ARTIKEL HASIL PENELITIAN
Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation By Fantasy Learning Terhadap Hasil Belajar IPS
Oleh :
I
PUTU SUTRISNA
NIM 0811031367
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2012
PENGARUH PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP
INVESTIGATION BY FANTASI LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS
Oleh
I Putu Sutrisna,
0811031367
Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar
ABSTRAK
Belum optimalnya pembelajaran di
sekolah dasar terutama dalam pembelajaran IPS mengakibatkan hasil belajar siswa
tidak mencapai hasil optimal. Peran siswa dalam pembelajaran yang hanya sebagai
obyek, bukan subjek belajar juga sangat berperan mendorong kemajuan pendidikan
di sekolah dasar. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh pengetahuan guru
yang kurang dalam mengkemas pembelajaran menjadi pembelajaran yang efektif dan
efisien. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif group investigation by fantasi learning, adalah
pembelajaran yang efektif dan efisien yang diharapkan dapat mengoptimalkan
hasil belajar siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif group Investigation by fantasy learning terhadap hasil belajar IPS siswa
kelas V SD No. 2 Cemagi, Kabupaten Badung.
Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas V SD No. 2 Cemagi Kabupaten Badung tahun ajaran 2012/2013
yang banyaknya 60 orang siswa dan
penelitian ini menggunakan populasi studi.
Data tentang hasil belajar IPS
dikumpulkan dengan instrumen berupa tes pilihan ganda biasa dan data tentang
proses belajar dikumpulkan melalui teknik observasi sesuai dengan karakter yang
dikembangkan. Data ini analisisnya dengan t-test.
Hasil penelitian menunjukkan,
terdapat pengaruh yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif group
investigation by fantasi learning dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional ( thit = 8,667 > ttabel
= 2,000 ) dengan db = 58 ( Ʃn-2 = 60 – 2 = 58 ) dan taraf signifikansi 5%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif group investigation by fantasi learning
berperaruh signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD No. 2 Cemagi
Kabupaten Badung.
Kata-kata kunci : model pembelajaran, hasil belajar.
1.
Pendahuluan
Sampai saat ini
persoalan pendidikan yang dialami bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu
pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan
dasar. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dan terus
dilakukan, mulai dari pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru, penyempurnaan
kurikulum secara periodik, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan sampai
dengan peningkatan manajemen sekolah. Namun, indikator kearah mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang
signifikan.
Peran siswa dalam konteks pembelajaran
konstruktivisme ketika pembelajaran berpusat pada siswa adalah belajar dan
mencari sendiri arti dari materi yang mereka pelajari yang merupakan proses
penyesuaian konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada
dalam pikiran mereka dan siswa sendirilah yang bertanggung jawab atas hasil
belajarnya. Degeng (2000 ; 7) menyatakan Pada dimensi Kontruktivistik,
pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk meladeni pertanyaan atau pandangan
siswa. Dengan demikian, aktivitas belajar lebih didasarkan pada data primer dan
bahan manipulatif dengan penekanan pada keterampilan berpikir kritis, seperti;
analisis, membandingkan, generalisasi, memprediksi, dan mengipotesis. Jadi
tujuan pembelajaran kontruktivistik sangat menekankan pada proses pembelajaran
disamping juga hasil belajar siswa. Suatu tujuan pembelajaran dapat tercapai
sesuai dengan yang diharapkan apabila model pembelajaran yang sesuai dengan
materi yang diberikan oleh seorang guru. Dengan demikian pemilihan sebuah model pembelajaran merupakan
bagian penting dalam merencanakan atau mendesain pembelajaran, agar terjadi
interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa maupun siswa dengan
sumber belajar lainnya.
Dalam proses pembelajaran, materi pembelajaran
disampaikan dengan metode ceramah, tanya jawab dan tugas individu. Hal ini
dilakukan karena terbatasnya pemahaman
guru akan pengetahuan tentang pembelajaran yang inovatif, sehingga pembelajaran
dikelas tidak berlangsung optimal. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil
belajar sebelumnya pada tahun ajaran
2011/2012 pada mata pelajaran IPS masih dibawah standar ketuntasan 7,00 dan standar ketuntasan kelas sesuai Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 70 persen (Dokumen nilai ulangan umum). Hasil
Belajar siswa dari 60 siswa kelas VA dan
VB yang memperoleh nilai diatas 7,00 ada 27 orang, selebihnya 33 siswa masih
dibawah standar terendah 7,00. Persoalannya, bukan hanya karena kemampuan siswa
yang rendah, namun perlu dikaji faktor yang paling mendasar dalam mempengaruhi
rendahnya Hasil Belajar siswa.
