anak dan guru bila di bandingkan dengan ceramah dan tanya jawab, karena dengan demonstrasi siswa akan dapat mengamati sendiri proses dari sesuatu; (4) Akan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan apa yang telah di demonstrasikan ( Soetomo, 1993 : 162).
Dengan uraian di atas ditegaskan kembali bahwa dengan demonstrasi akan dapat mengaktifkan siswa, dapat menghindari kesalahan pengertian dari siswa dan guru, dan siswa akan merasa lebih terkesan karena siswa mengalami sendiri. Sehingga akan lebih mendalam dan lebih lama disimpan dalam pikiran tentang sesuatu proses yang terjadi.
3). Kelemahan Metode Demonstrasi
Di samping memiliki beberapa kelebihan, maka metode demonstrasi juga tidak terlepas dari kemungkinan-kemungkinan kurang efektif apabila digunakan. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat membuat demonstrasi kurang efektif menurut Soetomo (1993 : 163) antara lain :
(1) Apabila demonstrasi tidak digunakan secara matang maka bisa terjadi demonstrasi banyak kesulitan; (2) Kadang-kadang sesuatu yang di bawa ke kelas untuk didemonstrsikan terjadi proses yang berlainan dengan proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya; (3) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti secara aktif oleh para siswa untuk mengamati; (4) Demonstrasi akan merupakan metode yang kurang efektif bila alat yang didemonstrasikan itu tidak dapat di amati secara seksama oleh siswa.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode demonstrasi maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti: guru harus mempersiapkan sesuatu yang akan digunakan dalam pelaksanaan demonstrasi, menjelaskan tujuan demonstrasi kepada siswa, memperhatikan situasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi jalannya demonstrasi dan selama demonstrasi hendaknya semua siswa dapat memperhatikan jalannya demonstrasi.
4). Penggunaan Metode Demonstrasi
Penggunaan metode demonstrasi ini mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu. Penggunaan metode demonstrasi menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas karena dapat memusatkan perhatian siswa pada pelajaran, meningkatkan partisipasi aktif siswa untuk mengembangkan kecakapan siswa dan memotvasi siswa untuk belajar lebih giat (Roestyah N.K, 1991 : 84).
Dengan kata lain penggunaan metode demonstrasi bertujuan untuk mewujudkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, menghindari kesalahan dalam memahami konsep-konsep dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, serta dapat melatih kecakapan siswa dalam menganalisa sesuatu yang sedang dialami atau didemonstrsikan.
3. MEDIA PENGAJARAN
Media merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran yang dapat menciptakan kondisi belajar yang merangsang siswa agar mau belajar, sehingga proses belajar mengajar dapat efektif dan efisien. Di bawah ini akan diuraikan pengertian media pengajaran dan jenis-jenis media pengjaran sebagai berikut :
a. Pengertian Media Pengajaran
Sebagai salah satu komponen yang dapat menentukan keberhasilan proses pembelajaran, adalah media pengajaran, karena media pengajaran merupakan alat bantu menyampaikan informasi.
Arif S. Sadiman (1990 : 6) mengatakan bahwa “media adalah berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar”.
H. Mohamad Ali (1992 : 89) berpendapat bahwa “media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untukmenyalurkan pesan, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar”.
Berdasarkan uraian beberapa pendapat di atas dapat dirangkum bahwa media pengajaran adalah sesuatu yang dijadikan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan atau informasi yang dapat berupa alat bantu dalam proses pembelajaran yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
b. Jenis-jenis Media Pengajaran
Jenis media bermacam-macam, untuk itu sebelum menggunakan media tersebut perlu dikenali dan dipahami media mana yang dapat digunakan untuk materi tertentu yang akan dipelajari dalam suatu proses pembelajaran.
Berikut ini akan diuraikan beberapa pendapat yang menyangkut jenis-jenis media.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1991 : 3) mengatakan bahwa :
“Media pengajaran terdiri dari : (1) Media grafis atau media dua dimensi yang meliputi gambar/ foto grafis, bagan atau diagram, foster dan komik; (2) Media tiga dimensi dalam bentuk model yaitu model padat, model penampang, model susun, model kerja, mock up, diaroma; (3) Media proyeksi seperti slide, film, strips, penggunaan OHP; (4) lingkungan”.
Selain media-media yang disebutkan di atas masih banyak jenis-jenis media lain yang belum disebutkan. Media-media tersebut adalah:
(1) Alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan meliputi gambar yang diproyeksikan, grafis, diagram, bagan, pita, poster, gambar hasil cetak miring, foto gambar sederhana dengan garis dan lengkung; (2) Berbagai visual tiga dimensi yang meliputi benda asli, model barangcontoh, mock up, diorama, pameran dan bak pasir; (3) Berbagai macam papan, papan tulis, papan magnet dan peragaan; (4) Alat-alat audio, tipe recorder dan radio; (5) Alat-alat audio visual, murni, film suara; (6) demonstrasi dan widyawisata (A.Tabrani Rusyan, 1993 : 93).
Disamping itu sebelum digunakan sangat perlu dipahami ciri-ciri bahan media agar tidak mengalami hambatan dalam penerapannya sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam penelitian ini akan digunakan media benda asli sebagai alat perantara dalam penyampaian pesan.
Media Benda Asli
dalam proses pembelajaran, benda asli dapat digunakan sebagai media. Agar lebih memahami tentang media benda asli di bawah ini akan diuraikan tentang pengertian media benda asli, kelebihan media benda asli, kelemahan media benda asli dan penggunaan media benda asli.
1. Pengertian Media Benda Asli
Menurut Ibrahim dan Nana Syahodih (1992 : 3) mengatakan bahwa “media benda asli termasuk media atau sumber belajar yang secara spesifik dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk mempermudah radar belajar yang formal dan direncanakan”. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998/1999; 202) menyatakan “media benda asli merupakan benda yang sebenarnya yang membantu pengalaman nyata peserta didik dan menarik minat dan semangat belajar sisiwa”.
Dengan menggunakan media benda asli akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa untuk mempelajari berbagai hal terutama menyangkut pengembangan keterampilan tertentu.
2. Kelebihan Media Benda Asli
Media benda asli memiliki kelebihan atau keunggulan. Kelebihan tersebut antara lain: (1) Dapat membantu guru dalam menjelaskan sesuatu kepada peserta didik; (2) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari situasi yang nyata; (3) Dapat melatih keterampilan siswa menggunakan alat indra (A.Tabrani, Rusyan, 1993:199).
Berdasarkan uraian di atas dipertegas kembali bahwa kelebihan media benda asli dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari sesuatu menggunakan obyek-obyek nyata.
3. Kelemahan Media Benda Asli
Media benda asli selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan media benda asli yaitu :
(1) Membawa siswa ke berbagai tempat di luar sekolah, kadang-kadang mengandung resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya; (2) Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai obyek nyata kadang-kadang tidak sedikit apalagi kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya; (3) Tidak selalu memberikan gambaran dari obyek yang seharusnya (R.Ibrahim dan Nana Syahodih, 1992/1993 : 82).
Kelemahan-kelemahan yang diuraikan di atas hendaknya dapat diatasi dengan cara menggunakan media benda asli yang ada di sekitar lokasi sekolah yang dapat dijadikan penunjang dalam proses pembelajaran, di sesuaikan dengan pelajaran dan berusaha membawa benda asli ke kelas yang dapat digunakan untuk menjelaskan materi dalam lingkup kelas.
4. Penggunaan Media Benda Asli
Salah satu komponen yang juga dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran adalah media pembelajaran. Karena media pembelajaran mampu menyampaikan pesan atau informasi, baik dari guru kepada siswa maupun media itu sendiri kepada guru maupun siswa. Media benda asli mempunyai kegunaan sebagai berikut :
(1) Memperjelas perjanjian pesan agar tidak selalu bersifat verbalitas; (2) Mengawasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra; (3) Dengan menggunakan media secara tepat mengatasi sikap positif anak didik; (4) Media dapat memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama pada anak didik (Arief S. Sadiman, 1990 : 16).
Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa penggunaan media pada saat proses pembelajaran berlangsung, akan lebih baik dari pada berceramah saja karena media pendidikan/ pengajaran dapat membantu untuk memperjelas pesan yang kita sampaikan, merangsang siswa untuk memperoleh pengalaman yang sama dan dapat menarik minat siswa untuk belajar. Sehingga dengan penggunaan media tersebut siswa menjadi lebih giat belajar dan mempunyai pengalaman serta persepsi yang sama tentang suatu konsep yang dipelajari.
4. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan, maka kerangka berpikir dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Hubungan penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli pada mata pelajaran IPA.
Penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli sangat cocok digunakan untuk menyampaikan informasi tentang konsep-konsep IPA dan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang suatu konsep perlu dilakukan tanya jawab, agar tidak terjadi kesalahan konsep maka diperlukan suatu pembuktian dengan suatu proses melalui demonstrasi dengan menggunakan media benda asli yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan didemonstrasikan.
2. Hubungan penerapan metode demonstrasi dengan menggunakan media benda asli untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Banyak pengaruh sikap terhadap kegiatan keberhasilan belajar salah satunya adalah metode dan model pembelajaran yang digunakan. Hubungan penerapan metode demonstrasi dan media benda asli dengan hasil belajar sangat erat dalam artian, dengan penerapan metode demonstrasi dan media benda asli dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, jika dalam proses penerapan metode demonstrasi dan media benda asli betul-betul dapat diterapkan sesuai dengan langkah-langkah dari penerapan masing-masing metode tersebut. Selain itu sikap dapat menentukan prestasi belajar seseorang memuaskan atau tidak. Sikap yang dimaksud adalah minat, keterbukaan pikiran, prasangka dan kesetiaan. Sikap yang positif terhadap mata pelajaran merangsang cepatnya berlangsung kegiatan belajar. Sikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima dan menolak suatu objek sebagai sesuatu yang berguna. Sikap merupakan sesuatu yang sangat rumit yang mengandung komponen yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
5. HIPOTESIS
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis / dugaan sementara sebagai berikut :
Jika penerapan metode demonstrasi dengan media benda asli dalam pembelajaran IPA dapat berjalan dengan efektif dan efesien, maka diduga atau ditafsirkan hasil belajar siswa akan cenderung meningkat.
I. METODELOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ). Rangkaian kegiatan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini mengacu pada pedoman PTK dari Stephen Kemmis dan Robin MC. PTK sangat erat hubungannya dengan praktek pembelajaran yang dihadapi guru. Tujuan melakukan PTK yaitu untuk meningkatkan dan memperbaiki praktek yang seharusnya dilakukan oleh guru, sehingga guru akan lebih banyak berlatih mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif sebagai upaya untuk meningkatkan layanan pembelajaran dari pada perolehan pengetahuan umum dalam bidang pendidikan yang dapat digeneralisasikan.
Ada beberapa keunggulan, ketika seorang guru melakukan penelitian dengan menggunakan metode tindakan, yaitu sebagai berikut :
1. Mereka tidak harus meninggalkan tempat kerjanya.
2. Mereka dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah direncanakan.
3. Bila treatment ( perlakuan ) dilakukan pada responden maka responden dapat merasakan hasil treatment ( perlakuan ) dari penelitian tindakan kelas. Tiga keunggulan dari penelitian tindakan kelas ini, tidak dimiliki oleh penelitian dengan metode penelitian lain.
2. Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SD No.1 Mayong Kecamatan Seririt pada siswa kelas V yang berjumlah 20 orang, yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan.
3. DEFINISI OPERASIONAL
a. Metode demonstrasi adalah menunjukkkan proses terjadinya sesuatu, agar pemahaman siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Dalam demonstrasi siswa dapat mengamati apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.
b. Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah mengalami interaksi proses pembelajaran melalui evaluasi belajar selama satu periode tertentu, dan melatih pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA, melatih keterampilan siswa dalam menggunakan alat teknologi sederhana dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan alam sekitar yang pada akhirnya dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Hasil belajar dapat berupa pengetahuan (kognitif), tingkah laku atau sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor), yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil belajar merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu tertentu.
4. Rancangan Pelaksanaan Penelitian
“Penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian yang dimaksud untuk memperbaiki pembelajaran” (Kasihani Kasbolah, 1998; 12). Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilaksanakan dalam dua siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, meliputi; 1)tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan, 3) tahap evalasi/observasi, dan 4)tahap refleksi.