Berdasarkan hal tersebut teridentifikasi masalah seperti ; (1) rendahnya hasil
belajar IPS siswa kelas Va dan Vb SD No. 2 Cemagi, (2) strategi guru dalam membelajarkan
siswa masih belum optimal, (3) guru kurang menguasai model pembelajaran yang
inovatif dan kreatif.
Untuk mengatasi persoalan tersebut maka akan
dilakukan penelitian sebagai solusi dan memecahkan permasalahan. Untuk
mengotimalkan hasil belajar siswa, perlu
diadakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang minat siswa
untuk lebih antusias berperan aktif dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui perubahan ke arah yang
lebih baik dipandang perlu dilakukan Penelitian. Pada penelitian ini model
pembelajaran kooperatif Group
Investigation by fantasy Learning. Vygotsky (dalam Asma ; 40) menekankan bahwa ”children’s cognitive development is promoted
and enhanced trough they interactions with more advancet and capable
individuals”. Pada seting belajar kooperatif, siswa dihadapkan pada proses
berpikir teman sebaya mereka. Model ini tidak hanya menciptakan belajar terbuka
untuk seluruh siswa, sehingga terjadi interaksi yang baik antara sesama siswa
dan juga antara guru dan siswa. Dengan menerapkan model ini diharapkan tujuan
pembelajaran dapat tercapai optimal, yaitu khususnya pada mata pelajaran IPS
sesuai dengan standar ketuntasan minimal 7,00, karena dengan model pembelajaran
kooperatif Group Investigation by fantasy Learning berpegang teguh dengan paradigma
pembelajaran kontruktivistik. Siswa dapat melakukan pembelajaran yang meraka
inginkan dan tidak hanya didominasi oleh ceramah guru dengan melalui fantasy learning yang mengajak siswa berkarya
wisata, pada suasana yang ingin dipelajari dengan berinteraksi dengan sumber
belajar yang disediakan guru. Yang mendasari model pembelajaran kooperatif Group
Investigation by fantasy Learning adalah pembelajaran kooperatif Group
Investigation.
Group
Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk
mencari sendiri informasi materi pelajaran yang akan dipelajari melalui
bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran, gambar, video, atau
siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan,
baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik
dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group
Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir
mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap
pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Dalam model Group Investigation
terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau inquiri, pengetahuan
atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the
learning group, (Winataputra, 2001:75). Penelitian disini adalah proses
dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah
tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan
suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan
berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling
beragumentasi. Hal ini juga dikukung oleh pendapat Krismanto (2003:7) yang
memberikan penjelasan tentang investigasi, yaitu sebagai kegiatan pembelajaran
yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui
berbagai kegiatan dan hasil yang benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa. Investigation berkaitan dengan kegiatan
mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis. Jadi investigasi
adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut
mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan
orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih
hasil. Maka akan terjadi interaksi untuk menemukan satu jawaban yang paling
tepat dengan juga bimbingan dari guru dan sumber-sumber belajar yang tersedia.
Namun terkadang ketika siswa menggali informasi
siswa merasa bosan hanya dengan buku paket yang di sediakan guru di sertakan
LKS saja dan itupun LKS dari penerbit tertentu. Hal ini mengakibatkan siswa
hanya aktif beberapa saja yaitu ketua kelompok dan yang membaca buku saja.
Munculnya inisiatif untuk mencoba meneliti dan mengembangkan model pembelajaran
Group Investigation dengan
mengembangkan situasi ketika siswa sedang berinvestigasi menelititopik apa yang
akan di pelajari, yaitu dengan menambahkan suasana seakan-akan seluruh anggota
kelompok berada pada suasana yang akan diteliti informasinya menggunakan Fantasy Learning. fantasy Learning mengarahkan siswa untuk membuka
cakrawala pikirannya, membayangkan berada pada suasana ketika materi tertentu,
yang akan dipelajarinya. Melalui penataan dan penyediaan sumber belajar yang
mendukung sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Secara mendasar, fantasy bukanlah sesuatu kenyataan sesungguhnya,
tetapi dapat menjadi sesuatu yang sebenarnya. Ketika seseorang tidak dapat
menjangkau sesuatu yang ingin dialaminya maka dengan fantasy hal tersebut dapat
dicapai dan dirasakan. Tentunya hal tersebut hanya dirasakan oleh individu
tersebut karena setiap individu memiliki daya fantasy yang berbeda. Wiki Pedia
(2012) mengungkapkan fantasy adalah suatu
yang berhubungan dengan khayalan atau
dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja. Webster's New World
Dictionary (dalam blog dramaswati), sedikit banyak berkaitan dengan serangkaian
citra atau gambaran, seperti yang muncul dalam lamunan, yang biasanya mengandung
sejumlah hasrat yang tidak terpenuhi.
fantasy merupakan kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan
atau bayangan-bayangan baru. Dengan kekuatan fantasy manusia dapat melepaskan
diri dari keadaan yang dihadapinya dan menjangkau ke depan, ke keadaan-keadaan
yang mendatang, maupun peristiwa peristiwa masa lampau.
Dramaswati (2010) menjelaskan,nmacam-macam fantasy yaitu (a)
fantasy yang menciptakan atau kreatif merupakan bentuk atau jenis fantasy yang
menciptakan sesuatu. fantasy model ini banyak dimilki oleh seniman, desainer
juga anak-anak, (b) fantasy yang dituntun atau terpimpin, yaitu merupakan
bentuk atau jenis fantasy yang dituntun oleh fihak lain. Misal seorang yang
melihat film, orang ini dapat meliputi apa yang dilihatnya dan dapat berfantasi
tentang keadaan atau tempat-tempat lain dengan perantaraan film itu, sehingga
dengan demikian fantasinya dituntun atau dipimpin oleh film tersebut. Sehingga
fantasy sebagai stimulus terhadap apa yang pernah dirasakan oleh siswa pada
lingkungan sekitarnya.
Bila dari caranya orang berfantasi, fantasy dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu; (a) fantasy yang mengabstraksi, yaitu cara orang berfantasi
dengan mengabstraksikan beberapa bagian, sehingga ada bagian-bagian yang
dihilangkan. Misal anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka untuk
menjelaskan maka dipakailah bayangan hasil persepsi yaitu lapangan. Bayangan
lapangan ini dipakai sebagai loncatan untuk menjelaskan gurun pasir tersebut.
Dalam anak berfantasi gurun pasir itu, banyak bagian-bagian lapangan yang
diabstraksikan. Dalam berfantasi gurun pasir dibayangkan seperti lapangan,
tetapi tanpa pohon-pohon disekitarnya, dan tanahnya itu melulu pasir semua,
bukan rumput. (b) fantasy yang mendeterminasi, yaitu cara orang berfantasi
dengan mendeterminasi terlebih dahulu. Misal anak belum pernah melihat harimau,
hewan yang telah mereka kenal kucing, maka kucing digunakan sebagai bahan untuk
memberikan pengertian tentang harimau. Dalam berfantasi harimau, dalam bayangan
seperti kucing, tetapi bentuknya besar. (c) fantasy yang mengombinasi, yaitu
individu berfantasi dengan cara mengombinasikan pengertian atau
bayangan-bayangan yang ada pada individu bersangkutan. Misalnya berfantasi
tentang ikan duyung, yaitu kepalanya kepala seorang wanita, tetapi badannya badan
ikan. Jadi adanya kombinasi dari kepala manusia badan ikan. fantasy yang
mengombinasi inilah yang banyak digunakan. Misal ingin membuat rumah dengan
mengombinasikan rumah model eropa dengan atap model jerami.