Masing-masing tahapan ini secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
Siklus ke n
keterangan:
1. Rencana tindakan
2. Pelaksanaan tindakan
3. Pemantauan dan Evaluasi
4. Refleksi dan Revisi
a. Rencana Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
1. Rencana Penelitian
Hal-hal yang perlu disampaikan adalah; 1) menyusun persiapan mengajar sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan dalam setiap pertemuan, 2) menyiapkan media sesuai dengan pokok bahasan, 3) menentukan metode mengajar, dan 4) menyiapkan alat penelitian.
2. Tindakan
Paada tahap ini, penelitian melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Struktur waktu diatur sebagai berikut; apersepsi 5 menit, kegiatan inti 45 menit, evaluasi 20 menit, dan tindak lanjut 5 menit. Maka waktu keseluruhan menjadi 75 menit yang dilaksanakan pada satu kali pertemuan.
3. Evaluasi
Pada setiap akhir pertemuan/ akhir siklus dilakukan evaluasi dengan pemberian tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa sebanyak 3 kali tes yaitu: tes pertama materi pertemuan I-II, tes kedua materi pertemuan III dan tes katiga materi pertemuan IV dan V.
4. Refleksi
Refleksi ini dilakukan untuk mengkaji hasil tindakan pada siklus I mengenai hasil belajar IPA. Hasil kajian tindakan siklus I selanjutnya untuk dipikirkan serta ditetapkan beberapa alternative tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Tindakan ini ditetapkan menjadi tindakan baru pada siklus II.
b. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
1. Rencana Penelitian
Beberapa hal yang perlu disiapkan yaitu; 1) menyusun persiapan mengajar sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan, 2) menyiapkan media sesuai dengan pokok bahasan, 3) menentukan metode mengajar, dan 4) menyiapkan alat penelitian.
2. Tindakan
Penelitian melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan jadwal dan merencanakan alokasi waktu seperti; apersepsi 5 menit, kegiatan inti 45 menit, evaluasi 20 menit, dan tindak lanjut 5 menit. Maka keseluruhan waktu menjadi 75 menit yang dilaksanakan pada satu kali pertemuan.
3. Evaluasi
Pada setiap akhir pertemuan/ akhir siklus dilakukan evaluasi dengan pemberian tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa sebanyak 3 kali yang rinciannya sebagai berikut: tes pertama materi dalam pertemuan I-II, tes kedua materi pertemuan III –IV,tes katiga materi dalam pertemuan V.
4. Refleksi
Penelitian hasil observasi atau evaluasi penellitian tindakan kelas pada siklus II mendapat hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan hasil belajar siswa.
5. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Pada penelitian PTK ini data dikumpulkan dengan menggunakan metode Tes.
Metode Tes
Metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang atau kelompok orang yang dites. Dari tes dapat menghasilkan skor yang nantinya dibandingkan dengan kriteria tertentu sehingga memperoleh nilai (A.A. Gede Agung,1997 : 75).
Metode tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan alat pengumpul data berupa butir-butir tes yang sesuai dengan pokok bahasan yang sudah diajarkan.
6. Metode Analisis Data
Setelah semua data sudah didapat maka peneliti akan melakukan analisis data secara analisis statistik deskriftif dan metode analisis deskriptif kuantitatif sebagai berikut :
1. Metode Analisis Statistik Deskriptif
Metode analisis statistik deskriptif yaitu : suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus seperti distribusi frekuensi, grafik, mean, median, strandar deviasi untuk menggambarkan suatu obyek atau variable tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum ( A.A. Gede Agung, 1999 : 76).
a. Tabel Distribusi Frekuensi
Data yang telah terkumpul di olah dan disajikan ke dalam table distribusi frekuensi dengan menentukan kelas interval terlebih dahulu, dengan cara menghitung rentangan (R) dengan rumus :
R = Xt –Xr
Jika hasilnya < 15, maka dibuat tabel distribusi frekuensi dengan data tunggal. Sedangkan jika R >15, maka di gunakan tabel distribusi frekuensi dengan data bergolong.
Contoh tabel distribusi frekuensi
Distribusi Frekuensi Tingkat Hasil Belajar
Skor X F Fk Fx
( Nurkancana, 1986 : 145)
Keterangan :
X : Skor Fk : Frekuensi komulatif
F : Frekuensi Fx : Frekuensi x skor
Adapun rumus-rumus yang dipergumakan dalam analisis statistik deskriftif yaitu :
b. Menghitung Mean ( Rata-rata)
Σfx
M = ( Sujana, 1975 : 38)
N
Keterangan :
M : Rata-rata
Σfx : Jumlah skor seluruh siswa
N : Jumlah siswa
c. Menghitung Median (Me)
Untuk menghitung Median yang datanya tunggal menggunakan skor yang mengandung frekuensi komulatif setengah N. Median adalah skor yang membatasi 50% distribusi sebelah bawah.
Untuk menghitung median datanya bergolong di gunakan rumus :
½ N - fkb
Me = B-: ────── ( Sutrisno, 1997 : 44)
fm
Keterangan :
Me : Median
B : Batas Bawah
I : Panjang interval
N : Banyak data
Fkb : Frekuensi komulatif bawah median
Fm : Frekuensi pada daerah median
d. Menghitung Modus
Untuk menghitung modus jika datanya tunggal adalah skor yang memiliki frekuensi tinggi.
Untuk menghitung modus yang datanya bergolong digunakan rumus :
b1
Mo = B + i ───── ( Sujana, 1975: 43)
b1 + b2
Keterangan :
B : Batas kelas bawah interval Modus
I : Kelas interval
b1 : Frekuensi Mo- frekuensi kelas interval yang lebih rendah
b2 : Frekuensi Mo- frekuensi kelas interval yang lebih tinggi
2. Metode Analisis Statistik Deskriptif Kuantitatif
Metode analisis statistik deskriptif kuantitatif adalah : suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematik dalambentuk angka-angka atau presentase mengenai suatu objek sehingga diperoleh kesimpulan umum ( A.A. Gede Agung, 1996 : 76).
Metode ini digunakan untuk menentukan tinggkat hasil belajar yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala 5.
a. Menghitung Hasil Belajar
Untuk menghitung tingkat hasil belajar digunakan rumus :
M
M ( % ) = ─── x 100 % ............................( A.A. Agung, 1997 : 78 )
SMI
Keterangan :
M ( % ) = Rata – rata Persen
M = Rata – rata Skor (Mean)
SMI = Skor Maksimal Ideal
b. Konversi Kreteria PAP Skala 5
Kreteria PAP Skala 5 Tingkat Hasil Belajar Siswa
PERSENTASE KRITERIA
90-100
80-89
65-79
55-64
0-54 Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik
(A.A. Gede Agung, 1997 : 76).
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. A. Gede, 1997. Pengantar Evaluasi Pengajaran, Singaraja : STKIP. ................1999. Metodologi Penelitian Pendidikan, Singaraja : STKIP Singaraja.
Ali, H. Mohamad, 1992. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru.
Dimyati dan Moedjono, 1992/1993. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Depdikbud.
Hadiat, 2001. Alam Sekitar Kita 4. IPA Untuk Sekolah Dasar Kelas 6, Jakarta : Depdikbud.
Ibrahim dan Nana Syahodih, 1992/ 1993. Perencanaan Pengajaran Depdikbud.
Roestyah, N. K, 1991. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Reneka Cipta.
Rusyan Tabarin, 1993. Proses Belajar Mengajar Yang Efektif tingkat Pendidikan Dasar, Bandung : Bina Budhaya.
Sadia I Wayan, 1998. Penelitian Tingkat Konsep Dasar dan Penerapan (terjemahan), Singaraja : STKIP Singaraja.
Sadiman, Arif S., 1990. Media Pendidikan, Jakarta : Raya Grafindo Persada.
Soeharto, Karni, 1995.Teknologi Pembelajaran, Surabaya : Intelek Club.
Soetomo, 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya : Usaha Nasional.
Sujana Nana dan Ahmad Rivai, 1991. Media Pengajaran, Bandung : Sinar Baru.
Suryabrata, Soemadi, 1981. Psikologi Pendidikan, Bandung : Angkasa.
sumber: http://susilofy.wordpress.com
UJI HOMOGENITAS (STATISTIK LANJUT)
STATISTIK LANJUT
UJI HOMOGENITAS
Uji kesamaan dua varians digunakan untuk menguji apakah sebaran data tersebut homogen atau tidak, yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Jika dua kelompok data atau lebih mempunyai varians yang sama besarnya, maka uji homogenitas tidak perlu dilakukan lagi karena datanya sudah dianggap homogen. Uji homogenitas dapat dilakukan apabila kelompok data tersebut dalam distribusi normal.
Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji statistik parametrik (misalnya uji t, ANAVA, MANCOVA maupun MANOVA) benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas data dilakukan dengan dua cara, yaitu uji F dari Havley dan uji Bartlett.
Uji F dari Havley biasanya digunakan untuk menguji homogenitas sebaran dua kelompok data, sedangkan uji Bartlett biasanya digunakan untuk menguji homogenitas lebih dari dua kelompok data. Adapun rumusnya dari masing-masing uji tersebut di atas adalah sebagai berikut.
1. Uji F dari Havley
Keterangan:
varians yang lebih besar
varians yang lebih kecil
Hipotesis yang akan diuji adalah:
Ha :
Ho :
Kriteria pengujian homogenitas, data mempuyai varians yang homogen bila Fhit < Ftabel = F (db pembilang-1,db penyebut-1) pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% ( = 0,05).
Contoh:
Uji Homogenitas Varians Nilai Statistik Lanjut antara Kelas M dan Kelas N
a. Ho : Tidak terdapat perbedaan varians antara data Kelas M dan Kelas N (masing-masing terdiri dari 38 orang)
1.
2.
3.
b. Daerah kritis penolakan Ho bila Fhit F(0,05 (37, 37)
c. Perhitungan nilai F dengan s12 = 5,42 (varians Kelas M) dan s22 = 6,47 (varians Kelas N), maka:
=
= 1,193
d. Simpulan
Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit sebesar 1,193 sedangkan F tabel pada taraf signifikan 5% dengan db pembilang = 37 dan db penyebut = 37 adalah 1,71. Ini berarti Fhit Ftabel, maka Ho di terima (gagal ditolak) berarti tidak terdapat perbedaan varians masing-masing kelas atau harga varians adalah homogen.
2. Uji Bartlett
Sementara itu, hipotesis statistik yang akan di uji dalam uji homogenitas data adalah:
H0 :
H1 : Salah satu tanda = tidak berlaku
Kreteria pengujian adalah jika , maka H0 diterima (gagal ditolak) yang berarti data homogen, sedangkan derajat kebebasannya adalah n-1 (n = jumlah sel) dengan taraf signifikansi 5%.
Contoh:
Diketahui standar deviasi empat buah kelompok data (masing-masing 23 orang) adalah (s1) = 7,52; (s2) = 7,55; (s3) = 6,94 dan (s4) = 7,37.
Untuk Uji Bartlett hipotesis statistik yang akan diuji adalah:
H0 :
H1 : Salah satu tanda = tidak berlaku
Selanjutnya dibuat tabel kerja sebagai berikut.
Sampel dk 1/dk s s2 Log s2 dk * Log s2 dk* s2
1 22 0,0455 7,520 56,550 1,752 38,554 1244,109
2 22 0,0455 7,550 57,003 1,756 38,630 1254,055
3 22 0,0455 6,940 48,164 1,683 37,020 1059,599
4 22 0,0455 7,370 54,322 1,735 38,169 1195,079
Total 88 0,1818 152,372 4752,842
Keterangan :
dk : derajat kebebasan
s : standar deviasi
Varians Gabungan
=
=
= 54,010
Log = log 54,010
= 1,732474
Nilai B:
B =
= 88 x 1,732474
= 152,4577
Hitung X2
X2 =
= (2,3025) (152,4577 – 152,372)
= 2,3025 x 0,0857
= 0,1973
Dari perhitungan diperoleh X2 = 0,1973 sedangkan X2t (0,05;3) = 7,81, sehingga . Ini berarti H0 diterima. Jadi data keempat kelompok memiliki varians yang sama atau kelompok data homogen.
Soal Latihan
Ujilah Normalitas dan Homogenitas data berikut ini!
Nomor Urut X1 X2 X3 X4 X5
1 43 41 53 47 41
2 44 41 61 50 46
3 49 46 62 56 46
4 50 47 63 57 47
5 51 48 63 58 48
6 55 51 65 58 51
7 56 52 67 61 52
8 56 53 67 62 52
9 56 53 67 62 53
10 57 54 70 62 54
11 57 56 70 63 56
12 57 56 71 63 56
13 57 56 71 63 57
14 58 57 72 67 59
15 62 59 76 67 59
16 62 59 76 68 62
17 65 62 77 68 63
18 66 63 77 70 67
19 66 63 80 72 70
20 72 67 82 74 70
UJI HOMOGENITAS
Uji kesamaan dua varians digunakan untuk menguji apakah sebaran data tersebut homogen atau tidak, yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Jika dua kelompok data atau lebih mempunyai varians yang sama besarnya, maka uji homogenitas tidak perlu dilakukan lagi karena datanya sudah dianggap homogen. Uji homogenitas dapat dilakukan apabila kelompok data tersebut dalam distribusi normal.
Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji statistik parametrik (misalnya uji t, ANAVA, MANCOVA maupun MANOVA) benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas data dilakukan dengan dua cara, yaitu uji F dari Havley dan uji Bartlett.
Uji F dari Havley biasanya digunakan untuk menguji homogenitas sebaran dua kelompok data, sedangkan uji Bartlett biasanya digunakan untuk menguji homogenitas lebih dari dua kelompok data. Adapun rumusnya dari masing-masing uji tersebut di atas adalah sebagai berikut.
1. Uji F dari Havley
Keterangan:
varians yang lebih besar
varians yang lebih kecil
Hipotesis yang akan diuji adalah:
Ha :
Ho :
Kriteria pengujian homogenitas, data mempuyai varians yang homogen bila Fhit < Ftabel = F (db pembilang-1,db penyebut-1) pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% ( = 0,05).
Contoh:
Uji Homogenitas Varians Nilai Statistik Lanjut antara Kelas M dan Kelas N
a. Ho : Tidak terdapat perbedaan varians antara data Kelas M dan Kelas N (masing-masing terdiri dari 38 orang)
1.
2.
3.
b. Daerah kritis penolakan Ho bila Fhit F(0,05 (37, 37)
c. Perhitungan nilai F dengan s12 = 5,42 (varians Kelas M) dan s22 = 6,47 (varians Kelas N), maka:
=
= 1,193
d. Simpulan
Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit sebesar 1,193 sedangkan F tabel pada taraf signifikan 5% dengan db pembilang = 37 dan db penyebut = 37 adalah 1,71. Ini berarti Fhit Ftabel, maka Ho di terima (gagal ditolak) berarti tidak terdapat perbedaan varians masing-masing kelas atau harga varians adalah homogen.
2. Uji Bartlett
Sementara itu, hipotesis statistik yang akan di uji dalam uji homogenitas data adalah:
H0 :
H1 : Salah satu tanda = tidak berlaku
Kreteria pengujian adalah jika , maka H0 diterima (gagal ditolak) yang berarti data homogen, sedangkan derajat kebebasannya adalah n-1 (n = jumlah sel) dengan taraf signifikansi 5%.
Contoh:
Diketahui standar deviasi empat buah kelompok data (masing-masing 23 orang) adalah (s1) = 7,52; (s2) = 7,55; (s3) = 6,94 dan (s4) = 7,37.
Untuk Uji Bartlett hipotesis statistik yang akan diuji adalah:
H0 :
H1 : Salah satu tanda = tidak berlaku
Selanjutnya dibuat tabel kerja sebagai berikut.
Sampel dk 1/dk s s2 Log s2 dk * Log s2 dk* s2
1 22 0,0455 7,520 56,550 1,752 38,554 1244,109
2 22 0,0455 7,550 57,003 1,756 38,630 1254,055
3 22 0,0455 6,940 48,164 1,683 37,020 1059,599
4 22 0,0455 7,370 54,322 1,735 38,169 1195,079
Total 88 0,1818 152,372 4752,842
Keterangan :
dk : derajat kebebasan
s : standar deviasi
Varians Gabungan
=
=
= 54,010
Log = log 54,010
= 1,732474
Nilai B:
B =
= 88 x 1,732474
= 152,4577
Hitung X2
X2 =
= (2,3025) (152,4577 – 152,372)
= 2,3025 x 0,0857
= 0,1973
Dari perhitungan diperoleh X2 = 0,1973 sedangkan X2t (0,05;3) = 7,81, sehingga . Ini berarti H0 diterima. Jadi data keempat kelompok memiliki varians yang sama atau kelompok data homogen.
Soal Latihan
Ujilah Normalitas dan Homogenitas data berikut ini!
Nomor Urut X1 X2 X3 X4 X5
1 43 41 53 47 41
2 44 41 61 50 46
3 49 46 62 56 46
4 50 47 63 57 47
5 51 48 63 58 48
6 55 51 65 58 51
7 56 52 67 61 52
8 56 53 67 62 52
9 56 53 67 62 53
10 57 54 70 62 54
11 57 56 70 63 56
12 57 56 71 63 56
13 57 56 71 63 57
14 58 57 72 67 59
15 62 59 76 67 59
16 62 59 76 68 62
17 65 62 77 68 63
18 66 63 77 70 67
19 66 63 80 72 70
20 72 67 82 74 70
komponen-komponen 8 keterampilan mengajar
8 Keterampilan Mengajar
Turney (1973) mengemukakan 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar, yakni:
Pertama, keterampilan bertanya yang mensyaratkan guru harus menguasai teknik mengajukan pertanyaan yang cerdas, baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut
Kedua, keterampilan memberi penguatan. Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan perhatian.
Ketiga, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, yang mensyaratkan guru agar mengadakan pendekatan secara pribadi, mengorganisasi-kan, membimbing dan memudahkan belajar, serta merencanakan dan melaksana-kan kegiatan belajar-mengajar.
Keempat, keterampilan menjelaskan yang mensyaratkan guru untuk merefleksi segala informasi sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Setidaknya, penjelasan harus relevan dengan tujuan, materi, sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa, serta diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan keperluan.
Kelima, keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam konteks ini, guru perlu mendesain situasi yang beragam sehingga kondisi kelas menjadi dinamis.
Keenam, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Hal terpenting dalam proses ini adalah mencermati.aktivitas siswa dalam diskusi.
Ketujuh, keterampilan mengelola kelas, mencakupi keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, serta pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Kedelapan, keterampilan mengadakan variasi, baik variasi dalam gaya mengajar, penggunaan media dan bahan pelajaran, dan pola interaksi dan kegiatan (sumber : dibaca dari Buku Pengelolaan Kelas/Drs. ade rukmana, Asep sunary S.Pd, Mpd.)
Untuk lebih jelasnya berikut pemaparan tentang 8 keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang guru meliputi :
1. Pertama, KETERAMPILAN BERTANYA
A. Rasional
Semua orang tanpa batas umur melakukan kegiatan bertanya.Anak kecil biasanya selalu ingin tau bahkan pada masa perkembangan anak ada masa yang disebut “masa apa itu”.
Dalam kegiatan pembelajaran bertanya cukup mendominasi kelas.Menurut hasil penelitian sejak abad 20 melaporkan bahwa guru menggunakan 30% dari waktunya untuk bertanya(G.A.Brown dan R. Edmondson,1984).Data ini menunjukan bahwa kegiatan bertanya sangat penting dalam proses pembelajaran.
Tujuan bertanya adalah untuk memperoleh informasi.Namun kegiatan bertanya oleh guru adalah untuk meningkatkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa,antara siswa dengan siswa dan mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Ada 4 alasan seorang guru harus menguasai keterampilan bertanya,yaitu:
1. Pada umumnya guru masih cenderung mendominasi kelas dengan metode ceramahnya sehingga siswa pasif,dengan keterampilan bertanya guru berusaha membuat siswa lebih aktif.
2. Kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak membiasakan anak untuk bertanya,sehingga keinginan anak bertanya menjadi terpendam.
3. Penerapan pendekatan CBSA dalam kegiatan pembelajaran menuntut keterlibatan siswa secara mental intelektual.
4. Adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajukan guru hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
B. Definisi dan fungsi Pertanyaan
G.A.Brown dan R. Edmondson (1984) mendefinisikan pertanyaan sebagai berikut:” segala pernyataan yang menginginkan tanggapan verbal(lisan)”.
Turney (1979) mengidentifikasi 12 fungsi pertanyaan seperti berikut:
1. Membangkitkan minat dan keingin tahuan siswa tentang suatu topic.
2. Memusatkan perhatian pada masalah tertentu.
3. Menggalakan penerapan belajar aktif.
4. Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri.
5. Menstruykturkan tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara maksimal.
6. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
7. Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
8. Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahaman tentang informasi yang diberikan.
9. Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat mendorong mengembangkan proses berpikir.
10. Mengembangkan kebiasaan menanggapi pernyataan teman atau pernyataan guru.
11. Memberikan kesempatan untuk belajar diskusi.
12. Menyatakan perasaan dan pikiran murni kepada siswa.
C. Komponen-komponen Keterampilan Bertanya
1. Keterampilan Bertanya Dasar
Komponen-komponen keterampilan bertanya dasar sebagai berikut:
a. Pengungkapan pertanyaan secara singkat dan jelas
b. Pemberian acuan
c. Pemusatan
d. Pemindahan giliran
e. Penyebaran
f. Pemberian waktu berpikir
g. Pemberian tuntunan
2. Keterampilan Bertanya Lanjut
Sesuai dengan namanya,penggunaan atas keterampilan bertanya lanjut dibentuk berdasarkan penggunaan keterampilan bertanya dasar.Komponen keterampilan bertanya lanjut adalah:
a. Pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan,
Pertanyaan yang diajukan guru hendaknya mengundang siswa untuk berpikir.Kualitas proses mental yang terjadi pada siswa ketika memikirkan jawaban pertanyaan guru tergantung dari kualitas pertanyaan guru.Guru hendaknya mengajukan pertanyaan yang tergolong tinggi pada taksonomi Bloom,pertanyaan yang bersifat ingatan hendaknya dibatasi.
b. Pengaturan urutan pertanyaan,
Pertanyaan pada tingkat tertentu hendaknya dimantapkan kemudian beralih kepertanyaan yang lebih tinggi.Oleh karena itu tidak dapat dibenarkan jika guru sudah mengajukan pertanyaan yang menuntut siswa untuk melakukan analisis,padahal siswa belum mampu menjawab pertanyaan yang bersifat pemahaman.Pertanyaan yang tidak sistematis akan membingungkan siswa dan menghambat perkembangan kemampuan berpikir siswa.
c. Penggunaan pertanyaan pelacak,
Fungsi pertanyaan pelacak untuk mengembangkan atau meminta jawaban yang lebih tepat pada siswa.Teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan guru antara lain:
1. Meminta klarifikasi
2. Meminta siswa memberi alasan
3. Meminta kesepakatan pandangan siswa
4. Meminta ketepatan jawaban
5. Meminta jawaban yang lebih relevan
6. Meminta contoh
7. Meminta jawaban yang lebih kompleks
d. Peningkatan terjadinya interaksi.
Peningkatan terjadinya interaksi ini dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
1) Menghindari atau mengurangi pertanyaan yang hanya dijawab oleh seorang siswa,
2) Mendorong siswa mengajukan pertanyaan sehingga tidak hanya guru yang bertanya,
3) Jika siswa mengajukan pertanyaan berikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan tersebut.
D. Prinsip Penggunaan
Prinsip penggunaan atau hal-hal yang mempengaruhi keefektifan pertanyaan sebagai berikut:
1. Kehangatan dan keantusiasan
2. Menghindari kebiasaan berikut:
a. Mengulangi pertanyaan sendiri
b. Mengulangi jawaban siswa
c. Menjawab pertanyaan sendiri
d. Mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak
e. Mengajukan pertanyaan ganda
f. Menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan
3. Memberi waktu berpikir
4. Mempersiapkan pertanyaan pokok yang akan diajukan
5. Menilai pertanyaan yang telah diajukan.
2. Kedua, KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
1. Pengertian
Memberipenguatan atau reinforcement merupakan tindakan ataurespon terhadapsuatubentukprilaku yang dapatmendorongmunculnyapeningkatankualitastingkahlakutersebutdisaat yang lain.Responada yang positif da nada yang negative dimanaresponpositifmisalnyaanak di berikanhadiahatau Fujian sedangkanrespon yang negaatifadalahmemberihukuman ,namunkeduarespontersebutmemilikitujua yang samayaituinginmerubahtinggkahlakuseseorang. Responpositifbertujuan agar tingkahlaku yang sudahbaik (bekerja, belajar ,danberprestasi) itufrekuensinyaakanberulangataubertambah. Sedangkanrespon negative ( hukuman) bertujuan agar tingkahlaku yang kurangbaikitufrekuensinyaberkurangatauhilang. Pemberianrespon yang demikiandalam proses belajarmengajardisebut“ memberipenguatan”.