Fantasi bila dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan jiwa
yang lain, fantasy lebih bersifat subjektif. Ketika individu berfantasi bayang
atau tanggapan-tanggapan yang telah ada dalam dirinya memegang peran yang
sangat penting. Bayangan yang ditimbulkan karena fantasy disebut bayangan
fantasi. Bayangan fantasy berlainan dengan bayangan persepsi. Bayangan persepsi
merupakan hasil dari persepsi, sedang bayangan fantasy adalah hasil dari
fantasi. Oleh karena dengan kekuatan fantasy orang dapat menjangkau ke depan,
maka fantasy mempunyai arti yang penting dalam kehidupan manusia. Jadi ketika
fantasy diarahkan kedalam kegiatan pembelajaran maka suasana yang tidak mungkin
kita jangkau misalnya suasana masa lampau kita dapat pimpin atau arahkan
fantasy siswa ke masa tersebut dengan perantara yang sesuai. Siswa akan sangat
merasa tertarik dengan pembelajaran tersebut karena masa anak sekolah dasar
sebagian besar senang berfantasi.
Jadi Fantasy Learning adalah belajar untuk mencapai
suatu kompetensi melalui bantuan fantasy yang dimiliki masing-masing individu
dengan bantuan media atau sumber belajar yang relevan, masalnya cerita atau
dongeng, video atau film, gambar-gambar, rekaman suara, dan benda tiga dimensi.
2. Metode Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD
No. 2 Cemagi, Kabupaten Badung Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. Pada
dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatif Group
Investigation by Fantasy Learning terhadap hasil belajar IPS, dengan
memanipulasi variabel bebas yaitu pembelajaran kooperatif Group Investigation by Fantasy Learning,
dan variable terikatnya adalah hasil belajar IPS siswa kelas V SD No. 2 Cemagi.
Penelitian ini di lakukan oleh peneliti
langsung dalam mengajar baik di kelas kontrol dan juga di kelas eksperimen.
Guru bidang studi IPS terus mendampingi
dari awal persiapan eksperimen sampai pengakhiran eksperimen. Desain eksperimen
yang digunakan adalah random terhadap kelas. Penelitian ini didahului dengan
pengacakan / random kelas eksperimen dan kontrol dengan tanpa memberikan free
test hanya post tes saja, dapat di lihat pada pola berikut.
Desain Penelitian
R
|
K - O2
(Arikunto, 2010;
126)
Langkah-langkah
yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan,
pelaksanaan dan pengakhiran eksperimen.
Populasi
penelitian ini adalah siswa kelas V SD No.2 Cemagi yang terdiri dari kelas V A
dan Kelas V B yang banyaknya 60 orang siswa. Populasi terdiri atas 2 kelas
yaitu VA 30 orang siswa dan kelas VB 30 orang siswa. yang kemudian di
kelompokkan menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jadi pada
penelitian ini menggunakan penelitian populasi sebab seluruh siswa kelas V SD
No. 2 Cemagi menjadi kajian penelitian ini. Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari; (1) Variabel bebas yang dimaksud pada
penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif group investigation by fantasy learning dan model pembelajaran
konvensional. (2) Variabel terikat yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS siswa yang terdiri dari
gabungan antara nilai kognitif dan afektif siswa. nilai kognitif siswa
diperoleh dari post tes yang diberikan pada akhir perlakuan pada kelompok
kontol dan kelompok eksperimen. Dan nilai afektif siswa diperoleh dari
observasi keseharian siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar IPS adalah (1) tes obyektif, dan (2) lembar observasi.
Tes hasil belajar IPS yang digunakan dalam
penelitian ini disusun oleh peneliti sendiri. Sebelum tes tersebut digunakan
terlebih dahulu; (a) tes di uji validitas, dari hasil peritungan dengan r-tabel 0,4
terdapat 30 soal yang kurang dari r-tabel
(0,4) dan 30 butir soal lebih dari r-tabel (0,4) yaitu soal nomor 2, 3, 4, 6,
7, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 29, 34, 36, 40, 44, 51,
52, 55, 56, 58, 59, 60. Sedangkan sisanya tidak digunakan karena tidak valid. (b)
Saya beda, sesuai kriteria di atas hasil
analisis menunjukan hasil sebagai berikut. Terdapat 17 butir soal dengan
kriteria sangat baik (2, 4, 7, 10, 14, 15, 16, 21, 23, 26, 29, 36, 40, 51, 59),
5 butir soal dengan kriteria baik (6, 20, 25, 44, 55), 8 butir soal dengan
kriteria cukup (3, 9, 13, 22, 52, 56, 58, 60), dan tidak ada soal yang tersamuk
ke dalam kriteria jelek ataupun sangat jelek. (c) Tingkat Kesukaran, sesuai klasifikasi
diatas dan analisis yang dilakukan didapatkan terdapat 0 butir soal yang
termasuk dalam klasifikasi terlalu sukar, 3 butir soal yang termasuk dalam
klasifikasi sukar (9, 56, 58), 23 butir soal yang termasuk dalam klasifikasi
sedang (2, 4, 6, 7, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 21, 22, 23, 25, 26, 29, 34, 36, 40,
44, 51, 52, 56, 59), 4 butir soal yang termasuk dalam klasifikasi mudah (3, 20,
55, 60), dan tidak terdapat soal yang termasuk dalam klasifikasi terlalu mudah.