2. Tujuan
Menggunakanketerampilanmemberipenguatandalampengajaran, guru bertujuanuntuk :
a. Membangkitkanmotivasibelajarpesertadidik.
b. Merangsangpesertadidikberfikir yang baik.
c. Menimbulkanperhatianpesertadidik
d. Menumbuhkankemampuanberinisiatifsecarapribadi
e. Mengendalikandanmengubahsikap negative pesertadidikdalambelajarkearahprilaku yang mendukungbelajar.
3. Penggunaan di dalamkelas
Tujuanpenggunaanketerampilanmemberipenguatan di dalamkelasadalahuntuk:
• Meningkatkanperhatiansiswa, membantusiswabelajarbilapemberianpenguatandigunakansecaraselektif.
• Memberimotivasikepadasiswa.
• Di pakaiuntukmengontrolataumengubahtingkahlakusiswa yang mengganggu, danmeningkatkancarabelajar yang produktif.
• Mengembangkankepercayaandirisiswauntukmengaturdirisendiridalampengalamanbelajar.
• Mengarahkanterhadappengembanganberfikir yang divegendanpengambilaninisiatif yang bebas.
4. Aplikasi
Semuaaspek yang terdapat yang terdapatpadapemberianpenguatandapatberpengaruhpadakelompokusiasiswa yang manapun ,tidakterbataspadasatutingkatsekolahtertentusaja, tetapisama, baikuntukanak yang dewasamaupun yang belumdewasa, hal yang perludiperhatikadalampemberianpenguatanialah guru harusyakinbahwasiswaakanmenghargainyadanmenyadariakanrespon yang diberikan guru, pemberianpenguatandapatdilakukanpadasaat:
• Siswamemperhatika guru, memperhatikankawanlainyadanbenda yang menjaditujuandiskusi
• Siswasedangbelajar ,mengerjakantugasdaribuku, membacadanbekerja di papantulis.
• Menyelesaikanhasilkerja (selesaipenuh, ataumenyelesaikan format).
• Bekerjadengankualitaskerja yang baik ( kerapian, ketelitian, keindahan, danmutumateri)
• Perbaikanpekerjaan( dalamkualitas, hasilataupenampilan).
• Ada katagoritingkahlaku (tepat, tidaktepat, verbal, pisik, dantertulis)
• Tugasmandiri (perkembanganpadapengarahandirisendirimengelolatingkahlakusendiridanmengambilinisiatifkegiatansendiri).
5. Komponen /Jenis-jenispenguatan
Guru dapatmenggunakanjenis –jenispenguatandalam proses pembelajaransesuaidengansituasidankondisi yang berlangungdikelasnya, jenis-jenispeguataniniadalah:
• Penguatan verbal, yaitupenguatan yang diberikan guru berupa kata-kata/ kalimat yang di ucapkanseperti: “bagus”, “baik”, “hebat”, “mengagumkan”, “kamucerdas”, “setuju”, “ya”, “betul”, “tepat”, dansebaagainya.
• Penguatan Gestural, yaitupenguatanberupageraktubuhataumimiklmuka yang memberiarti /kesanbaikkepadapesertadidik. Penguatan gestural dapatberupatepuktangan, acunganjempol, anggukantersenyumdansebagainya.
• Penguatandengancaramendekati, yaituperhatian guru kepadapesertadidikdengancaramendekatinya. Penguatandengancaramendekatiinidapatdilakukantatkalapesertadidikmenjawapertanyaan, bertanya, diskusi, atauaktivitaslainya.
• Penguatandengancarasentuhan, yaitupenguatan yang dilakukan guru dengancaramenyentuhpesertadidik, seperti, seperti “menepukpundakpesertadidik” “menjabattangan”, “mengusaprambutkepala”, mengankattanganpesertadidik” dsb
• Penguatandenganmemberikegiatan yang menyenangkan. Memberipenghargaankepadakemampuanpesertadidikdalamsuatubidangtertentusepertipesertadidik yang pandaibernyanyidiberikankesempatanuntukmelatih vocal padatemanya, yang pandaidapatdijadikan tutor sebaya, dansebagainya.
• Penguatanberupatanda. Adakalanya guru memberikanpenilaiankepadapeseertadidik yang berupa symbol-simbolataubenda-benda. Penguataninidapatberupakomentartertulisataskaryapesertadidik, hadiahberupabukutulis, piagam ,lencanadansebagainya.
6. Model-model penguatan
Ada beberapa model yang dapatdilakukanoleh guru dalammemberipenguatanyaitu:
• Penguatanseluruhkelompok
Pemberianpenguatankepadaseluruhanggotakelompokdalamkelas yang dapatdilakukansecaraterus-menerussepertihalnyapadapemberianpenguatanuntukindividu.Penguatan verbal, gestural, tanda ,dankeiatanadalahmerupakankomponenpenguatan yang dapat di peruntukanpadaseluruhanggotakelompok
• Penguatan yang ditundapemberianpenguatandenganmenggunakankomponen yang manapun, sebiknyasesegeramungkin di berikankepadasiswasetelahmelakukansesuaturespon. Penundaanpenguatanpadaumumnyaadalahkurangefektifbiladibandingkandenganpemberiansecaralangsung. Tetapipenundaantersebutdapatdilakuakandenganmemberipenjelasanatauisarat verbal bahwapnghargaanituditundadanakandiberikankemudian. Pepatah yang sesuaiuntukinimisalnya” lebihbaikterlambatdaripadatidaksamasekali”
• Penguatan partial
Penguatan partial dalamhalinisamadenganpenguatansebagian-sebagianatautidakkesinambungan ,diberikankepadasiswauntuksebagiandariresponya. Sebenarnyapenguatantersebutdigunakanuntukmenghidaripenggunaanpenguatan yang negative danpemberiankritik
• Penguatanperorangan
Pemberianpenguatandengansecarakhusus, misal-nyamenyebutkemampuan, penampilan, dannamasiswa yang bersangkutanadalahlebihefektifdaripadatidakmenyebutapa-apa.
3. Ketiga, KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN,
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
1. Pengertian.
Keterampilan mengajar kelompok kecil adan waktu adalah kemampuan guru melayani kegiatan peserta didik dalam belajar secara berkelompok dengan jumlah peserta didik berkisar antara 3 sampai 5 orang atau paliong banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya. Sedangkan ketrampilan dalam pengajaran perorangan atau pengajaran individual adalah kemampuan guru dalam menentukan tujuan, bahan ajar, prosedur dan waktu yang digunakan dalam pengajaran dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan atau perbedaan-perbedaan individual peserta didik.
2. Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan ada 4 yaitu:
a. Keterampilan dalam pendekatan pribadi
Aspek dalam keterampilan pendekatan pribadi adalah:
1) Kehangatan, guru harus menampilkan kehangatan kepada siswa.
2) Peka, guru harus peka terhadap siswa dan kebutuhan siswa.
3) Mendengarkan, guru perlu mendengarkan secara simpati dan merespon secara positif terhadap pikiran siswa dan membuat hubungan yang saling percaya.
4) Membantu, guru bisa membantu siswa jika siswa mengahadapi masalah.
b. Keterampilan dalam mengorganisasikan
Aspek dalam keterampilan mengorganisasikan adalah:
1) Orientasi pendahuluan oleh guru untuk menetapkan tujuan, masalah atau tugas, untuk penentuan pembagian kerja sebelum pembagian kerja sebelum pembagian kelompok dan perorangan dilakukan.
2) Pembagian kegiatan, guru menyiapkan tempat kerja, peralatan, prosedur, aturan, waktu yang digunakan dan lain-lain.
3) Guru mengatur pembagian kelompok secara tepat.
4) Guru mengkoordinasikan kemajuan diskusi penggunaan materi dan sumber untuk membantu siswa.
5) Membagi perhatian terhadap berbagai macam kegiatan baik yang dikerjakan secara kelompok maupun perorangan.
6) Pada akhir kegiatan guru membantu siswa untuk mengklarifikasi hasil dengan memberikan kulminasi tugas kegiatan berupa laporan atau tukar pengalaman dari semua siswa.
c. Keterampilan dalam membimbing belajar
Aspek dalam keterampilan membimbing belajar adalah:
1) Membantu siswa untuk memajukan kegiatan belajarnya dengan meminilkan frustasi, guru perlu menggunakan berbagai variasi pemberian penguatan secara verbal dan non verbal kepada kelompok dan perorangan untuk memberi motivasi kemajuan belajar.
2) Mengembangkan supervisi proses lanjut guru berkeliling sehingga sebagai nara sumber dapat dimanfaatkan, memberi bantuan bila diperlukan dan sebagai interaksi guru dan siswa untuk secara langsung memberi tutorial, sebagai pemimpin diskusi, atau sebagai katalisator untuk meningkatkan siswa dalam belajar dan berfikir melalui pertanyaan, komentar, dan nasehat.
3) Supervisi terintegrasi yang digunakan dengan maksud untuk mengevaluasi kemajuan dari berbagai macam kegiatan dalam mempersiapkan saling tukar pengalaman tentang apa yang telah dipelajari dan diselesaikan.
d. Keterampilan dalam merencanakan dan melaksanakan KBM
Kegiatan guru dalam kegiatan belajar mengajar seperti membuka pelajaran, menyajikan kegiatan inti, membimbing perserta didik, dan mengevaluasi hendaklah diatur dengan baik dan penuh kesungguhan.
4. Keempat, KETERAMPILAN MENJELASKAN
1. Pengertian Keterampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ialah penyajian informasi secara lisanyang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatanguru dalam interaksinyadengan siswa di dalam kelas. Dan biasanya guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh langsung, misalnya dalam memberikan fakta, ide, ataupun pendapat. Oleh sebab itu, hal ini haruslah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya agar tercapai hasil yang optimaldari penjelasan dan pembicaraan guru tersebut sehingga bermakna bagi murid.
2. Komponen-Komponen keterampilan Menjelaskan
a. Merencanakan
Penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerimaan pesan. Yang berkenaan dengan isi pesan (materi) meliputi penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dan penggunaan hokum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Mengenai yang berhubungan dengan penerimaan pesan (siswa) hendaknya diperhatikan hal-hal atau perbedaan-perbedaan pada setiap anak yang akan menerima pesan seperti usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial, bakat, minat serta lingkungan belajar anak.
b. Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Kejelasan: Penjelasan hendaknya diberikan dngan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, menghindari penggunaan ucapan-ucapan seperti “e”, “aa”, “mm”, “kira-kira”, “umunya”, “biasanya”, “seringkali” dan istilah-istilah yang tidak dapat dimengerti oleh anak.
b) Penggunaan contoh dan ilustrasi: Dalam memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
c) Pemberian tekanan: Dalam memberikan penjelasan, guru harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting. Dalam hal ini guru dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti “Yang terpenting adalah”, “Perhatikan baik-baik konsep ini”, atau “Perhatikan, yang ini agak sukar”.
d) Penggunaan balikan: Guru hendaknya member kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertiannya ketika penjelasan itu diberikan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti “Apakah kalian mengerti dengan penjelasan tadi?” Juga perlu ditanyakan, “Apakah penjelasan tadi bermakna bagi kalian?” dan sebagainya.
3. Tujuan Memberikan Penjelasan
a) Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hokum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
b) Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
c) Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman murid.
d) Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan mendapatkan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
5. Kelima, KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Pengertian keterampilan membuka dan menutup pelajaran :
Membuka pelajaran adalah: kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.
Menutup pelajaranadalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.dalam proses belajar mengajar.
Awal pelajaran atau awal setiap penggal kegiatan dalam inti pelajaran guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran. Komnponen ketrampilan itu adalah menarik perhatian, menimbulkan motivasi dan materi acuan.
Komponen dan aspek itu meliputi :
1. Menarik Perhatian Siswa
Cara yang dapat dipergunakan :
1. Gaya Mengajar Guru
Perhatian dapat timbul dari apresiasi gaya mengajar guru seperti posisi, atau kegiatan yang berbeda dari biasanya.
2. Penggunaan Alat Bantu Mengajar
Seperti : gambar, model, skema, disamping menarik perhatian memungkinkan terjadinya kaiatan antara hal yang telah diketahui dengan hal yang dipelajari.