(d) Uji
Reliabilitas, didapatkan r11
= 0,71, dan rtabel = 0,361 maka r11 >
rtabel itu artinya bahwa soal tes pilihan ganda pada penelitian ini
tergolong reliabel.
Untuk ananisis data hasil belajar digunakan
analisis prasyarat seperti normalitas data, dan homogenitas varians, dilanjutkan
dengan uji hipotesis penelitian dengan rumus uji-t.
3. Hasil Dan Pembehasan
A. Hasil Penelitian
Pemaparan hasil
penelitian ini meliputi: (1) deskripsi umum hasil penelitian, (2) analisis data
dan pengujian hipotesis.
1)
Deskripsi
Umum Hasil Penelitian
Deskripsi
umum hasil penelitian ini memaparkan tentang rata-rata skor (M), dan standar
deviasi (SD) hasil belajar IPS siswa kelas V SD No. 2 Cemagi kabupaten Badung
yang diperoleh dari tes pilihan ganda
dengan 4 piliahan jawaban, untuk pengetahuan (kognitif) dan dari lembar
observasi untul sikap (apektif) membentuk nilai akhir untuk dianalisis. Dari
data tes hasil belajar dengan 30 butir soal yang dilakukan setelah 8 kali perlakuan, tes diberikan pada tanggal 10
mei 2012, dan lembar observasi untuk melihat sikap dan karakter siswa dilakukan
secara keseharian dalam pembelajaran dikelas. Banyak siswa pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing adalah 30 siswa, data tes hasil
belajar dikombinasikan dengan hasil/nilai sikap, yaitu 60% untuk hasil belajar
kognitif (tes) dan 40% nilai sikap (observasi) selama mengikuti pembelajaran
data hasil belajar yang telah dikombinasikan ini yang dianalisis, sehingga
dapat dibaca dengan mudah berikut nilai rata-rata (M), Varian (S) dan sandar deviasi (SD) yang dimasukan ke
dalam tabel 1
Tabel 01. Tabel nilai rata-rata,
varian, dan standar deviasi hasil belajar IPS siswa Kelas V SD No. 2 Cemagi.
Model Pembelajaran
|
Jumlah siswa tiap kelompok
|
Nilai Rata-rata
|
Varian
|
Standar Deviasi
|
MPGIFL
|
30
|
82,20
|
11,40
|
3,30
|
MPK
|
30
|
74,40
|
13,60
|
3,60
|
Berdasarkan tabel
01 Nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa dari post tes nilai kognitif
dikombinasikan dengan nilai apektif untuk kelompok MPGIFL (model pembelajaran group investigation by fantasy learning)
adalah 82,20 dengan varian sebesar 11,40 dan standar deviasi 3,30. Sedangkan
nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa dari post tes nilai kognitif yang
dikombinasikan dengan nilai apektif untuk kelompok MPK (model pembelajaran
konvensional) adalah 74,40 dengan varian 13,60 dan standar deviasi 3,60. Secara
umum, kelompok kolompok MPGIFL memiliki rata-rata hasil belajar IPS yang lebih
tinggi dari pada kelompok MPK.