3. Pola Interaksi Yang Bervariasi.
Seperti guru-siswa, siswa-siswa, siswa-guru.
2. Menimbulkan Motivasi
Cara untuk menimbulkan motivasi
1. Dengan Hangat dan Antusias
Hendaknya ramah, antusias, bersahabat dan sebagainya. Sebab dapat mendorong tingkah dan kesenangan dalam mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa akan timbul.
2. Menimbulkan Rasa Ingin Tahu
Melontarkan ide yang bertentangan dengan mengerjakan masalah atau kondisi diri kenyataan sehari-hari
Contoh : Kalau transmigrasi dapat meningkatkan kemakmuran penduduk mengapa
banyak penduduk di pulau jawa tidak mau transmigrasi.
3. Dengan Memperhatikan Minat Siswa.
Menyesuaikan topik pelajaran dengan minat siswa karena motivasi dan minat berpengaruh pada jenis kelamin, umur, sosial ekonomi dan sebagainya.
3. Memberi Acuan (Structuring)
Yaitu usaha untuk mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkai alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas hal-hal yang harus dipelajari.
Untuk itu cara yang dilakukan adalah :
1. Mengemukakan tujuan dan batas tugas hendaknya guru mengemukakan tujuan pelajaran terlebih dahulu batas tugas yang dikerjakan siswa.
Contoh : Guru : hari ini kita belajar mengarang cerita perhatikan tiga buah gambar berikut lalu berdasarkan gambar itu tulis suatu cerita yang panjangnya lebih kurang 100 kata
2. Menyarankan Langkah-Langkah Yang Dilakukan
Tujuannya adalah agar dalam pelajaran siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari materi dan tugas jika guru memberi saran dan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan misalnya :
Guru : tugas kalian adalah membuktikan pada temperature berapa derajat celcius air mendidih langkah yang harus kalian kerjakan adalah :
• Mengukur temperature yang belum dipanasi
• Lalu nyalakan lampu spirtus ini dan panaskan air dalam gelas ini
• Jika air sudah mendidih catatlah berapa suhunya sesuai dengan yang kelihatan pada temperatur.
3. Mengingatkan Masalah Pokok Yang Dibahas
Misalnya : Dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal yang positif dari sifat suatu konsep, tanda, media, hewan dan lain-lain.
Selain itu tunjukan juga hal negatif yang hilang atau kurang lengkap.
Contoh : Periksalah bahan-bahan ini dan tentukan mengapa beberapa batu dapat digolongkan dalam jenis batu yang mengandung biji besi dan yang lain tidak.
4. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan diajukan sebelum memulai penjelasan akan mengarahkan siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari.
Contoh : Sebelum memutar film tentang siklus kehidupan nyamuk guru mengajukan pertanyaan untuk membantu siswa memahami siklus nyamuk yang digambarkan oleh film tersebut.
4. Membuat Kaitan
Jika guru mengerjakan materi baru perlu menghubungkan dengan hal yang telah dibuat ssiswa atau pengalaman atau minat dan kebutuhanya untuk mempermudah pemahaman hal-hal yang telah dikenal, pengalaman, minat dan kebutuhan inilah yang disebut dengan pengait.
Contoh : Usaha guru untuk membuat kaitan.
1. Permulaan pelajaran guru meninjau kembali sejauh mana materi sebelumnya telah dipahami dengan mengajukan pertanyaan atau merupakan inti materi pelajaran terdahulu secara singkat.
2. Cara membandingkan atau mempertentangkan dengan pengetahuan baru, hal ini dilakukan jika pengetahuan baru erat kaitanya dengan pengetahuan lama.
Contoh : Guru bertanya untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan sebelum mengerjakan pembagian.
3. Cara menjelaskan konsepnya atau pengertian lebih dahulu sebelum mengerjakan bahan secara terperinci.
Menutup Pelajaran
Menjelang akhir pelajaran atau ahir setiap penggal kegiatan guru harus melakukan penutupan pelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok materi.
Komponen dan aspek itu meliputi:
1. Meninjau Kembali
Akhir kegiatan guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan sudah dipahami oleh siswa, kegiatan ini meliputi
• Merangkum inti pelajaran (berlangsung selama proses PBM).
• Membuat ringkasan (dimaksudkan dengan adanya ringkasan siswa yang tidak memiliki buku atau yang terlambat bisa mempelajarinya kembali).
2. Mengevaluasi
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah mendapatkan pemahaman yang utuh terhadap konsep yang dijelaskan adalah dengan evaluasi.
Bentuk-Bentuk Evaluasi Itu Meliputi
1. Mendemonstrasikan ketrampilan
Contoh : Setelah selesai mengarang puisi guru dapat meminta siswa untuk membacakan di depan kelas.
2. Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
Contoh : Guru merupakan persamaan kuadrat siswa disuruh menyelesaikan soal persamaan.
3. Mengekpresikan pendapat siswa sendiri
Guru dapat meminta komentar tentang keefektifan suatu demontrasi yang dilakukan guru atau siswa lain.
4. Soal-soal tertulis
• Uraian
• Tes objektif
• Melengkapi lembar kerja
6. Keenam, KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
A. Pengertian Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan, atau memecahkan suatu masalah (Mulyasa, Hasibuan dalam Suwarna,2006:79). Sedangkan pengertian keterampilan dasar mengajar membimbing diskusi kelompok kecil ialah keterampilan melaksanakan kegiatan membimbing siswa agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil dengan efektif (Suwarna,2006:79).
B. Tujuan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil bertujuan sebagai
berikut :
1. Siswa dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan mereka
2. Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi
3. Siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan (Mulyasa, Hasibuan dalam Suwarna,2006:80).
C. Komponen-komponen Keterampilan Membimbing Diskusi
1. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a). Rumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi
b). Kemukakan masalah-masalah khusus
c). Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan
d). Rangkum hasil pembicaraan diskusi
2. Memperjelas masalah maupun usulan/pendapat
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a) Merangkum usulan tersebut sehingga menjadi jelas
b) Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide tersebut
c) Menguraikan gagasan siswa dengan memberikaninformasi tambahan atau contoh-contoh yang sesuai sehingga kelompok dapat memperoleh informasi secara lebih jelas.
3. Menganalisis pandangan/pendapat siswa.
Di dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat di antara anggota kelompok. Dengan demikian guru hendaknya mampu menganalisis alasan perbedaan tersebut dengan cara sebagai berikut :
a) Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat
b) Menjelaskan hal-hal yang disepakati maupun yang tidak disepakati
4. Meningkatkan usulan siswa
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir
b) Memberikan contoh-contoh verbal yang sesuai secara tepat
c) Memberikan waktu untuk berpikir
d) Memberikan dukungan kepada usulan pendapat siswa dengan penuh perhatian
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a) Mencoba memancing usulan siswa yang enggan berpartisipasi dengan mengarah langsung secara bijaksana
b) Mencegah terjadinya pembicaraan serentak dengan memberi giliran kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu
c) Secara bijaksana mencegah siswa yang suka memonopoli pembicaraan.
d) Mendorong siswa untuk mengomentari usulan temannya sehingga interaksi antar siswa dapat ditingkatkan
6. Menutup diskusi
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a) Dengan bantuan para siswa, membuat rangkuman hasil diskusi.
b) Memberi gambaran tentang tindak lanjt hasil diskusi.
c) Mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang telah tercapai (Mulyasa, Hasibuan dalam Suwarna,2006:81).
d) Prinsip Penggunaan Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil memiliki dua prinsip, yaitu :
i. Diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim terbuka”
Hal ini ditandai dengan adanya keantusiasan berpartisipasi, kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topik diskusi, dan kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian semua anggota kelompok mempunyai keinginanuntuk dikenal dan dihargai, dapat merasa aman dan bebas mengemukakan pendapat.
ii. Perlu perencanaan dan persiapan yang matang
o Topik yang dipilih hendaknya sesuai dengan tujuanyang akan dicapai, minat dan kemampuan siswa
o Masalah hendaknya mengandung jawaban yang kompleks, bukan jawaban yang tunggal
o Adanya informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topik tersebut agar para siswa memiliki latar belakang pengetahuan yang sama sehingga mampu memberikan penjelasan dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memotivasi siswa (Hasibuan, Wardani dalam Suwarna,2006:82).
7. Ketujuh, KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
A. Pengertian ketrampilan mengelola kelas
keterampilan mengelola kelas adalah ketrampilan yang mencakupi keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, serta pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Pengelolaan kelas adalah segala kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi optimal saat terjadinya proses belajar mengajar, yang meliputi pengaturan siswa dan lingkungan belajar (fasilitas). Kondisi optimal yang harus diciptakan dan dipertahankan itu dimaksudkan agar kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan terjadi secara efektif dan efesien. Dalam kegiatan pengelolaan kelas, ketika kelas terganggu, guru harus dapat menciptakan dan berusaha mengembangkannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas.
Istilah lain dari kata pengelolaan adalah "manajemen". Manajemen berarti ketatalaksanaan, tata pimpin, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan menurut Suharsimi Arikunto adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
Sedangkan pengertian kelas diantaranya menurut :
1. Oemar Hamalik adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.
2.Suharsimi Arikunto yaitu sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. kemudian dipertegas bahwa kelas yang dimaksud di sini adalah kelas dengan sistem pengajaran klasikal dalam pengajaran secara tradisional.
2. Hadari Nawawi, memandang pengertian kelas dari dua sudut, yaitu :
a.Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.
b.Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai tujuan.
Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran.
Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian pengelolaan kelas diantaranya :
1. Di tinjau dari paham lama yaitu mempertahankan ketertiban kelas.
2. Di tinjau dari paham baru yaitu diantaranya menurut :
a. Made Pidarta dengan mengutip pendapat Lois V. Jonshon dan Mary A. Bany, bahwa
pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas.
b. Sudirman N. dkk, bahwa pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.
c. Hadari Nawawi mengatakan bahwa pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah hingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efesien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
d. Suharsimi Arikunto juga berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau membantu dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga terlaksana kegiatan belajar.
B. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Komponen keterampilan mengelola kelas ini pada dasarnya terbagi dua yaitu :
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemiliharaan kondisi belajar yang optimal, meliputi :
1. Menunjukkan sikap tanggap
Sikap tanggap ini dapat ditunjukkan oleh guru untuk membuktikan bahwa ia ada bersama dengan para siswanya, memberikan perhatian, sekaligus mengontrol kepedulian dan ketidakacuan para siswanya. Sikap tanggap ini dapat dilakukan dengan cara memandang secara seksama, gerak mendekati, memberi pernyataan serta memberikan reaksi atas gangguan dan ketidakacuan siswa dalam bentuk teguran.
2. Membagi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif dapat terjadi jika guru mampu membagi perhatian kepada beberapa kegiatan dalam waktu yang sama, dengan cara :
a. Visual, mengalihkan pandangan dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa atau seorang siswa secara individual.
b. Verbal, dengan cara memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktivitas seorang siswa sementara ia memimpin kegiatan siswa yang lain.
3. Memusatkan perhatian kelompok
Kegiatan siswa dalam belajar dapat dipertahankan jika guru mampu memusatkan perhatian siswa untuk melakukan tugas secara berkelompok atau bekerjasama. Memusatkan dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberikan tanda, misalnya dengan menciptakan atau membuat situasi tentang suatu hal sebelum menyampaikan materi.
b. Menuntut tanggung jawab, atas keterlibatan siswa dalam suatu kegiatan, baik dalam melaporkan hasil kerja kelompok, memperagakan sesuatu atau memberikan tanggapan.
4. Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
Guru harus seringkali memberikan arahan dan petunjuk yang jelas dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak kebingungan.
5. Menegur
Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran tingkah laku siswa sehingga mengganggu proses pembelajaran didalam kelas, maka guru hendaknya memberikan teguran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Tegas dan jelas teruju kepada siswa yang mengganggu.
b. Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan.
c. Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.
6. Memberi penguatan
Untuk menanggulangi siswa yang mengganggu atau tidak melakukan tugas, maka penguatan dapat diberikan sesuai dengan masalah yang muncul.
b. Keterampilan yang berhubungan degan pengembalikan kondisi belajar yang optimal, meliputi:
1. Modifikasi perilaku
Modifikasi perilaku menurut Bootzin (dalam Soetarlinah Soekadji, 1983) merupakan usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologi hasil eksperimen lain pada perilaku manusia. Dalam perspektif behaviorist modidifikasi perilaku didefinisikan sebagai penggunaan secara sistematis teknik kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi perilaku sosial tertentu atau tindakan mengontrol lingkungan perilaku tersebut.
2. Melakukan pendekatan pemecahan masalah kelompok
Memperlancar terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas
Memeliharah kegaiatan-kegiatan kelompok
3. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
Seorang guru harus memaksimalkan untuk memecahkan masalah tersebut dengan seperangkat cara untuk mengendalikan perilaku siswa tersebut.
C. Aspek-aspek dalam pengelolaan kelas.
Aspek Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas dapat berarti segala tindakan guru, berupa kepemimpinan, penugasan dan ketatalaksanaan dalam praktek penyelenggaraan kelas. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan di dalam mengelola kelas, kalau aspek-aspek ini tidak mendapat perhatian, kemungkinan sistem pengelolaan kelas tersebut tidak akan tercapai tujuannya, sehingga proses pendidikan di kelas itu tidak akan berhasil. Atau tidak berjalan sama sekali, bahkan mungkin pula terjadi suatu sistem intruksional yang tidak dikehendaki.
Berdasarkan beberapa studi tentang masalah pengelolaan untuk kepentingan teori dan praktek kependidikan, maka beberapa aspek pengelolaan kelas yang perlu diperhatikan:
1.Perencanaan Instruksional.
2.Pengorganisasian Belajar.
3.Pembinaan Siswa.
4.Supervisi.
5.Evaluasi.
1. Perencanaan instruksional dimaksudkan sebagai media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar mengarah pada kegiatan-kegiatan guru dan siswa dalam pelaksanaan pengajaran.
2. Pengorganisasian belajar merupakan usaha guru dalam menciptakan wadah dan fasilitas atau lingkungan belajar yang serasi, sesuai dengan kebutuhan dan menunjang terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3. Pembinaan siswa merupakan usaha untuk membangkitkan dan mengarahkan motivasi belajar siswa.
4. Supervisi adalah usaha guru dalam mengamati, membantu, menugaskan dan mrengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah di susun sebelumnya.
5. Sedangkan evaluasi ditujukan terhadap keempat aspek yang telah disebut terdahulu, yaitu pelaksanaan kegiatan belajar dan hasil belajar siswa. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai umpan balik untuk meninjau kembali segala perencanaan dan kegiatan yang telah dilaksanakan agar kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan hal-hal yang sudah memadai bisa dipertahankan sehingga kegiatan belajar selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Turney (1973) mengemukakan 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar, yakni:
Pertama, keterampilan bertanya yang mensyaratkan guru harus menguasai teknik mengajukan pertanyaan yang cerdas, baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut
Kedua, keterampilan memberi penguatan. Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan perhatian.
Ketiga, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, yang mensyaratkan guru agar mengadakan pendekatan secara pribadi, mengorganisasi-kan, membimbing dan memudahkan belajar, serta merencanakan dan melaksana-kan kegiatan belajar-mengajar.
Keempat, keterampilan menjelaskan yang mensyaratkan guru untuk merefleksi segala informasi sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Setidaknya, penjelasan harus relevan dengan tujuan, materi, sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa, serta diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan keperluan.
Kelima, keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam konteks ini, guru perlu mendesain situasi yang beragam sehingga kondisi kelas menjadi dinamis.
Keenam, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Hal terpenting dalam proses ini adalah mencermati.aktivitas siswa dalam diskusi.
Ketujuh, keterampilan mengelola kelas, mencakupi keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, serta pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Kedelapan, keterampilan mengadakan variasi, baik variasi dalam gaya mengajar, penggunaan media dan bahan pelajaran, dan pola interaksi dan kegiatan (sumber : dibaca dari Buku Pengelolaan Kelas/Drs. ade rukmana, Asep sunary S.Pd, Mpd.)
Untuk lebih jelasnya berikut pemaparan tentang 8 keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang guru meliputi :
1. Pertama, KETERAMPILAN BERTANYA
A. Rasional
Semua orang tanpa batas umur melakukan kegiatan bertanya.Anak kecil biasanya selalu ingin tau bahkan pada masa perkembangan anak ada masa yang disebut “masa apa itu”.
Dalam kegiatan pembelajaran bertanya cukup mendominasi kelas.Menurut hasil penelitian sejak abad 20 melaporkan bahwa guru menggunakan 30% dari waktunya untuk bertanya(G.A.Brown dan R. Edmondson,1984).Data ini menunjukan bahwa kegiatan bertanya sangat penting dalam proses pembelajaran.
Tujuan bertanya adalah untuk memperoleh informasi.Namun kegiatan bertanya oleh guru adalah untuk meningkatkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa,antara siswa dengan siswa dan mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Ada 4 alasan seorang guru harus menguasai keterampilan bertanya,yaitu:
1. Pada umumnya guru masih cenderung mendominasi kelas dengan metode ceramahnya sehingga siswa pasif,dengan keterampilan bertanya guru berusaha membuat siswa lebih aktif.
2. Kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak membiasakan anak untuk bertanya,sehingga keinginan anak bertanya menjadi terpendam.
3. Penerapan pendekatan CBSA dalam kegiatan pembelajaran menuntut keterlibatan siswa secara mental intelektual.
4. Adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajukan guru hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
B. Definisi dan fungsi Pertanyaan
G.A.Brown dan R. Edmondson (1984) mendefinisikan pertanyaan sebagai berikut:” segala pernyataan yang menginginkan tanggapan verbal(lisan)”.
Turney (1979) mengidentifikasi 12 fungsi pertanyaan seperti berikut:
1. Membangkitkan minat dan keingin tahuan siswa tentang suatu topic.
2. Memusatkan perhatian pada masalah tertentu.
3. Menggalakan penerapan belajar aktif.
4. Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri.
5. Menstruykturkan tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara maksimal.
6. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
7. Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
8. Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahaman tentang informasi yang diberikan.
9. Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat mendorong mengembangkan proses berpikir.
10. Mengembangkan kebiasaan menanggapi pernyataan teman atau pernyataan guru.
11. Memberikan kesempatan untuk belajar diskusi.
12. Menyatakan perasaan dan pikiran murni kepada siswa.
C. Komponen-komponen Keterampilan Bertanya
1. Keterampilan Bertanya Dasar
Komponen-komponen keterampilan bertanya dasar sebagai berikut:
a. Pengungkapan pertanyaan secara singkat dan jelas
b. Pemberian acuan
c. Pemusatan
d. Pemindahan giliran
e. Penyebaran
f. Pemberian waktu berpikir
g. Pemberian tuntunan
2. Keterampilan Bertanya Lanjut
Sesuai dengan namanya,penggunaan atas keterampilan bertanya lanjut dibentuk berdasarkan penggunaan keterampilan bertanya dasar.Komponen keterampilan bertanya lanjut adalah:
a. Pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan,
Pertanyaan yang diajukan guru hendaknya mengundang siswa untuk berpikir.Kualitas proses mental yang terjadi pada siswa ketika memikirkan jawaban pertanyaan guru tergantung dari kualitas pertanyaan guru.Guru hendaknya mengajukan pertanyaan yang tergolong tinggi pada taksonomi Bloom,pertanyaan yang bersifat ingatan hendaknya dibatasi.
b. Pengaturan urutan pertanyaan,
Pertanyaan pada tingkat tertentu hendaknya dimantapkan kemudian beralih kepertanyaan yang lebih tinggi.Oleh karena itu tidak dapat dibenarkan jika guru sudah mengajukan pertanyaan yang menuntut siswa untuk melakukan analisis,padahal siswa belum mampu menjawab pertanyaan yang bersifat pemahaman.Pertanyaan yang tidak sistematis akan membingungkan siswa dan menghambat perkembangan kemampuan berpikir siswa.
c. Penggunaan pertanyaan pelacak,
Fungsi pertanyaan pelacak untuk mengembangkan atau meminta jawaban yang lebih tepat pada siswa.Teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan guru antara lain:
1. Meminta klarifikasi
2. Meminta siswa memberi alasan
3. Meminta kesepakatan pandangan siswa
4. Meminta ketepatan jawaban
5. Meminta jawaban yang lebih relevan
6. Meminta contoh
7. Meminta jawaban yang lebih kompleks
d. Peningkatan terjadinya interaksi.
Peningkatan terjadinya interaksi ini dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
1) Menghindari atau mengurangi pertanyaan yang hanya dijawab oleh seorang siswa,
2) Mendorong siswa mengajukan pertanyaan sehingga tidak hanya guru yang bertanya,
3) Jika siswa mengajukan pertanyaan berikan kesempatan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan tersebut.
D. Prinsip Penggunaan
Prinsip penggunaan atau hal-hal yang mempengaruhi keefektifan pertanyaan sebagai berikut:
1. Kehangatan dan keantusiasan
2. Menghindari kebiasaan berikut:
a. Mengulangi pertanyaan sendiri
b. Mengulangi jawaban siswa
c. Menjawab pertanyaan sendiri
d. Mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak
e. Mengajukan pertanyaan ganda
f. Menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan
3. Memberi waktu berpikir
4. Mempersiapkan pertanyaan pokok yang akan diajukan
5. Menilai pertanyaan yang telah diajukan.
2. Kedua, KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
1. Pengertian
Memberipenguatan atau reinforcement merupakan tindakan ataurespon terhadapsuatubentukprilaku yang dapatmendorongmunculnyapeningkatankualitastingkahlakutersebutdisaat yang lain.Responada yang positif da nada yang negative dimanaresponpositifmisalnyaanak di berikanhadiahatau Fujian sedangkanrespon yang negaatifadalahmemberihukuman ,namunkeduarespontersebutmemilikitujua yang samayaituinginmerubahtinggkahlakuseseorang. Responpositifbertujuan agar tingkahlaku yang sudahbaik (bekerja, belajar ,danberprestasi) itufrekuensinyaakanberulangataubertambah. Sedangkanrespon negative ( hukuman) bertujuan agar tingkahlaku yang kurangbaikitufrekuensinyaberkurangatauhilang. Pemberianrespon yang demikiandalam proses belajarmengajardisebut“ memberipenguatan”.
2. Tujuan
Menggunakanketerampilanmemberipenguatandalampengajaran, guru bertujuanuntuk :
a. Membangkitkanmotivasibelajarpesertadidik.
b. Merangsangpesertadidikberfikir yang baik.
c. Menimbulkanperhatianpesertadidik
d. Menumbuhkankemampuanberinisiatifsecarapribadi
e. Mengendalikandanmengubahsikap negative pesertadidikdalambelajarkearahprilaku yang mendukungbelajar.
3. Penggunaan di dalamkelas
Tujuanpenggunaanketerampilanmemberipenguatan di dalamkelasadalahuntuk:
• Meningkatkanperhatiansiswa, membantusiswabelajarbilapemberianpenguatandigunakansecaraselektif.
• Memberimotivasikepadasiswa.
• Di pakaiuntukmengontrolataumengubahtingkahlakusiswa yang mengganggu, danmeningkatkancarabelajar yang produktif.
• Mengembangkankepercayaandirisiswauntukmengaturdirisendiridalampengalamanbelajar.
• Mengarahkanterhadappengembanganberfikir yang divegendanpengambilaninisiatif yang bebas.
4. Aplikasi
Semuaaspek yang terdapat yang terdapatpadapemberianpenguatandapatberpengaruhpadakelompokusiasiswa yang manapun ,tidakterbataspadasatutingkatsekolahtertentusaja, tetapisama, baikuntukanak yang dewasamaupun yang belumdewasa, hal yang perludiperhatikadalampemberianpenguatanialah guru harusyakinbahwasiswaakanmenghargainyadanmenyadariakanrespon yang diberikan guru, pemberianpenguatandapatdilakukanpadasaat:
• Siswamemperhatika guru, memperhatikankawanlainyadanbenda yang menjaditujuandiskusi
• Siswasedangbelajar ,mengerjakantugasdaribuku, membacadanbekerja di papantulis.
• Menyelesaikanhasilkerja (selesaipenuh, ataumenyelesaikan format).
• Bekerjadengankualitaskerja yang baik ( kerapian, ketelitian, keindahan, danmutumateri)
• Perbaikanpekerjaan( dalamkualitas, hasilataupenampilan).
• Ada katagoritingkahlaku (tepat, tidaktepat, verbal, pisik, dantertulis)
• Tugasmandiri (perkembanganpadapengarahandirisendirimengelolatingkahlakusendiridanmengambilinisiatifkegiatansendiri).
5. Komponen /Jenis-jenispenguatan
Guru dapatmenggunakanjenis –jenispenguatandalam proses pembelajaransesuaidengansituasidankondisi yang berlangungdikelasnya, jenis-jenispeguataniniadalah:
• Penguatan verbal, yaitupenguatan yang diberikan guru berupa kata-kata/ kalimat yang di ucapkanseperti: “bagus”, “baik”, “hebat”, “mengagumkan”, “kamucerdas”, “setuju”, “ya”, “betul”, “tepat”, dansebaagainya.
• Penguatan Gestural, yaitupenguatanberupageraktubuhataumimiklmuka yang memberiarti /kesanbaikkepadapesertadidik. Penguatan gestural dapatberupatepuktangan, acunganjempol, anggukantersenyumdansebagainya.
• Penguatandengancaramendekati, yaituperhatian guru kepadapesertadidikdengancaramendekatinya. Penguatandengancaramendekatiinidapatdilakukantatkalapesertadidikmenjawapertanyaan, bertanya, diskusi, atauaktivitaslainya.
• Penguatandengancarasentuhan, yaitupenguatan yang dilakukan guru dengancaramenyentuhpesertadidik, seperti, seperti “menepukpundakpesertadidik” “menjabattangan”, “mengusaprambutkepala”, mengankattanganpesertadidik” dsb
• Penguatandenganmemberikegiatan yang menyenangkan. Memberipenghargaankepadakemampuanpesertadidikdalamsuatubidangtertentusepertipesertadidik yang pandaibernyanyidiberikankesempatanuntukmelatih vocal padatemanya, yang pandaidapatdijadikan tutor sebaya, dansebagainya.
• Penguatanberupatanda. Adakalanya guru memberikanpenilaiankepadapeseertadidik yang berupa symbol-simbolataubenda-benda. Penguataninidapatberupakomentartertulisataskaryapesertadidik, hadiahberupabukutulis, piagam ,lencanadansebagainya.
6. Model-model penguatan
Ada beberapa model yang dapatdilakukanoleh guru dalammemberipenguatanyaitu:
• Penguatanseluruhkelompok
Pemberianpenguatankepadaseluruhanggotakelompokdalamkelas yang dapatdilakukansecaraterus-menerussepertihalnyapadapemberianpenguatanuntukindividu.Penguatan verbal, gestural, tanda ,dankeiatanadalahmerupakankomponenpenguatan yang dapat di peruntukanpadaseluruhanggotakelompok
• Penguatan yang ditundapemberianpenguatandenganmenggunakankomponen yang manapun, sebiknyasesegeramungkin di berikankepadasiswasetelahmelakukansesuaturespon. Penundaanpenguatanpadaumumnyaadalahkurangefektifbiladibandingkandenganpemberiansecaralangsung. Tetapipenundaantersebutdapatdilakuakandenganmemberipenjelasanatauisarat verbal bahwapnghargaanituditundadanakandiberikankemudian. Pepatah yang sesuaiuntukinimisalnya” lebihbaikterlambatdaripadatidaksamasekali”
• Penguatan partial
Penguatan partial dalamhalinisamadenganpenguatansebagian-sebagianatautidakkesinambungan ,diberikankepadasiswauntuksebagiandariresponya. Sebenarnyapenguatantersebutdigunakanuntukmenghidaripenggunaanpenguatan yang negative danpemberiankritik
• Penguatanperorangan
Pemberianpenguatandengansecarakhusus, misal-nyamenyebutkemampuan, penampilan, dannamasiswa yang bersangkutanadalahlebihefektifdaripadatidakmenyebutapa-apa.
3. Ketiga, KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN,
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
1. Pengertian.
Keterampilan mengajar kelompok kecil adan waktu adalah kemampuan guru melayani kegiatan peserta didik dalam belajar secara berkelompok dengan jumlah peserta didik berkisar antara 3 sampai 5 orang atau paliong banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya. Sedangkan ketrampilan dalam pengajaran perorangan atau pengajaran individual adalah kemampuan guru dalam menentukan tujuan, bahan ajar, prosedur dan waktu yang digunakan dalam pengajaran dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan atau perbedaan-perbedaan individual peserta didik.
2. Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan ada 4 yaitu:
a. Keterampilan dalam pendekatan pribadi
Aspek dalam keterampilan pendekatan pribadi adalah:
1) Kehangatan, guru harus menampilkan kehangatan kepada siswa.
2) Peka, guru harus peka terhadap siswa dan kebutuhan siswa.
3) Mendengarkan, guru perlu mendengarkan secara simpati dan merespon secara positif terhadap pikiran siswa dan membuat hubungan yang saling percaya.
4) Membantu, guru bisa membantu siswa jika siswa mengahadapi masalah.
b. Keterampilan dalam mengorganisasikan
Aspek dalam keterampilan mengorganisasikan adalah:
1) Orientasi pendahuluan oleh guru untuk menetapkan tujuan, masalah atau tugas, untuk penentuan pembagian kerja sebelum pembagian kerja sebelum pembagian kelompok dan perorangan dilakukan.
2) Pembagian kegiatan, guru menyiapkan tempat kerja, peralatan, prosedur, aturan, waktu yang digunakan dan lain-lain.
3) Guru mengatur pembagian kelompok secara tepat.
4) Guru mengkoordinasikan kemajuan diskusi penggunaan materi dan sumber untuk membantu siswa.
5) Membagi perhatian terhadap berbagai macam kegiatan baik yang dikerjakan secara kelompok maupun perorangan.
6) Pada akhir kegiatan guru membantu siswa untuk mengklarifikasi hasil dengan memberikan kulminasi tugas kegiatan berupa laporan atau tukar pengalaman dari semua siswa.
c. Keterampilan dalam membimbing belajar
Aspek dalam keterampilan membimbing belajar adalah:
1) Membantu siswa untuk memajukan kegiatan belajarnya dengan meminilkan frustasi, guru perlu menggunakan berbagai variasi pemberian penguatan secara verbal dan non verbal kepada kelompok dan perorangan untuk memberi motivasi kemajuan belajar.
2) Mengembangkan supervisi proses lanjut guru berkeliling sehingga sebagai nara sumber dapat dimanfaatkan, memberi bantuan bila diperlukan dan sebagai interaksi guru dan siswa untuk secara langsung memberi tutorial, sebagai pemimpin diskusi, atau sebagai katalisator untuk meningkatkan siswa dalam belajar dan berfikir melalui pertanyaan, komentar, dan nasehat.
3) Supervisi terintegrasi yang digunakan dengan maksud untuk mengevaluasi kemajuan dari berbagai macam kegiatan dalam mempersiapkan saling tukar pengalaman tentang apa yang telah dipelajari dan diselesaikan.
d. Keterampilan dalam merencanakan dan melaksanakan KBM
Kegiatan guru dalam kegiatan belajar mengajar seperti membuka pelajaran, menyajikan kegiatan inti, membimbing perserta didik, dan mengevaluasi hendaklah diatur dengan baik dan penuh kesungguhan.
4. Keempat, KETERAMPILAN MENJELASKAN
1. Pengertian Keterampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ialah penyajian informasi secara lisanyang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dari kegiatanguru dalam interaksinyadengan siswa di dalam kelas. Dan biasanya guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh langsung, misalnya dalam memberikan fakta, ide, ataupun pendapat. Oleh sebab itu, hal ini haruslah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya agar tercapai hasil yang optimaldari penjelasan dan pembicaraan guru tersebut sehingga bermakna bagi murid.
2. Komponen-Komponen keterampilan Menjelaskan
a. Merencanakan
Penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerimaan pesan. Yang berkenaan dengan isi pesan (materi) meliputi penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dan penggunaan hokum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. Mengenai yang berhubungan dengan penerimaan pesan (siswa) hendaknya diperhatikan hal-hal atau perbedaan-perbedaan pada setiap anak yang akan menerima pesan seperti usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial, bakat, minat serta lingkungan belajar anak.
b. Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Kejelasan: Penjelasan hendaknya diberikan dngan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, menghindari penggunaan ucapan-ucapan seperti “e”, “aa”, “mm”, “kira-kira”, “umunya”, “biasanya”, “seringkali” dan istilah-istilah yang tidak dapat dimengerti oleh anak.
b) Penggunaan contoh dan ilustrasi: Dalam memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.
c) Pemberian tekanan: Dalam memberikan penjelasan, guru harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting. Dalam hal ini guru dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti “Yang terpenting adalah”, “Perhatikan baik-baik konsep ini”, atau “Perhatikan, yang ini agak sukar”.
d) Penggunaan balikan: Guru hendaknya member kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertiannya ketika penjelasan itu diberikan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti “Apakah kalian mengerti dengan penjelasan tadi?” Juga perlu ditanyakan, “Apakah penjelasan tadi bermakna bagi kalian?” dan sebagainya.
3. Tujuan Memberikan Penjelasan
a) Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hokum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
b) Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
c) Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman murid.
d) Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan mendapatkan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
5. Kelima, KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Pengertian keterampilan membuka dan menutup pelajaran :
Membuka pelajaran adalah: kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.
Menutup pelajaranadalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.dalam proses belajar mengajar.
Awal pelajaran atau awal setiap penggal kegiatan dalam inti pelajaran guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran. Komnponen ketrampilan itu adalah menarik perhatian, menimbulkan motivasi dan materi acuan.
Komponen dan aspek itu meliputi :
1. Menarik Perhatian Siswa
Cara yang dapat dipergunakan :
1. Gaya Mengajar Guru
Perhatian dapat timbul dari apresiasi gaya mengajar guru seperti posisi, atau kegiatan yang berbeda dari biasanya.
2. Penggunaan Alat Bantu Mengajar
Seperti : gambar, model, skema, disamping menarik perhatian memungkinkan terjadinya kaiatan antara hal yang telah diketahui dengan hal yang dipelajari.
3. Pola Interaksi Yang Bervariasi.
Seperti guru-siswa, siswa-siswa, siswa-guru.
2. Menimbulkan Motivasi
Cara untuk menimbulkan motivasi
1. Dengan Hangat dan Antusias
Hendaknya ramah, antusias, bersahabat dan sebagainya. Sebab dapat mendorong tingkah dan kesenangan dalam mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa akan timbul.
2. Menimbulkan Rasa Ingin Tahu
Melontarkan ide yang bertentangan dengan mengerjakan masalah atau kondisi diri kenyataan sehari-hari
Contoh : Kalau transmigrasi dapat meningkatkan kemakmuran penduduk mengapa
banyak penduduk di pulau jawa tidak mau transmigrasi.
3. Dengan Memperhatikan Minat Siswa.
Menyesuaikan topik pelajaran dengan minat siswa karena motivasi dan minat berpengaruh pada jenis kelamin, umur, sosial ekonomi dan sebagainya.
3. Memberi Acuan (Structuring)
Yaitu usaha untuk mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkai alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas hal-hal yang harus dipelajari.
Untuk itu cara yang dilakukan adalah :
1. Mengemukakan tujuan dan batas tugas hendaknya guru mengemukakan tujuan pelajaran terlebih dahulu batas tugas yang dikerjakan siswa.
Contoh : Guru : hari ini kita belajar mengarang cerita perhatikan tiga buah gambar berikut lalu berdasarkan gambar itu tulis suatu cerita yang panjangnya lebih kurang 100 kata
2. Menyarankan Langkah-Langkah Yang Dilakukan
Tujuannya adalah agar dalam pelajaran siswa akan terarah usahanya dalam mempelajari materi dan tugas jika guru memberi saran dan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan misalnya :
Guru : tugas kalian adalah membuktikan pada temperature berapa derajat celcius air mendidih langkah yang harus kalian kerjakan adalah :
• Mengukur temperature yang belum dipanasi
• Lalu nyalakan lampu spirtus ini dan panaskan air dalam gelas ini
• Jika air sudah mendidih catatlah berapa suhunya sesuai dengan yang kelihatan pada temperatur.
3. Mengingatkan Masalah Pokok Yang Dibahas
Misalnya : Dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal yang positif dari sifat suatu konsep, tanda, media, hewan dan lain-lain.
Selain itu tunjukan juga hal negatif yang hilang atau kurang lengkap.
Contoh : Periksalah bahan-bahan ini dan tentukan mengapa beberapa batu dapat digolongkan dalam jenis batu yang mengandung biji besi dan yang lain tidak.
4. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan diajukan sebelum memulai penjelasan akan mengarahkan siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari.
Contoh : Sebelum memutar film tentang siklus kehidupan nyamuk guru mengajukan pertanyaan untuk membantu siswa memahami siklus nyamuk yang digambarkan oleh film tersebut.
4. Membuat Kaitan
Jika guru mengerjakan materi baru perlu menghubungkan dengan hal yang telah dibuat ssiswa atau pengalaman atau minat dan kebutuhanya untuk mempermudah pemahaman hal-hal yang telah dikenal, pengalaman, minat dan kebutuhan inilah yang disebut dengan pengait.
Contoh : Usaha guru untuk membuat kaitan.
1. Permulaan pelajaran guru meninjau kembali sejauh mana materi sebelumnya telah dipahami dengan mengajukan pertanyaan atau merupakan inti materi pelajaran terdahulu secara singkat.
2. Cara membandingkan atau mempertentangkan dengan pengetahuan baru, hal ini dilakukan jika pengetahuan baru erat kaitanya dengan pengetahuan lama.
Contoh : Guru bertanya untuk mengetahui pemahaman siswa tentang pengurangan sebelum mengerjakan pembagian.
3. Cara menjelaskan konsepnya atau pengertian lebih dahulu sebelum mengerjakan bahan secara terperinci.
Menutup Pelajaran
Menjelang akhir pelajaran atau ahir setiap penggal kegiatan guru harus melakukan penutupan pelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok materi.
Komponen dan aspek itu meliputi:
1. Meninjau Kembali
Akhir kegiatan guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan sudah dipahami oleh siswa, kegiatan ini meliputi
• Merangkum inti pelajaran (berlangsung selama proses PBM).
• Membuat ringkasan (dimaksudkan dengan adanya ringkasan siswa yang tidak memiliki buku atau yang terlambat bisa mempelajarinya kembali).
2. Mengevaluasi
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah mendapatkan pemahaman yang utuh terhadap konsep yang dijelaskan adalah dengan evaluasi.
Bentuk-Bentuk Evaluasi Itu Meliputi
1. Mendemonstrasikan ketrampilan
Contoh : Setelah selesai mengarang puisi guru dapat meminta siswa untuk membacakan di depan kelas.
2. Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
Contoh : Guru merupakan persamaan kuadrat siswa disuruh menyelesaikan soal persamaan.
3. Mengekpresikan pendapat siswa sendiri
Guru dapat meminta komentar tentang keefektifan suatu demontrasi yang dilakukan guru atau siswa lain.
4. Soal-soal tertulis
• Uraian
• Tes objektif
• Melengkapi lembar kerja
6. Keenam, KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
A. Pengertian Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan, atau memecahkan suatu masalah (Mulyasa, Hasibuan dalam Suwarna,2006:79). Sedangkan pengertian keterampilan dasar mengajar membimbing diskusi kelompok kecil ialah keterampilan melaksanakan kegiatan membimbing siswa agar dapat melaksanakan diskusi kelompok kecil dengan efektif (Suwarna,2006:79).
B. Tujuan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil bertujuan sebagai
berikut :
1. Siswa dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan mereka
2. Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi
3. Siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan (Mulyasa, Hasibuan dalam Suwarna,2006:80).
C. Komponen-komponen Keterampilan Membimbing Diskusi
1. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a). Rumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi
b). Kemukakan masalah-masalah khusus
c). Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan
d). Rangkum hasil pembicaraan diskusi
2. Memperjelas masalah maupun usulan/pendapat
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a) Merangkum usulan tersebut sehingga menjadi jelas
b) Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide tersebut
c) Menguraikan gagasan siswa dengan memberikaninformasi tambahan atau contoh-contoh yang sesuai sehingga kelompok dapat memperoleh informasi secara lebih jelas.
3. Menganalisis pandangan/pendapat siswa.
Di dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat di antara anggota kelompok. Dengan demikian guru hendaknya mampu menganalisis alasan perbedaan tersebut dengan cara sebagai berikut :
a) Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat
b) Menjelaskan hal-hal yang disepakati maupun yang tidak disepakati
4. Meningkatkan usulan siswa
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang siswa untuk berpikir
b) Memberikan contoh-contoh verbal yang sesuai secara tepat
c) Memberikan waktu untuk berpikir
d) Memberikan dukungan kepada usulan pendapat siswa dengan penuh perhatian
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a) Mencoba memancing usulan siswa yang enggan berpartisipasi dengan mengarah langsung secara bijaksana
b) Mencegah terjadinya pembicaraan serentak dengan memberi giliran kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu
c) Secara bijaksana mencegah siswa yang suka memonopoli pembicaraan.
d) Mendorong siswa untuk mengomentari usulan temannya sehingga interaksi antar siswa dapat ditingkatkan
6. Menutup diskusi
Aspek-aspek yang dapat dlakukan yaitu:
a) Dengan bantuan para siswa, membuat rangkuman hasil diskusi.
b) Memberi gambaran tentang tindak lanjt hasil diskusi.
c) Mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang telah tercapai (Mulyasa, Hasibuan dalam Suwarna,2006:81).
d) Prinsip Penggunaan Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil memiliki dua prinsip, yaitu :
i. Diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim terbuka”
Hal ini ditandai dengan adanya keantusiasan berpartisipasi, kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topik diskusi, dan kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian semua anggota kelompok mempunyai keinginanuntuk dikenal dan dihargai, dapat merasa aman dan bebas mengemukakan pendapat.
ii. Perlu perencanaan dan persiapan yang matang
o Topik yang dipilih hendaknya sesuai dengan tujuanyang akan dicapai, minat dan kemampuan siswa
o Masalah hendaknya mengandung jawaban yang kompleks, bukan jawaban yang tunggal
o Adanya informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topik tersebut agar para siswa memiliki latar belakang pengetahuan yang sama sehingga mampu memberikan penjelasan dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memotivasi siswa (Hasibuan, Wardani dalam Suwarna,2006:82).
7. Ketujuh, KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
A. Pengertian ketrampilan mengelola kelas
keterampilan mengelola kelas adalah ketrampilan yang mencakupi keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, serta pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Pengelolaan kelas adalah segala kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi optimal saat terjadinya proses belajar mengajar, yang meliputi pengaturan siswa dan lingkungan belajar (fasilitas). Kondisi optimal yang harus diciptakan dan dipertahankan itu dimaksudkan agar kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan terjadi secara efektif dan efesien. Dalam kegiatan pengelolaan kelas, ketika kelas terganggu, guru harus dapat menciptakan dan berusaha mengembangkannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas.
Istilah lain dari kata pengelolaan adalah "manajemen". Manajemen berarti ketatalaksanaan, tata pimpin, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan menurut Suharsimi Arikunto adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
Sedangkan pengertian kelas diantaranya menurut :
1. Oemar Hamalik adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.
2.Suharsimi Arikunto yaitu sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. kemudian dipertegas bahwa kelas yang dimaksud di sini adalah kelas dengan sistem pengajaran klasikal dalam pengajaran secara tradisional.
2. Hadari Nawawi, memandang pengertian kelas dari dua sudut, yaitu :
a.Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.
b.Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai tujuan.
Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran.
Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian pengelolaan kelas diantaranya :
1. Di tinjau dari paham lama yaitu mempertahankan ketertiban kelas.
2. Di tinjau dari paham baru yaitu diantaranya menurut :
a. Made Pidarta dengan mengutip pendapat Lois V. Jonshon dan Mary A. Bany, bahwa
pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas.
b. Sudirman N. dkk, bahwa pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.
c. Hadari Nawawi mengatakan bahwa pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah hingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efesien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
d. Suharsimi Arikunto juga berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau membantu dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga terlaksana kegiatan belajar.
B. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Komponen keterampilan mengelola kelas ini pada dasarnya terbagi dua yaitu :
a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemiliharaan kondisi belajar yang optimal, meliputi :
1. Menunjukkan sikap tanggap
Sikap tanggap ini dapat ditunjukkan oleh guru untuk membuktikan bahwa ia ada bersama dengan para siswanya, memberikan perhatian, sekaligus mengontrol kepedulian dan ketidakacuan para siswanya. Sikap tanggap ini dapat dilakukan dengan cara memandang secara seksama, gerak mendekati, memberi pernyataan serta memberikan reaksi atas gangguan dan ketidakacuan siswa dalam bentuk teguran.
2. Membagi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif dapat terjadi jika guru mampu membagi perhatian kepada beberapa kegiatan dalam waktu yang sama, dengan cara :
a. Visual, mengalihkan pandangan dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa atau seorang siswa secara individual.
b. Verbal, dengan cara memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktivitas seorang siswa sementara ia memimpin kegiatan siswa yang lain.
3. Memusatkan perhatian kelompok
Kegiatan siswa dalam belajar dapat dipertahankan jika guru mampu memusatkan perhatian siswa untuk melakukan tugas secara berkelompok atau bekerjasama. Memusatkan dapat dilakukan dengan cara :
a. Memberikan tanda, misalnya dengan menciptakan atau membuat situasi tentang suatu hal sebelum menyampaikan materi.
b. Menuntut tanggung jawab, atas keterlibatan siswa dalam suatu kegiatan, baik dalam melaporkan hasil kerja kelompok, memperagakan sesuatu atau memberikan tanggapan.
4. Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
Guru harus seringkali memberikan arahan dan petunjuk yang jelas dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak kebingungan.
5. Menegur
Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran tingkah laku siswa sehingga mengganggu proses pembelajaran didalam kelas, maka guru hendaknya memberikan teguran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Tegas dan jelas teruju kepada siswa yang mengganggu.
b. Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan.
c. Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.
6. Memberi penguatan
Untuk menanggulangi siswa yang mengganggu atau tidak melakukan tugas, maka penguatan dapat diberikan sesuai dengan masalah yang muncul.
b. Keterampilan yang berhubungan degan pengembalikan kondisi belajar yang optimal, meliputi:
1. Modifikasi perilaku
Modifikasi perilaku menurut Bootzin (dalam Soetarlinah Soekadji, 1983) merupakan usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologi hasil eksperimen lain pada perilaku manusia. Dalam perspektif behaviorist modidifikasi perilaku didefinisikan sebagai penggunaan secara sistematis teknik kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi perilaku sosial tertentu atau tindakan mengontrol lingkungan perilaku tersebut.
2. Melakukan pendekatan pemecahan masalah kelompok
Memperlancar terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas
Memeliharah kegaiatan-kegiatan kelompok
3. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
Seorang guru harus memaksimalkan untuk memecahkan masalah tersebut dengan seperangkat cara untuk mengendalikan perilaku siswa tersebut.
C. Aspek-aspek dalam pengelolaan kelas.
Aspek Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas dapat berarti segala tindakan guru, berupa kepemimpinan, penugasan dan ketatalaksanaan dalam praktek penyelenggaraan kelas. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan di dalam mengelola kelas, kalau aspek-aspek ini tidak mendapat perhatian, kemungkinan sistem pengelolaan kelas tersebut tidak akan tercapai tujuannya, sehingga proses pendidikan di kelas itu tidak akan berhasil. Atau tidak berjalan sama sekali, bahkan mungkin pula terjadi suatu sistem intruksional yang tidak dikehendaki.
Berdasarkan beberapa studi tentang masalah pengelolaan untuk kepentingan teori dan praktek kependidikan, maka beberapa aspek pengelolaan kelas yang perlu diperhatikan:
1.Perencanaan Instruksional.
2.Pengorganisasian Belajar.
3.Pembinaan Siswa.
4.Supervisi.
5.Evaluasi.
1. Perencanaan instruksional dimaksudkan sebagai media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar mengarah pada kegiatan-kegiatan guru dan siswa dalam pelaksanaan pengajaran.
2. Pengorganisasian belajar merupakan usaha guru dalam menciptakan wadah dan fasilitas atau lingkungan belajar yang serasi, sesuai dengan kebutuhan dan menunjang terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
3. Pembinaan siswa merupakan usaha untuk membangkitkan dan mengarahkan motivasi belajar siswa.
4. Supervisi adalah usaha guru dalam mengamati, membantu, menugaskan dan mrengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah di susun sebelumnya.
5. Sedangkan evaluasi ditujukan terhadap keempat aspek yang telah disebut terdahulu, yaitu pelaksanaan kegiatan belajar dan hasil belajar siswa. Hasil evaluasi ini digunakan sebagai umpan balik untuk meninjau kembali segala perencanaan dan kegiatan yang telah dilaksanakan agar kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan hal-hal yang sudah memadai bisa dipertahankan sehingga kegiatan belajar selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Langganan:
Postingan (Atom)