2) Analisis dan Pengujian Hipotesis
Uji Normalitas
Uji normalitas
dilakukan untuk menguji apakah suatu distribusi empiric mengikuti ciri-ciri
distribusi normal atau untuk menyelidiki bahwa f0 (frekuensi
observasi) dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari
fh (frekuensi harapan) dalam distribusi normal teoritik dengan
ketentuan h0 : f0 = fh dan Hi : f0
≠ fh. Uji Normalitas data dilakukan terhadap hasil belajar IPS
siswa baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Pada penelitian
ini uji normalitas data dilakukan dengan analisis Chi-Square dengan rumus:
(Winarsunu,
2010; 88)
Berdasarkan analisis yang dilakukan,
pada tabel 02 di bawah ini disajikan hasil uji coba sebaran data menggunakan
rumus chi kuadrat tersebut.
Tabel 02. Tabel Hasil Uji Normalitas Sebaran Data
NO
|
Kelompok data Hasil Belajar
|
X02
|
Nilai Kritis dengan Taraf signifikan 5%
|
Status
|
1
|
Eksperimen
|
2,18
|
11,07
|
Normal
|
2
|
Kontrol
|
2,38
|
11,07
|
Normal
|
Adapun kaidah
pengujian adalah jika X02 < X2tabel
maka data berdistribusi normal, sedangkan jika X02 > X2tabel
maka data tidak berdistribusi normal.
Dari hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus chi kuadrat, hasil belajar IPS kelompok
eksperimen (X02) adalah sebesar 2,18 pada taraf
signifikan 5% dan dk = 5 (6-1) dan diketahui X2tabel =
11,7, ini berarti bahwa X02 < X2tabel maka
data hasil belajar IPS pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan chi kuadrat data hasil
belajar IPS kelompok Kontrol (X02) adalah sebesar 2,38
pada taraf signifikan 5% dan dk = 5 (6-1) dan diketahui X2tabel
= 11,7, ini berarti bahwa X02 < X2tabel
maka data hasil belajar IPS pada kelompok kontrol juga berdistribusi
normal. Berdasarkan data hasil belajar IPS terbukti baik kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol berada pada distribusi normal.
Uji Homogenitas Varians antar Kelompok
Uji homogenitas
varians dilakukan terhadap variansi pasangan antar kelompok. H0 : S12
= S22 dan Hi : S12 ≠ S22.
Rumus yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika F0
< Ftabel. Rangkuman hasil uji homogenitas ditampilkan pada tabel
03.
Tabel 03. Tabel Uji Homogenitas Varians
antar Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol.
Kelompok Penelitian
|
F0
|
Nilai Ftabel dengan Taraf
signifikan 5%
|
Status
|
Hasil
belajar IPS kelompok kontrol dan eksperimen
|
1,14
|
1,84
|
Homogen
|
Dari
tabel di atas dapat dilihat bahwa dengan db 30/30 dan taraf signifkan 5%
diketahui Ftabel = 1,84, dan F0 hasil belajar IPS
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah 1,14. Ini berarti F0
< Ftabel, sehingga hasil belajar IPS siswa dikatagorikan Homogen.
Menguji Hipotesis Penelitian
Dari
Hasil uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa data
dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen.
Berdasarkan hal tersebut, maka akan dilanjutkan pada pengujian hipotesis.
Adapun hipotesis nol (H0) yang akan di uji menyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPS anatara kelompok
siswa yang mengikuti pembelajaran denga model pembelajaran kooperatif group investigation by fantasy learning
dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional pada Siswa kelas V SD No. 2 Cemagi.
Dari hasil
perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 8,667 untuk mengetahui
signifikansinya, maka perlu dikonsultasikan dengan nilai ttabel.
Dengan df = 58 ( Ʃn-2 = 60 – 2 = 58 ) dan taraf signifikansi 5% diperoleh
nilai ttabel = 2,000. Karena thitung lebih dari nilai ttabel
(8,667 > 2,000), maka hipotesis nol
(H0) ditolak. Ini berarti model pembelajaran kooperati group investigation by fantasy learning
berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD No. 2 Cemagi Kabupaten
Badung.
Untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif group investigation by fantasy learning pada pembelajaran IPS siswa
kelas V sekolah dasar, dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar
kelompok eksperimen dengan nilai rata-rata kelompok kontrol. Karena nilai
rata-rata hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari nilai
rata-rata hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol (82,20 > 74,40), maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran group
investigation by fantasy learning dapat mengoptimalkan hasil belajar IPS
siswa kelas V SD No. 2 Cemagi Kabupaten Badung.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil
analisis data menggunakan uji-t di atas diketahui thitung sebesar
8,667 dengan df = 58 ( Ʃn-2 = 60 – 2 = 58 ) dan taraf
signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel = 2,000. Dari hasil
perhitungan tersebut diketahui thitung
> ttabel, ini berarti hasil penelitian adalah signifikan.
Jadi dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif group
investigation by fantasy learning dengan kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya perbedaan
hasil belajar antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pada nilai
rata-rata hasil tes kognitif dan afektif kelompok eksperimen diketahui lebih
tinggi dari pada nilai rata-rata hasil tes kognitif dan afektif kelompok
kontrol yaitu 82,20 untuk kelompok eksperimen dan 74,40 untuk kelompok kontrol.
Hal ini menunjukan adanya perbedaan yang signifikan hasil belajar antara
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Perbedaan yang signifikan hasil belajar antara
pembelajaran kooperatif group
investigation by fantasy learning dengan pembelajaran konvensional dapat
disebabkan adanya perbedaan sintak, sumber belajar dan metode ajar dari kedua
pembelajaran. Sintak pembelajaran group
investigation by fantasy learning sangat jelas dan konsisten yaitu; (1)
memusatkan perhatian siswa, (2) pemilihan topik, (3) membentuk kelompok, (4)
merencanakan tugas, (5) membuat penyelidikan, (6) mempresentasikan
tugas/laporan, (7) evaluasi pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan kurikulum
tingkat satuan pendidikan yang lebih banyak mengarah pada aktivitas belajar
siswa dalam memenuhi kepentingan pencapaian proses dan halil belajar. Sedangkan
pembelajaran konvensional tidak menggunakan sintak yang pasti sesuai yang hanya
menyesuaikan dengan keinginan guru pada saat membelajarkan siswa. sehingga
siswa cenderung hanya sebagai pelaku belajar yang fasif.
Dilihat dari proses pembelajaran inti melalui fantasy learning membuat pembelajaran lebih bermakna di dukung
dengan sumber belajar yang beragam untuk dapat menuntun fantasy siswa kearah
materi yang diinginkan membuat siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Siswa yang antusias dalam mengikuti pembelajaran akan menunjukan sikap dan
perilaku positif yang berakibat tercapainya proses dan hasil belajar siswa yang
optimal.
4. Penutup
Berdasarkan hasil
penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif group investigation by fantasi
learning mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPS
siswa kelas V SD No. 2 Cemagi. Hal ini terbukti dari tingginya hasil belajar
siswa kelas VA SD No. 2 Cemagi selaku kelompok eksperimen setelah mengikuti
pembelajaran kooperatif group
investigation by fantasi learning, dibandingkan dengan siswa kelas VB SD
No. 2 Cemagi selaku kelompok kontrol setelah mengikuti pembelajaran
konvensional.
Berdasarkan
simpulan tersebut di atas dan dalam upaya untuk mengoptimalkan hasil belajar
IPS, dikemukakan saran yaitu, hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif group investigation by fantasi learning
hasil belajaranya lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Oleh karena itu, guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif group investigation by fantasi learning
dalam pembelajaran di kelas sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai dengan
optimal.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek Edisi Revisi 2010. Jakarta : Rineka Cipta.
Dramaswati.
2010. Perkembangan dan pengertian fantasi.
Tersedia pada http://psikologi45.blogspot.com/2010/06/perkembangan-pengertian-dan-fantasi.html
(diakses pada 8 desember 2011).
Krismanto. 2003. Model Pembelajaran
Kooperatif Group Investigation. Tersedia Pada http://gurumuda.blogspot.com/2010/04/20/model-pembelajaran-group-invesigation/ (diakses 22 juni
2010).
Winarsunu. 2010. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Wikipedia.
2012. Pengertian fantasi. Tersedia
pada http://id.wikipedia.org/wiki/Fantasi
(diakses pada 24 februari 2012).
Udin S. Winataputra. 2001. Model
Pembelajaran Inovatif. Tersedia pada http://gurumuda.blogspot.com/2010/04/20/model-pembelajaran-group-invesigation/ (diakses 22 juni
2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar