Teori belajar Gestalt 
Menurut teori Gestalt anak dipandang sebagai suatu keseluruhan, 
yakni suatu organisme yang dinamis, yang senantiasa dalam keadaan 
berintekrasi dengan dunia sekitarnya untuk mencapai tujuan-tujuannya. 
Interaksi di sini dimaksudkan bahwa anak selalu menerima stimulus 
(respon ) dari luar dirinya. Stimulus tersebut tidak diterimanya begitu saja, 
melainkan ia melakukan seleksi sesuai dengan tujuannya, setelah itu 
mereka bereaksi terhadap stimulus-stimulus itu dengan cara mengolanya. 
Teori Gestalt di atas memberi implikasi kepada kita bahwa anak 
(siswa) merupakan makluk yang aktif bukan pasif. Sesuai dengan teori ini, 
maka dalam proses belajar mengajar di dalam kelas seluruh anak didik 
(siswa) mesti dilibatkan secara aktif, baik mental maupun fisiknya, sebab 
dengan cara yang demikian eksistensi mereka sebagai organisme yang 
dinamis dapat tersalurkan secara maksimal. 
Di dalam pengajaran Sosiologi, keterlibatan mental siswa secara 
optimal juga sangat diharapkan sekali, agar tujuan pengajaran yang 
dirumuskan dapat mencapai sasarannya. Di samping itu siswa lebih 
memahami tentang fungsi dan kegunaan ilmu Sosiologi yang sebenarnya.. 
Teori Proses Informasi 
Menurut Teori informasi, pengolahan informasi menjadi sistem 
pengetahuan berlansung sebagai berikut: 
: Informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang 
indrawi), kemudian masuk short term memory (memori jangka pendek), 
lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukan kedalam long term memory 
(memori jangka panjang). 
Berdasarkan teori di atas dapat dilihat bahwa sebelum terwujud 
menjadi sistem pengetahuann terlebih dahulu informasi yang diterima 
mengalami berbagai proses psikis dan mental dalam diri seseorang. Pada 
mulanya stimulus-stimulus dari lingkungan nenghampiri alat-alat indra ( 
receptor). Seluruh sistem itulah yang disebut gudang indrawi.(M. Dimyati 
Mahmud).disini informasi diseleksi dan diproses lebih lanjut untuk 
dialihkan ke memori jangka pendek .Dalam memori jangka pendek 
informasi hanya bertahan sebenatar, ia akan segera hhilang jika tidak 
diproses lebih lanjut. Sebahagian dari memori jangka pendek yang telah 
diproses lebih lanjut akan tersimpan menjadi memori jangka panjang, dan 
inilah yang akan menjadi pengetahuan. 
Pada umumnya informasi yang sudah tersimpan sebagai ingatan 
jangka panjang tidak akan mudah hilang. Meskipun demikian menurut 
R.M. Gegne (1977, hal. 55) sebahagian diantaranya juga tidak mudah 
dipanggil kembali, karena adanya hambatan dari memori-memori yang 
baru terdapat yang lama. 
 
Ditinjau dari kepentingan belajar, yang paling pokok dari teori 
informasi adalah pemrosesan informasi dari memori jangka pendek 
menjadi memori jangka panjang, karena di sinilah sebenarnya sistem 
pengetahuan terbentuk. Pada saat ini seseorang melakukan proses 
elaborasi, yaitu kegiatan membandingkan, menganalisis, dan 
mentranformasikan (Abizar, 1983, hal. 15). Proses yang berlangsung di 
sini akan sangat menentukan sekali terhadap sifat informasi yang diterima: 
dalam arti, apakah informasi itu akan bertahan lama dalam ingatan atau 
tidak. Menurut Dimyati Mahmud (1989, hal. 138) cara seseorang 
melakukan proses elaborasi ikut menentukan terhadap diingatnya kembali 
informasi pada waktu lain. Oleh sebab itu perlu dicari suatu pendekatan 
serta metode belajar mengajar yang tepat agar pemrosesan informasi dapat 
berlangsung secara maksimal. 
Pengertian Hasil Belajar 
Pengertian belajar secara umum adalah suatu aktifitas yang 
menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-
upaya yang dilakukan, perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan 
faktor kelelahan (fatique), kematangan ataupun karena konsumsi obat 
tertentu. 
Winkel (1996:53) dalam bukunya psikologi pengajaran 
mengemukakan rumusan sebagai berikut: 
Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang 
berlansung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang 
 
menghasilkan perubah-parubahan dalam pengetahuan, 
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubah-
perubahan itu dapat berupa hasil yang baru atau pula 
penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh. 
Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan belajar adalah 
merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang untuk 
mendapatkan pola tingkah laku yang diperlukan dalam berinteraksi dengan 
lingkungannya. Seseorang yang belajar tidak sama lagi keadaanya dengan 
waktu sebelum belajar. Perubahan tersebut dapat berupa tingkatan, 
pengetahuan, sikap, maupun aspek-aspek tingkah laku umum lainnya. 
Hasil belajar merupakan umpan balik dari kegiatan proses belajar 
mengajar. Sehubungan dengan hal tersebut maka Prayitno (1973:33) 
mengatakan bahwa hasil belajar adalah suatu yang diperoleh, dikuasai atau 
merupakan hasil dari adanya proses belajar. Jadi hasil belajar merupakan 
hasil yang dicapai oleh siswa dan mengikuti program belajar dalam 
rangaka menyelesaikan suatu program pendidikan. Hasil belajar yang 
diperoleh siswa bukanlah hanya berdasarkan kemampuan intelektual siswa 
semata, melainkan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar 
tersebut. Rober yang dikutip oleh Syahril (1987:29) menyatakan ada lima 
macam kemampuan sebagai hasil belajar adalah: 
a. Keterampilan intelektual 
b. Strategi kognitif berupa kemampuan mengatur cara belajar dan berfikir 
dalam arti yang luas termasuk dalam memecahkan masalah 
c. Informasi fertikal berupa pengetahuan dalam arti fakta dan sebagainya 
d. Keterampilan metodik 
e. Sikap dan nilai 
 Hasil belajar siswa dapat dinyatakan secara kualitatif dan dapat 
pula dinyatakan secara kuatitatif. Secara kualitatif hasil belajar dapat 
diungkapkan dengan pernyataan sangat baik, baik, sedang, kurang dan 
sebagainya. Sedangkan secara kuantitatif hasil belajar dapat di nyatakan 
dengan angka-angka. Untuk mencapai hasil belajar yang baik dan 
memuaskan memang sangat banyak faktor yang mempengaruhinya, di 
antaranya adalah dari faktor guru dan diri siswa itu sendiri. Dalam hal ini 
guru berkewajiban menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu 
menunjang dan mendorong siswa untuk mengembangkan segala potensi 
yang ada secara optimal, sehingga keberhasilan itu dapat diperoleh siswa 
Hasil belajar merupakan umpan balik dari kegiatan proses belajar 
mengajar, hasil belajar adalah beberapa bentuk prinsip perpaduan pola 
tingkah laku dan nilai-nilai ideal dalam arti fakta-fakta, kecakapan yang 
dicapai dan keterampilan. 
Keberhasilan suatu kegiatan belajar dapat dilihat dari hasil belajar 
setelah mengikuti usaha belajar. Hasil belajar merupakan dasar yang 
digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa menguasai suatu 
materi pelajaran. Manusia melakukan kegiatan belajar dengan berbagai 
macam cara sesuai dengan keadaan. Bila seseorang telah melakukan 
kegaiatan belajar maka dalam dirinya akan terjadi perubahan-perubahan 
yang merupakan pernyataan perbuatan belajar, perubahan ini disebut 
 
dengan hasil belajar. Perubahan-perubahan yang terjadi pada proses 
belajar meliputi perubahan kognitif (pengetahuan), afektif (rasa), dan 
psikomotor (tingkah laku). Hasil belajar sesuai dengan tujuan dan bidang 
tertentu dapat diukur atau diketahui dengan mengadakan penelitian atau 
evaluasi yang meunjukan sudah sejauh mana suatu kemampuan telah 
tercapai. 
Seseorang dapat dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah terjadi 
perubahan tingkah laku dalam dirinya. Menurut Djamarah (2000:96) 
indikator dari proses belajar mengajar itu dianggap berhasil adalah: 
a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarakan mencapai 
prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. 
b. Prilaku yang digariskan dalam Tujuan Belajar Khusus (TPK) telah 
dicapai oleh anak didik baik secara individual maupun kelompok 
Dalam hal ini Djamarah juga menjelaskan beberapa tingkat 
keberhasilan dari suatu proses belajar mengajar yaitu: 
a. Istimewa atau maksimal. Apabila seluruh bahan pelajaran dapat 
dikuasai oleh seluruh anak didik 
b. Baik sekali (optimal). Apabila sebagian besar (76%-94%) bahan 
pelajaran dikuasai anak didik. 
c. Baik (minimal). Apabila bahan pelajaran dikuasai anak didik hanya 
66%-75% 
d. Kurang. Apabila bahan pelajaran dikuasai anak didik kurang dari 65%. 
Kriteria penilaian hasil belajar: 
10,0   : istimewa 
7,6-9,9  : baik sekali 
6,6-7,5  : baik 
0-6,5   : kurang
 
Sementara itu Abu Ahmadi (1991:130-139) menyebutkan bahwa 
prestasi belajar adalah perestasi belajar yang dicapai oleh seorang individu 
merupakan proses hasil interaksi antara berbagai faktor yang 
mempengaruhinya baik dari dalam diri maupun dari luar individu, 
tergolong faktor internal adalah: 
a. Faktor jasmani (psikologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang 
diperoleh di lapangan yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, 
pendengaran dan struktur tubuh 
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh di 
lapangan. 
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis. 
Yang tergolong faktor eksternal adalah: 
a. Faktor sosial yang terdiri dari: 
- Lingkungan keluarga 
- Lingkungan sekolah 
- Lingkungan masyarakat 
- Lingkungan kelompok 
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan 
kesenian 
 
c. Faktar lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar 
d. Faktor lingkungan spritual dan keagamaan 
Sebab yang ditimbulkan oleh prestasi yang diperoleh siswa dapat 
meningkatkan minat siswa dalam belajar dan siswa memiliki gairah dan 
kebahagiaan serta motivasi yang kuat dalam kegiatan belajar mengajar 
yang terdahulu diantaranya yang dikemukakan oleh Lismawati (2004) 
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motifasi dengan hasil 
belajar yang diperoleh siswa. Hal ini diperkuat oleh Prayitno (1984:10) 
bahwa siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akan 
menampakan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-
tugas belajar. Selanjutnya penelitian Emilda (2002) mengatakan bahwa 
terdapat kontribusi yang berarti antara cara belajar dengan hasil belajar 
siswa, hal ini diperkuat oleh Slameto (1995:89) bahwa cara belajar adalah 
metode atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu, 
untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan 
belajar itu sendiri 
Tujuan Hasil Belajar 
Hasil belajar dapat diukur melalui tes atau penilaian hasil belajar 
dan nilainya diketahui dalam bentuk angka atau huruf. Penilaian hasil 
belajar memiliki tujuan sendiri dalam pembelajaran. Menurut Arikunto 
(1998:7) menyatakan bahwa : 
“Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk dapat 
mengetahui siswa-siswi mana yang berhak melanjutklan 
pembelajarannya karena sudah berhasil menguasai materi 
 
dan dan apakah metoda mengajar yang digunakan sudah 
tepat atau belum”. 
Tujuan mata pelajaran Sosiologi adalah: Mata pelajaran Sosiologi 
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 
a. Memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok 
sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik 
sampai dengan terciptanya integrasi sosial. 
b. Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat. 
c. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial dalam 
kehidupan bermasyarakat. 
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa proses 
pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar sehingga pada akhirnya 
guru bisa mengetahui metoda dan pendekatan mana yang lebih baik untuk 
siswa pada proses pembelajaran selanjutnya. Dalam proses belajar 
pembelajaran diharapkan terjadi interaksi yang dapat mengembangkan 
serta melibatkan anak didik secara aktif agar mereka mampu mengelola, 
menggunakan dan mengkomuniukasikan perolehan pengetahuan dari 
proses yang telah mereka lalui. 
Cara Memperoleh Hasil Belajar 
Dalam memperoleh hasil belajar yang optimal diperlukan belajar 
dengan giat dan tekun atau dengan semangat yang tinggi. Caranya adalah 
yang dikemukakan oleh Tabrani (1995:57) yaitu : 
 
a. Perencanan 
1) Menetapkan tujuan dan target 
Di dalam belajar siswa harus tahun betul tujuan dari 
belajar, dan siswa harus mampu untuk mencapai 
tujuan tersebut dengan baik dan sukses dalam 
belajar, sehingga didapatkan hasil yang maksimum 
bukan minimum. 
2) Waktu-waktu produktif untuk belajar 
Untuk mendapatkan hasil yang baik maka seorang 
siswa harus mengetahui waktu-waktu yang 
produktif untuk belajar, misalnya setelah sholat 
subuh atau di tengah malam di saat sunyi dan 
sebagainya 
3) Menentukan langkah-langkah menyusun jadwal 
Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah 
kegaitan yang akan dilaksanakans etiap hari, 
Slameto (1995:85). Adapun cara pembuatan jadwal 
yang baik menurut Kartono (1985:17) adalah : 
a) Tetapkan waktu untuk kegiatan yang telah 
diketahui 
b) Cara waktu yang baik untuk belajar 
c) Sediakan waktu untuk istirahat secukupnya 
d) Susunlah acara dari minggu yang berbeda 
dengan hari yang lain 
4) Rekreasi 
Beraktifitas setiap hari tentu akan menimbulkan 
kejenuhan, untuk menghilangkan kejenuhan 
tersebut tidak ada salahnya jika siswa meluangkan 
waktunya untuk berekreasi sekali satu bulan atau 
sekali seminggu. 
b. Menerima pelajaran di kelas 
1) Pentingnya hadir di kelas 
Kehadiran siswa di kelas juga akan berpengaruh 
terhadap hasuil belajar mengajar, apabila siswa 
hadir di kelas maka banyak yang akan didapat oleh 
siswa. Di dalam proses mengajar paling sedikit ada 
lima hal yang bisa kita ingat dalam panca indra kita 
yaitu melihat, mendengar, melakukan, merasakan 
dan mengetahui. Menurut Tabrani (1995:65) kita 
melihat maka kita akan mengerti dan mudah 
mengingatnya, begitu pula jika membaca maka 
rekaman peristiwa terbentuk di otak kita melalui 
proses melihat, melakukan merupakan proses yang 
lebih bisa diingat dari proses melihat dan 
mendengar. 
 
2) Buku catatan 
Untuk melengkapi pemahaman tentang materi yang 
diajarkan guru, siswa hendaknya menyiapkan buku 
catatn dan mencatat penjelasan guru sehingga dapat 
diulang kembali di rumah. 
Dapat disimpulkan bahwa cara belajar adalah kecendrungan siswa 
berbuat dalam proses belajar dengan aturan atau strategi tertentu yang 
dilakukan berulang-ulang untuk memperoleh hasil belajar yang 
diinginkan. Dengan adanya cara belajar yang baiak maka akan diperoleh 
nilai yang baik sehingga dapat dikatakan apa yang telah dilakukan dalam 
PBM itu efektif. 
Metode dan media yang dipakai dalam pembelajaran Sosiologi 
adalah: 
a. Metode 
Metode pembelajaran erat kaitannya dengan pemilihan strategi 
pembelajaran yang paling efesien dan efektif dalam memberikan 
pengalaman belajar yang diperlukan untuk membentuk kompetensi 
dasar. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan guru dalam 
melakukan proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi, yang 
dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk mencapai 
tujuan. Dalam hal ini guru diharapkan dapat memilih dan 
menggunakan berbagai metode pembelajaran yang dapat 
menumbuhkan aktifitas dan kreatifitas peserta didik. 
Menurut Mulyasa (2005: 95-96), sedikitnya terdapat dua 
pendekatan dalam pembelajaran yang perlu dipahami guru untuk dapat 
 
mengajar dengan baik, yaitu pendekatan kompetensi, pendekatan 
keterampilan tematik. Sedangkan metode pembelajaran yang dapat 
digunakan yaitu: metode demostrasi, metode inguiri, metode discoveri, 
metode eksperimen, metode problem salving, metode perolehan 
konsep, metode penugasan, ceramah, karya wisata dan metode diskusi. 
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran sosiologi hendaknya 
dimulai dari pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi 
(contextual problem). Melalui masalah kontekstual, peserta didik 
secara bertahap dibimbng dan diarahkan untuk memahami fakta, 
menguasai konsep dan prinsip sosiologi serta menerapkan dalam 
pemecahan masalah. Pemahaman pembelajaran sosiologi lebih 
menarik apabila disampaikan dengan metode yang inovatif diantaranya 
menggunakan teknologi dan komunikasi seperti komputer/multi media 
lainnya. 
b. Media /sumber belajar 
Proses pembelajaran membutuhkan media yang digunakan 
sebagai media pengajaran, yang merupakan bagian dari saran dan 
sumber belajar yang sangat membantu siswa dalam mencapai tujuan 
pengajaran, media pengajaran berfungsi memudahkan terjadinya 
proses belajar mengajar. 
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam 
proses pembelajaran, yang dapat berupa buku teks, media cetak, media 
elektronik, nara sumber, lingkungan fisik, alam, sosial dan budaya. 
 
(KTSP Depdiknas, 2007:37). Sumber belajar dalam mata pelajaran 
sosiologi dapat berupa media cetak dan elektronik, lingkungan sekitar 
seperti melakukan observasi dan wawancara dan studi kepustakaan. 
Dalam pengembangan sumber belajar, guru harus mampu 
membuat sendiri alat pembelajaran, juga harus berinisiatif 
mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar yang lebih 
konkrit. Penentuan sumber belajar berdasarkan standar kompetensi dan 
kompetensi dasar, indikator kompetensi, serta materi pokok dan 
kegiatan pembelajaran. 
Dengan demikian antara metode dengan hasil belajar saling 
berkaitan karena yang menggunakan metode membaca dalam proses 
belajar adalah siswa. Selaras dengan teori behavioristik belajar adalah 
perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu bila 
ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Misalnya seorang 
siswa belum bisa membaca maka iapun keras belajar, betatapun 
gurunya berusaha sebaik mungkn mengajar atau bahkan ia sudah hafal 
huruf A sampai Z diluar kepala, namun bila siswa itu gagal 
mendemontrasikan kemampuannya dalam membaca, maka siswa itu 
belum bisa. 
c. Penilaian 
Untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik telah melakukan 
kompetensi dasar perlu dikembangkan suatu sistem penilaian. Sistem 
penilaian yang dilakukan harus mencakup seluruh kompetensi dasar 
 
dan menggunakan indikator yang ditetapkan oleh guru. Sitem 
penilaian yang dirancang adalah sistem penilaian yang dirancang 
adalah sistem penilaian yang berkelanjutan, dan menyeluruh. 
Sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang 
berbasis kompetensi penilaian hendaknya dilakukan berdasarkan apa 
yang dilakukan oleh peserta didik selama proses belajar mengajar dan 
pembentukan kompetensi. Penilaian dapat dilakukan dengan 
menggunakan tas dan non tes dalam bentuk tertulis, maupun lisan , 
pengamatan kerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa 
tugas, penggunan portofolio, dan penilain diri. (BSNP , 2006: 10 ) 
Sementara jenis tagihan dapat digunakan antara lain dalam 
pembelajaran sosiologi adalah: kuis, pertanyaan lisan , ulangan harian, 
ulangan tengah semester (UTS) ulangan semester (US), responsi dan 
tugas kelompok, tugas individu, dan laporan. Teknik penilaian dan 
bentuk instrumen yand digunakan antara lain adalah: tes tulis, tes lisan, 
tes unjuk kerja, penugasan, observasi, wawancara, portofolio, dan 
penilaian diri. 
7. Pemberian Latihan 
Ada banyak acuan yang dapat di kemukakan mengapa dalam 
proses belajar khususnya mata pelajaran Sosiologi siswa perlu diberi tugas 
secara teratur. Alasan yang penting, sesuai dan memadai adalah untuk 
memberi peranan aktif kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Di 
 
samping itu untuk memotivasi siswa supaya belajar lebih lanjut dengan 
cara memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan materi 
yang sudah di pelajari dikelas. 
Menurut Sujono (1989) dalam Niladarni (1996:13) menyatakan 
bahwa tugas adalah suatu kegiatan integral dari seluruh proses belajar 
karena harus ditangani dengan sebaik-baiknya. Uraian selanjutnya di 
rancang untuk membantu guru agar dapat memusatkan perhatiannya pada 
aspek utama dari tugas rumah dan kemudian dirumuskan rencana 
perseorangan. Dari pengertian di atas dapat penulis ambil kesimpulan 
bahwa yang di maksud dengan tugas adalah suatu kegiatan yang dilakukan 
di luar kegiatan intrakulikuler yang merupakan bagian integral dari seluruh 
kegiatan proses belajar mengajar yang harus di tangani dengan sebaik-
baiknya. Yang bertujuan untuk mendalami dan menghayati tentang apa 
yang telah di pelajari pada kegiatan intrakulikuler. Metode pemberian 
latihan sebagai salah satu metode mengajar yang banyak memberikan 
keuntungan dan pencapaian tujuan pelajaran sebagai mana yang di 
kemukakan oleh tim Didaktik metodik IKIP Surabaya (1981:58) 
menyatakan bahwa tujuan yang ingin di capai dari metode pemberian 
latihan adalah: 
a. Meransang siswa agar berusaha lebih baik, memupuk inisiatif, 
bertanggung jawab dan berdiri sendiri 
b. Membawa kegiatan-kegiatan sekolah yang berharga kepada minat 
siswa 
 
 c. Memperkaya pengalaman-pengalaman sekolah dengan memulai 
kegiatan-kegiatan di luar kelas 
d. Memperkuat hasil belajar di sekolah dengan menyelenggarakan 
latihan-latihan yang perlu integrasi dan penggunaannya. 
Menurut Roestiah (1982:42) metode pemberian latihan lebih baik karena: 
a. Mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri suatu masalahh 
dengan jalan mencoba sendiri, mengerjakan soal sendiri, mencoba 
sendiri. 
b. Membiasakan anak-anak berfikir dan membandingkan dan mencari 
hukum. 
c. Melatih anak berhadapan dengan persoalan,tidak hanya hafalan 
d. Mengembangkan inisiatif serta tanggung jawab dari siswa terhadap 
penggunaan dan pengetahuan informasi atau pengetahuan dalam 
menghadapi masalah yang aktual (sehari-hari) 
Alipandie (1984:91) menyatakan bahwa metode pemberian latihan 
tepat digunakan apabila: 
1. Guru mengharapkan agar pengetahuan yang diterima siswa lebih 
lengkap 
2. Guru ingin mengaktifkan dalam mempelajari sendiri, suatu masalah 
dengan membaca sendiri, mengerjakan sendiri, soal-soal dan mencoba 
sendiri pengetahuan yang dimilikinya. 
Menurut Zainuzir (2002:15) bahwa pengertian pemberian latihan 
adalah: suatu kegiatan yang dilakuakan diluar kegiatan intrakurikuler yang 
 
bertujuan untuk mendalami dan menghayati apa yang telah dipelajari pada 
kegiatan intakurikuler. 
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa 
pemberian latihan adalah suatu kegiatan yang diberikan oleh seorang guru 
yang dilaksanakan diluar kegiatan intrakulikuler yang merupakan kegiatan 
integral dari sejumlah kegiatan proses belajar mengajar yang bertujuan 
untuk mendalami dan menghayati tentang materi yang telah dipelajari. 
Faktor yang mempengaruhi pemberian latihan oleh guru adalah untuk 
mengetahui sejauh mana siswa tersebut dapat memahami mata pelajaran 
yang telah disampaikan oleh guru. Faktor lain yaitu untuk meningkatkan 
pengetahuan siswa terhadap konsep-konsep yang diberikan oleh guru. 
Syaril dan Ahmad (Niladarni 1996:20) menyebutkan bahwa 
kegunaan pemberian latihan adalah: 
a. Siswa dapat memahami dirinya sendiri baik kelebihannya maupun 
kekurangannya 
b. Siswa dapat memperoleh dan memperluas materi yang dipelajarinya 
c. Cara-cara belajar yang dialami siswa. 
Selanjutnya Imansyah (Niladarni 1996:2000) mengemukakan 
bahwa kegunaan pemberian latihan adalah sebagai berikut: 
a. Anak-anak menjadi terbiasa mengisi waktu senggangnya dengan hal-
hal yang positif 
 
b. Memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri atas segala tugas yang 
dikerjakan, sebab metode ini sekaligus juga mengharuskan murid 
untuk mempertanggung jawabkan hasil kerjanya kepada guru. 
c. Melatih siswa untuk berfikir kritis, tekun, giat dan rajin dalam belajar. 
d. Pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar lebih mendalam 
dan lebih tersimpan dalam ingatan. 
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegunaan dari 
pemberian latiahan adalah dapat mendorong siswa untuk aktif dalam 
belajar dan mengembangkan daya pikir siswa. 
Belajar merupakan satu kebutuhan yang dirasakan sebagai suatu 
keharusan untuk dipenuhi sepanjang usia manusia, sejak lahir hingga akhir 
hayatnya. Secara umum belajar merupakan suetu proses perubahan tingkah 
laku pada diri seseorang. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan, 
keterampilan dan sikap, kebiasaan.perubahan tingkah laku dalam belajar 
ini adalah perubahan ke arah yang lebih baik bagi siswa-siswi yang 
dikemukakan oleh Sudjana (1989:28) bahwa belajar adalah: 
Suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada 
diri seseorang, perubahan sebagai hasil belajar dapat 
ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya 
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah 
lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, 
daya reaksinya dari lain-lain aspek yang ada pada individu. 
 Slameto (1995:11) mengartikan bahwa belajar adalah suatu proses 
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan 
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman 
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 
 
Seperti yang di ungkapkan oleh Dohar (1989:11) bahwa untuk 
mengukur belajar kita membandingkan cara organisme itu berprilaku pada 
waktu yang satu dan waktu yang kedua dalam suasana yang serupa. Bila 
prilaku dalam suasana serupa itu berbeda untuk kedua waktu itu maka 
dapat disimpulkan bahwa belajar telah terjadi. 
Selain itu orang yang belajar mempunyai ciri-ciri perubahan 
tingkah laku seperti yang dikemukan oleh Slameto (1995:3) yaitu: 
a. Perubahan yang terjadi secara standar 
b. Perubahan dalam belajar terjadi bersifat kontinu dan fungsional 
c. Perubahan dalam belajar bersifat tetap 
d. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif 
e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah 
f. Perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku 
Suatu lingkungan belajar pada dasarnya merupakan suatu sistem 
yang meliputi komponen-komponen tujuan, siswa, guru dan sarana 
penunjang. Dalam interaksi belajar-mengajar tersebut ada beberapa 
komponen yang harus dipenuhi seperti yang dinyatakan oleh Soetomo 
(1993:11) bahwa komponen-komponen yang harus dipenuhi dalam 
interaksi belajar mengajar adalah sebagai berikut: 
1. Tujuan interaksi belajar-mengajar yang diharapkan 
2. Bahan atau pesan yang akan disampaikan kepada siswa 
3. Pendidik atau anak didik 
4. Alat atau sarana yang digunakan untuk menunjang tercapainya tujuan 
 
5. Metode yang digunakan untuk menyampaikan bahan atau materi 
6. Situasi lingkungan untuk menyampaikan bahan agar tercapainya tujuan 
Mengajar dapat diartikan sebagai penciptaan suatu sistem 
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. 
Guru sebagai salah satu komponan proses belajar mengajar, adalah 
pelaksana atau penyelenggara dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam 
proses belajar-mengajar diharapkan terjadi interaksi yang dapat 
mengembangkan serta melibatkan anak didik secara aktif agar mereka 
mampu mengelola, menggunakan dan mengkomunikasikan perolehan 
pengetahuan dari proses yang telah mereka lalui. 
Dalam belajar ada beberapa hal yang dapat menghambat dan 
mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan belajar atau disebut 
juga dengan hal-hal yang mempengaruhi seseorang dalam belajar. Hal-hal 
yang mempengaruhi seseorang dalam belajar dapar berupa pendorong 
ataupun penghambat yang berasal dari diri orang yang sedang belajar 
(internal) dan dari luar diri orang yang sedang belajar tersebut (eksternal). 
Menurut Slameto (1995:54) bahwa faktor internal yang 
mempengaruhi seseorang dalam belajar adalah: 
1. Faktor jasmanih seperti kesehatan dan cacat tubuh 
2. Faktor psikologis seperti intelegensi, perhatian, minat, motif, 
kematangan dan kesiapan 
3. Faktor kelelahan seperti jasmani dan kelelahan rohani 
 
 Selanjutnya Slameto (1995:60) menyatakan bahwa faktor 
eksternal yang mempengaruhi kondisi belajar adalah: 
1. Faktor keluarga seperti cara orang tua mendidik, relasi antara anggota 
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan pengertian 
orang tua serta tingkat pendidikan orang tua 
2. Faktor sekolah seperti metode mengajar, kurikulum, relasi antar guru 
dengan siswa, siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, 
waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah 
3. Faktor masyarakat seperti kegiatan siswa dalam masyarakat,mass 
media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat 
Sedangkan menurut Ali (1984:61) ada tiga faktor yang mendorong 
seseorang untuk melakukan proses belajar yaitu: 
a. Kesiapan (readines) yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk 
melakukan seseuatu. 
b. Motifasi yaitu dorongan dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu 
c. Tujuan yang ingin dicapai 
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa 
faktor-faktor yang mempengaruhi seseoarng dalam belajar adalah faktor 
yang berasal dari luar diri individu yang sedang belajar (eksternal) dan 
faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar tersebut 
(internal)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Senin, 08 November 2010
Teori belajar Gestalt
Teori belajar Gestalt 
Menurut teori Gestalt anak dipandang sebagai suatu keseluruhan,
yakni suatu organisme yang dinamis, yang senantiasa dalam keadaan
berintekrasi dengan dunia sekitarnya untuk mencapai tujuan-tujuannya.
Interaksi di sini dimaksudkan bahwa anak selalu menerima stimulus
(respon ) dari luar dirinya. Stimulus tersebut tidak diterimanya begitu saja,
melainkan ia melakukan seleksi sesuai dengan tujuannya, setelah itu
mereka bereaksi terhadap stimulus-stimulus itu dengan cara mengolanya.
Teori Gestalt di atas memberi implikasi kepada kita bahwa anak
(siswa) merupakan makluk yang aktif bukan pasif. Sesuai dengan teori ini,
maka dalam proses belajar mengajar di dalam kelas seluruh anak didik
(siswa) mesti dilibatkan secara aktif, baik mental maupun fisiknya, sebab
dengan cara yang demikian eksistensi mereka sebagai organisme yang
dinamis dapat tersalurkan secara maksimal.
Di dalam pengajaran Sosiologi, keterlibatan mental siswa secara
optimal juga sangat diharapkan sekali, agar tujuan pengajaran yang
dirumuskan dapat mencapai sasarannya. Di samping itu siswa lebih
memahami tentang fungsi dan kegunaan ilmu Sosiologi yang sebenarnya..
Teori Proses Informasi
Menurut Teori informasi, pengolahan informasi menjadi sistem
pengetahuan berlansung sebagai berikut:
: Informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang
indrawi), kemudian masuk short term memory (memori jangka pendek),
lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukan kedalam long term memory
(memori jangka panjang).
Berdasarkan teori di atas dapat dilihat bahwa sebelum terwujud
menjadi sistem pengetahuann terlebih dahulu informasi yang diterima
mengalami berbagai proses psikis dan mental dalam diri seseorang. Pada
mulanya stimulus-stimulus dari lingkungan nenghampiri alat-alat indra (
receptor). Seluruh sistem itulah yang disebut gudang indrawi.(M. Dimyati
Mahmud).disini informasi diseleksi dan diproses lebih lanjut untuk
dialihkan ke memori jangka pendek .Dalam memori jangka pendek
informasi hanya bertahan sebenatar, ia akan segera hhilang jika tidak
diproses lebih lanjut. Sebahagian dari memori jangka pendek yang telah
diproses lebih lanjut akan tersimpan menjadi memori jangka panjang, dan
inilah yang akan menjadi pengetahuan.
Pada umumnya informasi yang sudah tersimpan sebagai ingatan
jangka panjang tidak akan mudah hilang. Meskipun demikian menurut
R.M. Gegne (1977, hal. 55) sebahagian diantaranya juga tidak mudah
dipanggil kembali, karena adanya hambatan dari memori-memori yang
baru terdapat yang lama.
 
Ditinjau dari kepentingan belajar, yang paling pokok dari teori
informasi adalah pemrosesan informasi dari memori jangka pendek
menjadi memori jangka panjang, karena di sinilah sebenarnya sistem
pengetahuan terbentuk. Pada saat ini seseorang melakukan proses
elaborasi, yaitu kegiatan membandingkan, menganalisis, dan
mentranformasikan (Abizar, 1983, hal. 15). Proses yang berlangsung di
sini akan sangat menentukan sekali terhadap sifat informasi yang diterima:
dalam arti, apakah informasi itu akan bertahan lama dalam ingatan atau
tidak. Menurut Dimyati Mahmud (1989, hal. 138) cara seseorang
melakukan proses elaborasi ikut menentukan terhadap diingatnya kembali
informasi pada waktu lain. Oleh sebab itu perlu dicari suatu pendekatan
serta metode belajar mengajar yang tepat agar pemrosesan informasi dapat
berlangsung secara maksimal.
Pengertian Hasil Belajar
Pengertian belajar secara umum adalah suatu aktifitas yang
menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-
upaya yang dilakukan, perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan
faktor kelelahan (fatique), kematangan ataupun karena konsumsi obat
tertentu.
Winkel (1996:53) dalam bukunya psikologi pengajaran
mengemukakan rumusan sebagai berikut:
Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang
berlansung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
 
menghasilkan perubah-parubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubah-
perubahan itu dapat berupa hasil yang baru atau pula
penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh.
Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan belajar adalah
merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang untuk
mendapatkan pola tingkah laku yang diperlukan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Seseorang yang belajar tidak sama lagi keadaanya dengan
waktu sebelum belajar. Perubahan tersebut dapat berupa tingkatan,
pengetahuan, sikap, maupun aspek-aspek tingkah laku umum lainnya.
Hasil belajar merupakan umpan balik dari kegiatan proses belajar
mengajar. Sehubungan dengan hal tersebut maka Prayitno (1973:33)
mengatakan bahwa hasil belajar adalah suatu yang diperoleh, dikuasai atau
merupakan hasil dari adanya proses belajar. Jadi hasil belajar merupakan
hasil yang dicapai oleh siswa dan mengikuti program belajar dalam
rangaka menyelesaikan suatu program pendidikan. Hasil belajar yang
diperoleh siswa bukanlah hanya berdasarkan kemampuan intelektual siswa
semata, melainkan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
tersebut. Rober yang dikutip oleh Syahril (1987:29) menyatakan ada lima
macam kemampuan sebagai hasil belajar adalah:
a. Keterampilan intelektual
b. Strategi kognitif berupa kemampuan mengatur cara belajar dan berfikir
dalam arti yang luas termasuk dalam memecahkan masalah
c. Informasi fertikal berupa pengetahuan dalam arti fakta dan sebagainya
d. Keterampilan metodik
e. Sikap dan nilai
Hasil belajar siswa dapat dinyatakan secara kualitatif dan dapat
pula dinyatakan secara kuatitatif. Secara kualitatif hasil belajar dapat
diungkapkan dengan pernyataan sangat baik, baik, sedang, kurang dan
sebagainya. Sedangkan secara kuantitatif hasil belajar dapat di nyatakan
dengan angka-angka. Untuk mencapai hasil belajar yang baik dan
memuaskan memang sangat banyak faktor yang mempengaruhinya, di
antaranya adalah dari faktor guru dan diri siswa itu sendiri. Dalam hal ini
guru berkewajiban menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu
menunjang dan mendorong siswa untuk mengembangkan segala potensi
yang ada secara optimal, sehingga keberhasilan itu dapat diperoleh siswa
Hasil belajar merupakan umpan balik dari kegiatan proses belajar
mengajar, hasil belajar adalah beberapa bentuk prinsip perpaduan pola
tingkah laku dan nilai-nilai ideal dalam arti fakta-fakta, kecakapan yang
dicapai dan keterampilan.
Keberhasilan suatu kegiatan belajar dapat dilihat dari hasil belajar
setelah mengikuti usaha belajar. Hasil belajar merupakan dasar yang
digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa menguasai suatu
materi pelajaran. Manusia melakukan kegiatan belajar dengan berbagai
macam cara sesuai dengan keadaan. Bila seseorang telah melakukan
kegaiatan belajar maka dalam dirinya akan terjadi perubahan-perubahan
yang merupakan pernyataan perbuatan belajar, perubahan ini disebut
 
dengan hasil belajar. Perubahan-perubahan yang terjadi pada proses
belajar meliputi perubahan kognitif (pengetahuan), afektif (rasa), dan
psikomotor (tingkah laku). Hasil belajar sesuai dengan tujuan dan bidang
tertentu dapat diukur atau diketahui dengan mengadakan penelitian atau
evaluasi yang meunjukan sudah sejauh mana suatu kemampuan telah
tercapai.
Seseorang dapat dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah terjadi
perubahan tingkah laku dalam dirinya. Menurut Djamarah (2000:96)
indikator dari proses belajar mengajar itu dianggap berhasil adalah:
a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarakan mencapai
prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b. Prilaku yang digariskan dalam Tujuan Belajar Khusus (TPK) telah
dicapai oleh anak didik baik secara individual maupun kelompok
Dalam hal ini Djamarah juga menjelaskan beberapa tingkat
keberhasilan dari suatu proses belajar mengajar yaitu:
a. Istimewa atau maksimal. Apabila seluruh bahan pelajaran dapat
dikuasai oleh seluruh anak didik
b. Baik sekali (optimal). Apabila sebagian besar (76%-94%) bahan
pelajaran dikuasai anak didik.
c. Baik (minimal). Apabila bahan pelajaran dikuasai anak didik hanya
66%-75%
d. Kurang. Apabila bahan pelajaran dikuasai anak didik kurang dari 65%.
Kriteria penilaian hasil belajar:
10,0 : istimewa
7,6-9,9 : baik sekali
6,6-7,5 : baik
0-6,5 : kurang
 
Sementara itu Abu Ahmadi (1991:130-139) menyebutkan bahwa
prestasi belajar adalah perestasi belajar yang dicapai oleh seorang individu
merupakan proses hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri maupun dari luar individu,
tergolong faktor internal adalah:
a. Faktor jasmani (psikologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh di lapangan yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,
pendengaran dan struktur tubuh
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh di
lapangan.
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
Yang tergolong faktor eksternal adalah:
a. Faktor sosial yang terdiri dari:
- Lingkungan keluarga
- Lingkungan sekolah
- Lingkungan masyarakat
- Lingkungan kelompok
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian
 
c. Faktar lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar
d. Faktor lingkungan spritual dan keagamaan
Sebab yang ditimbulkan oleh prestasi yang diperoleh siswa dapat
meningkatkan minat siswa dalam belajar dan siswa memiliki gairah dan
kebahagiaan serta motivasi yang kuat dalam kegiatan belajar mengajar
yang terdahulu diantaranya yang dikemukakan oleh Lismawati (2004)
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motifasi dengan hasil
belajar yang diperoleh siswa. Hal ini diperkuat oleh Prayitno (1984:10)
bahwa siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akan
menampakan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-
tugas belajar. Selanjutnya penelitian Emilda (2002) mengatakan bahwa
terdapat kontribusi yang berarti antara cara belajar dengan hasil belajar
siswa, hal ini diperkuat oleh Slameto (1995:89) bahwa cara belajar adalah
metode atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu,
untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan
belajar itu sendiri
Tujuan Hasil Belajar
Hasil belajar dapat diukur melalui tes atau penilaian hasil belajar
dan nilainya diketahui dalam bentuk angka atau huruf. Penilaian hasil
belajar memiliki tujuan sendiri dalam pembelajaran. Menurut Arikunto
(1998:7) menyatakan bahwa :
“Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk dapat
mengetahui siswa-siswi mana yang berhak melanjutklan
pembelajarannya karena sudah berhasil menguasai materi
 
dan dan apakah metoda mengajar yang digunakan sudah
tepat atau belum”.
Tujuan mata pelajaran Sosiologi adalah: Mata pelajaran Sosiologi
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok
sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik
sampai dengan terciptanya integrasi sosial.
b. Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial dalam
kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar sehingga pada akhirnya
guru bisa mengetahui metoda dan pendekatan mana yang lebih baik untuk
siswa pada proses pembelajaran selanjutnya. Dalam proses belajar
pembelajaran diharapkan terjadi interaksi yang dapat mengembangkan
serta melibatkan anak didik secara aktif agar mereka mampu mengelola,
menggunakan dan mengkomuniukasikan perolehan pengetahuan dari
proses yang telah mereka lalui.
Cara Memperoleh Hasil Belajar
Dalam memperoleh hasil belajar yang optimal diperlukan belajar
dengan giat dan tekun atau dengan semangat yang tinggi. Caranya adalah
yang dikemukakan oleh Tabrani (1995:57) yaitu :
 
a. Perencanan
1) Menetapkan tujuan dan target
Di dalam belajar siswa harus tahun betul tujuan dari
belajar, dan siswa harus mampu untuk mencapai
tujuan tersebut dengan baik dan sukses dalam
belajar, sehingga didapatkan hasil yang maksimum
bukan minimum.
2) Waktu-waktu produktif untuk belajar
Untuk mendapatkan hasil yang baik maka seorang
siswa harus mengetahui waktu-waktu yang
produktif untuk belajar, misalnya setelah sholat
subuh atau di tengah malam di saat sunyi dan
sebagainya
3) Menentukan langkah-langkah menyusun jadwal
Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah
kegaitan yang akan dilaksanakans etiap hari,
Slameto (1995:85). Adapun cara pembuatan jadwal
yang baik menurut Kartono (1985:17) adalah :
a) Tetapkan waktu untuk kegiatan yang telah
diketahui
b) Cara waktu yang baik untuk belajar
c) Sediakan waktu untuk istirahat secukupnya
d) Susunlah acara dari minggu yang berbeda
dengan hari yang lain
4) Rekreasi
Beraktifitas setiap hari tentu akan menimbulkan
kejenuhan, untuk menghilangkan kejenuhan
tersebut tidak ada salahnya jika siswa meluangkan
waktunya untuk berekreasi sekali satu bulan atau
sekali seminggu.
b. Menerima pelajaran di kelas
1) Pentingnya hadir di kelas
Kehadiran siswa di kelas juga akan berpengaruh
terhadap hasuil belajar mengajar, apabila siswa
hadir di kelas maka banyak yang akan didapat oleh
siswa. Di dalam proses mengajar paling sedikit ada
lima hal yang bisa kita ingat dalam panca indra kita
yaitu melihat, mendengar, melakukan, merasakan
dan mengetahui. Menurut Tabrani (1995:65) kita
melihat maka kita akan mengerti dan mudah
mengingatnya, begitu pula jika membaca maka
rekaman peristiwa terbentuk di otak kita melalui
proses melihat, melakukan merupakan proses yang
lebih bisa diingat dari proses melihat dan
mendengar.
 
2) Buku catatan
Untuk melengkapi pemahaman tentang materi yang
diajarkan guru, siswa hendaknya menyiapkan buku
catatn dan mencatat penjelasan guru sehingga dapat
diulang kembali di rumah.
Dapat disimpulkan bahwa cara belajar adalah kecendrungan siswa
berbuat dalam proses belajar dengan aturan atau strategi tertentu yang
dilakukan berulang-ulang untuk memperoleh hasil belajar yang
diinginkan. Dengan adanya cara belajar yang baiak maka akan diperoleh
nilai yang baik sehingga dapat dikatakan apa yang telah dilakukan dalam
PBM itu efektif.
Metode dan media yang dipakai dalam pembelajaran Sosiologi
adalah:
a. Metode
Metode pembelajaran erat kaitannya dengan pemilihan strategi
pembelajaran yang paling efesien dan efektif dalam memberikan
pengalaman belajar yang diperlukan untuk membentuk kompetensi
dasar. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan guru dalam
melakukan proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi, yang
dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk mencapai
tujuan. Dalam hal ini guru diharapkan dapat memilih dan
menggunakan berbagai metode pembelajaran yang dapat
menumbuhkan aktifitas dan kreatifitas peserta didik.
Menurut Mulyasa (2005: 95-96), sedikitnya terdapat dua
pendekatan dalam pembelajaran yang perlu dipahami guru untuk dapat
 
mengajar dengan baik, yaitu pendekatan kompetensi, pendekatan
keterampilan tematik. Sedangkan metode pembelajaran yang dapat
digunakan yaitu: metode demostrasi, metode inguiri, metode discoveri,
metode eksperimen, metode problem salving, metode perolehan
konsep, metode penugasan, ceramah, karya wisata dan metode diskusi.
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran sosiologi hendaknya
dimulai dari pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi
(contextual problem). Melalui masalah kontekstual, peserta didik
secara bertahap dibimbng dan diarahkan untuk memahami fakta,
menguasai konsep dan prinsip sosiologi serta menerapkan dalam
pemecahan masalah. Pemahaman pembelajaran sosiologi lebih
menarik apabila disampaikan dengan metode yang inovatif diantaranya
menggunakan teknologi dan komunikasi seperti komputer/multi media
lainnya.
b. Media /sumber belajar
Proses pembelajaran membutuhkan media yang digunakan
sebagai media pengajaran, yang merupakan bagian dari saran dan
sumber belajar yang sangat membantu siswa dalam mencapai tujuan
pengajaran, media pengajaran berfungsi memudahkan terjadinya
proses belajar mengajar.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam
proses pembelajaran, yang dapat berupa buku teks, media cetak, media
elektronik, nara sumber, lingkungan fisik, alam, sosial dan budaya.
 
(KTSP Depdiknas, 2007:37). Sumber belajar dalam mata pelajaran
sosiologi dapat berupa media cetak dan elektronik, lingkungan sekitar
seperti melakukan observasi dan wawancara dan studi kepustakaan.
Dalam pengembangan sumber belajar, guru harus mampu
membuat sendiri alat pembelajaran, juga harus berinisiatif
mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar yang lebih
konkrit. Penentuan sumber belajar berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, indikator kompetensi, serta materi pokok dan
kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian antara metode dengan hasil belajar saling
berkaitan karena yang menggunakan metode membaca dalam proses
belajar adalah siswa. Selaras dengan teori behavioristik belajar adalah
perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu bila
ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Misalnya seorang
siswa belum bisa membaca maka iapun keras belajar, betatapun
gurunya berusaha sebaik mungkn mengajar atau bahkan ia sudah hafal
huruf A sampai Z diluar kepala, namun bila siswa itu gagal
mendemontrasikan kemampuannya dalam membaca, maka siswa itu
belum bisa.
c. Penilaian
Untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik telah melakukan
kompetensi dasar perlu dikembangkan suatu sistem penilaian. Sistem
penilaian yang dilakukan harus mencakup seluruh kompetensi dasar
 
dan menggunakan indikator yang ditetapkan oleh guru. Sitem
penilaian yang dirancang adalah sistem penilaian yang dirancang
adalah sistem penilaian yang berkelanjutan, dan menyeluruh.
Sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
berbasis kompetensi penilaian hendaknya dilakukan berdasarkan apa
yang dilakukan oleh peserta didik selama proses belajar mengajar dan
pembentukan kompetensi. Penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan tas dan non tes dalam bentuk tertulis, maupun lisan ,
pengamatan kerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa
tugas, penggunan portofolio, dan penilain diri. (BSNP , 2006: 10 )
Sementara jenis tagihan dapat digunakan antara lain dalam
pembelajaran sosiologi adalah: kuis, pertanyaan lisan , ulangan harian,
ulangan tengah semester (UTS) ulangan semester (US), responsi dan
tugas kelompok, tugas individu, dan laporan. Teknik penilaian dan
bentuk instrumen yand digunakan antara lain adalah: tes tulis, tes lisan,
tes unjuk kerja, penugasan, observasi, wawancara, portofolio, dan
penilaian diri.
7. Pemberian Latihan
Ada banyak acuan yang dapat di kemukakan mengapa dalam
proses belajar khususnya mata pelajaran Sosiologi siswa perlu diberi tugas
secara teratur. Alasan yang penting, sesuai dan memadai adalah untuk
memberi peranan aktif kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Di
 
samping itu untuk memotivasi siswa supaya belajar lebih lanjut dengan
cara memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan materi
yang sudah di pelajari dikelas.
Menurut Sujono (1989) dalam Niladarni (1996:13) menyatakan
bahwa tugas adalah suatu kegiatan integral dari seluruh proses belajar
karena harus ditangani dengan sebaik-baiknya. Uraian selanjutnya di
rancang untuk membantu guru agar dapat memusatkan perhatiannya pada
aspek utama dari tugas rumah dan kemudian dirumuskan rencana
perseorangan. Dari pengertian di atas dapat penulis ambil kesimpulan
bahwa yang di maksud dengan tugas adalah suatu kegiatan yang dilakukan
di luar kegiatan intrakulikuler yang merupakan bagian integral dari seluruh
kegiatan proses belajar mengajar yang harus di tangani dengan sebaik-
baiknya. Yang bertujuan untuk mendalami dan menghayati tentang apa
yang telah di pelajari pada kegiatan intrakulikuler. Metode pemberian
latihan sebagai salah satu metode mengajar yang banyak memberikan
keuntungan dan pencapaian tujuan pelajaran sebagai mana yang di
kemukakan oleh tim Didaktik metodik IKIP Surabaya (1981:58)
menyatakan bahwa tujuan yang ingin di capai dari metode pemberian
latihan adalah:
a. Meransang siswa agar berusaha lebih baik, memupuk inisiatif,
bertanggung jawab dan berdiri sendiri
b. Membawa kegiatan-kegiatan sekolah yang berharga kepada minat
siswa
 
c. Memperkaya pengalaman-pengalaman sekolah dengan memulai
kegiatan-kegiatan di luar kelas
d. Memperkuat hasil belajar di sekolah dengan menyelenggarakan
latihan-latihan yang perlu integrasi dan penggunaannya.
Menurut Roestiah (1982:42) metode pemberian latihan lebih baik karena:
a. Mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri suatu masalahh
dengan jalan mencoba sendiri, mengerjakan soal sendiri, mencoba
sendiri.
b. Membiasakan anak-anak berfikir dan membandingkan dan mencari
hukum.
c. Melatih anak berhadapan dengan persoalan,tidak hanya hafalan
d. Mengembangkan inisiatif serta tanggung jawab dari siswa terhadap
penggunaan dan pengetahuan informasi atau pengetahuan dalam
menghadapi masalah yang aktual (sehari-hari)
Alipandie (1984:91) menyatakan bahwa metode pemberian latihan
tepat digunakan apabila:
1. Guru mengharapkan agar pengetahuan yang diterima siswa lebih
lengkap
2. Guru ingin mengaktifkan dalam mempelajari sendiri, suatu masalah
dengan membaca sendiri, mengerjakan sendiri, soal-soal dan mencoba
sendiri pengetahuan yang dimilikinya.
Menurut Zainuzir (2002:15) bahwa pengertian pemberian latihan
adalah: suatu kegiatan yang dilakuakan diluar kegiatan intrakurikuler yang
 
bertujuan untuk mendalami dan menghayati apa yang telah dipelajari pada
kegiatan intakurikuler.
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
pemberian latihan adalah suatu kegiatan yang diberikan oleh seorang guru
yang dilaksanakan diluar kegiatan intrakulikuler yang merupakan kegiatan
integral dari sejumlah kegiatan proses belajar mengajar yang bertujuan
untuk mendalami dan menghayati tentang materi yang telah dipelajari.
Faktor yang mempengaruhi pemberian latihan oleh guru adalah untuk
mengetahui sejauh mana siswa tersebut dapat memahami mata pelajaran
yang telah disampaikan oleh guru. Faktor lain yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan siswa terhadap konsep-konsep yang diberikan oleh guru.
Syaril dan Ahmad (Niladarni 1996:20) menyebutkan bahwa
kegunaan pemberian latihan adalah:
a. Siswa dapat memahami dirinya sendiri baik kelebihannya maupun
kekurangannya
b. Siswa dapat memperoleh dan memperluas materi yang dipelajarinya
c. Cara-cara belajar yang dialami siswa.
Selanjutnya Imansyah (Niladarni 1996:2000) mengemukakan
bahwa kegunaan pemberian latihan adalah sebagai berikut:
a. Anak-anak menjadi terbiasa mengisi waktu senggangnya dengan hal-
hal yang positif
 
b. Memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri atas segala tugas yang
dikerjakan, sebab metode ini sekaligus juga mengharuskan murid
untuk mempertanggung jawabkan hasil kerjanya kepada guru.
c. Melatih siswa untuk berfikir kritis, tekun, giat dan rajin dalam belajar.
d. Pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar lebih mendalam
dan lebih tersimpan dalam ingatan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegunaan dari
pemberian latiahan adalah dapat mendorong siswa untuk aktif dalam
belajar dan mengembangkan daya pikir siswa.
Belajar merupakan satu kebutuhan yang dirasakan sebagai suatu
keharusan untuk dipenuhi sepanjang usia manusia, sejak lahir hingga akhir
hayatnya. Secara umum belajar merupakan suetu proses perubahan tingkah
laku pada diri seseorang. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan,
keterampilan dan sikap, kebiasaan.perubahan tingkah laku dalam belajar
ini adalah perubahan ke arah yang lebih baik bagi siswa-siswi yang
dikemukakan oleh Sudjana (1989:28) bahwa belajar adalah:
Suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang, perubahan sebagai hasil belajar dapat
ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah
lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya,
daya reaksinya dari lain-lain aspek yang ada pada individu.
Slameto (1995:11) mengartikan bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
 
Seperti yang di ungkapkan oleh Dohar (1989:11) bahwa untuk
mengukur belajar kita membandingkan cara organisme itu berprilaku pada
waktu yang satu dan waktu yang kedua dalam suasana yang serupa. Bila
prilaku dalam suasana serupa itu berbeda untuk kedua waktu itu maka
dapat disimpulkan bahwa belajar telah terjadi.
Selain itu orang yang belajar mempunyai ciri-ciri perubahan
tingkah laku seperti yang dikemukan oleh Slameto (1995:3) yaitu:
a. Perubahan yang terjadi secara standar
b. Perubahan dalam belajar terjadi bersifat kontinu dan fungsional
c. Perubahan dalam belajar bersifat tetap
d. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif
e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
f. Perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku
Suatu lingkungan belajar pada dasarnya merupakan suatu sistem
yang meliputi komponen-komponen tujuan, siswa, guru dan sarana
penunjang. Dalam interaksi belajar-mengajar tersebut ada beberapa
komponen yang harus dipenuhi seperti yang dinyatakan oleh Soetomo
(1993:11) bahwa komponen-komponen yang harus dipenuhi dalam
interaksi belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1. Tujuan interaksi belajar-mengajar yang diharapkan
2. Bahan atau pesan yang akan disampaikan kepada siswa
3. Pendidik atau anak didik
4. Alat atau sarana yang digunakan untuk menunjang tercapainya tujuan
 
5. Metode yang digunakan untuk menyampaikan bahan atau materi
6. Situasi lingkungan untuk menyampaikan bahan agar tercapainya tujuan
Mengajar dapat diartikan sebagai penciptaan suatu sistem
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Guru sebagai salah satu komponan proses belajar mengajar, adalah
pelaksana atau penyelenggara dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam
proses belajar-mengajar diharapkan terjadi interaksi yang dapat
mengembangkan serta melibatkan anak didik secara aktif agar mereka
mampu mengelola, menggunakan dan mengkomunikasikan perolehan
pengetahuan dari proses yang telah mereka lalui.
Dalam belajar ada beberapa hal yang dapat menghambat dan
mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan belajar atau disebut
juga dengan hal-hal yang mempengaruhi seseorang dalam belajar. Hal-hal
yang mempengaruhi seseorang dalam belajar dapar berupa pendorong
ataupun penghambat yang berasal dari diri orang yang sedang belajar
(internal) dan dari luar diri orang yang sedang belajar tersebut (eksternal).
Menurut Slameto (1995:54) bahwa faktor internal yang
mempengaruhi seseorang dalam belajar adalah:
1. Faktor jasmanih seperti kesehatan dan cacat tubuh
2. Faktor psikologis seperti intelegensi, perhatian, minat, motif,
kematangan dan kesiapan
3. Faktor kelelahan seperti jasmani dan kelelahan rohani
 
Selanjutnya Slameto (1995:60) menyatakan bahwa faktor
eksternal yang mempengaruhi kondisi belajar adalah:
1. Faktor keluarga seperti cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan pengertian
orang tua serta tingkat pendidikan orang tua
2. Faktor sekolah seperti metode mengajar, kurikulum, relasi antar guru
dengan siswa, siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah
3. Faktor masyarakat seperti kegiatan siswa dalam masyarakat,mass
media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat
Sedangkan menurut Ali (1984:61) ada tiga faktor yang mendorong
seseorang untuk melakukan proses belajar yaitu:
a. Kesiapan (readines) yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk
melakukan seseuatu.
b. Motifasi yaitu dorongan dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu
c. Tujuan yang ingin dicapai
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi seseoarng dalam belajar adalah faktor
yang berasal dari luar diri individu yang sedang belajar (eksternal) dan
faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar tersebut
(internal)
Menurut teori Gestalt anak dipandang sebagai suatu keseluruhan,
yakni suatu organisme yang dinamis, yang senantiasa dalam keadaan
berintekrasi dengan dunia sekitarnya untuk mencapai tujuan-tujuannya.
Interaksi di sini dimaksudkan bahwa anak selalu menerima stimulus
(respon ) dari luar dirinya. Stimulus tersebut tidak diterimanya begitu saja,
melainkan ia melakukan seleksi sesuai dengan tujuannya, setelah itu
mereka bereaksi terhadap stimulus-stimulus itu dengan cara mengolanya.
Teori Gestalt di atas memberi implikasi kepada kita bahwa anak
(siswa) merupakan makluk yang aktif bukan pasif. Sesuai dengan teori ini,
maka dalam proses belajar mengajar di dalam kelas seluruh anak didik
(siswa) mesti dilibatkan secara aktif, baik mental maupun fisiknya, sebab
dengan cara yang demikian eksistensi mereka sebagai organisme yang
dinamis dapat tersalurkan secara maksimal.
Di dalam pengajaran Sosiologi, keterlibatan mental siswa secara
optimal juga sangat diharapkan sekali, agar tujuan pengajaran yang
dirumuskan dapat mencapai sasarannya. Di samping itu siswa lebih
memahami tentang fungsi dan kegunaan ilmu Sosiologi yang sebenarnya..
Teori Proses Informasi
Menurut Teori informasi, pengolahan informasi menjadi sistem
pengetahuan berlansung sebagai berikut:
: Informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang
indrawi), kemudian masuk short term memory (memori jangka pendek),
lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukan kedalam long term memory
(memori jangka panjang).
Berdasarkan teori di atas dapat dilihat bahwa sebelum terwujud
menjadi sistem pengetahuann terlebih dahulu informasi yang diterima
mengalami berbagai proses psikis dan mental dalam diri seseorang. Pada
mulanya stimulus-stimulus dari lingkungan nenghampiri alat-alat indra (
receptor). Seluruh sistem itulah yang disebut gudang indrawi.(M. Dimyati
Mahmud).disini informasi diseleksi dan diproses lebih lanjut untuk
dialihkan ke memori jangka pendek .Dalam memori jangka pendek
informasi hanya bertahan sebenatar, ia akan segera hhilang jika tidak
diproses lebih lanjut. Sebahagian dari memori jangka pendek yang telah
diproses lebih lanjut akan tersimpan menjadi memori jangka panjang, dan
inilah yang akan menjadi pengetahuan.
Pada umumnya informasi yang sudah tersimpan sebagai ingatan
jangka panjang tidak akan mudah hilang. Meskipun demikian menurut
R.M. Gegne (1977, hal. 55) sebahagian diantaranya juga tidak mudah
dipanggil kembali, karena adanya hambatan dari memori-memori yang
baru terdapat yang lama.
Ditinjau dari kepentingan belajar, yang paling pokok dari teori
informasi adalah pemrosesan informasi dari memori jangka pendek
menjadi memori jangka panjang, karena di sinilah sebenarnya sistem
pengetahuan terbentuk. Pada saat ini seseorang melakukan proses
elaborasi, yaitu kegiatan membandingkan, menganalisis, dan
mentranformasikan (Abizar, 1983, hal. 15). Proses yang berlangsung di
sini akan sangat menentukan sekali terhadap sifat informasi yang diterima:
dalam arti, apakah informasi itu akan bertahan lama dalam ingatan atau
tidak. Menurut Dimyati Mahmud (1989, hal. 138) cara seseorang
melakukan proses elaborasi ikut menentukan terhadap diingatnya kembali
informasi pada waktu lain. Oleh sebab itu perlu dicari suatu pendekatan
serta metode belajar mengajar yang tepat agar pemrosesan informasi dapat
berlangsung secara maksimal.
Pengertian Hasil Belajar
Pengertian belajar secara umum adalah suatu aktifitas yang
menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-
upaya yang dilakukan, perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan
faktor kelelahan (fatique), kematangan ataupun karena konsumsi obat
tertentu.
Winkel (1996:53) dalam bukunya psikologi pengajaran
mengemukakan rumusan sebagai berikut:
Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang
berlansung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubah-parubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubah-
perubahan itu dapat berupa hasil yang baru atau pula
penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh.
Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan belajar adalah
merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang untuk
mendapatkan pola tingkah laku yang diperlukan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Seseorang yang belajar tidak sama lagi keadaanya dengan
waktu sebelum belajar. Perubahan tersebut dapat berupa tingkatan,
pengetahuan, sikap, maupun aspek-aspek tingkah laku umum lainnya.
Hasil belajar merupakan umpan balik dari kegiatan proses belajar
mengajar. Sehubungan dengan hal tersebut maka Prayitno (1973:33)
mengatakan bahwa hasil belajar adalah suatu yang diperoleh, dikuasai atau
merupakan hasil dari adanya proses belajar. Jadi hasil belajar merupakan
hasil yang dicapai oleh siswa dan mengikuti program belajar dalam
rangaka menyelesaikan suatu program pendidikan. Hasil belajar yang
diperoleh siswa bukanlah hanya berdasarkan kemampuan intelektual siswa
semata, melainkan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
tersebut. Rober yang dikutip oleh Syahril (1987:29) menyatakan ada lima
macam kemampuan sebagai hasil belajar adalah:
a. Keterampilan intelektual
b. Strategi kognitif berupa kemampuan mengatur cara belajar dan berfikir
dalam arti yang luas termasuk dalam memecahkan masalah
c. Informasi fertikal berupa pengetahuan dalam arti fakta dan sebagainya
d. Keterampilan metodik
e. Sikap dan nilai
Hasil belajar siswa dapat dinyatakan secara kualitatif dan dapat
pula dinyatakan secara kuatitatif. Secara kualitatif hasil belajar dapat
diungkapkan dengan pernyataan sangat baik, baik, sedang, kurang dan
sebagainya. Sedangkan secara kuantitatif hasil belajar dapat di nyatakan
dengan angka-angka. Untuk mencapai hasil belajar yang baik dan
memuaskan memang sangat banyak faktor yang mempengaruhinya, di
antaranya adalah dari faktor guru dan diri siswa itu sendiri. Dalam hal ini
guru berkewajiban menciptakan kegiatan belajar mengajar yang mampu
menunjang dan mendorong siswa untuk mengembangkan segala potensi
yang ada secara optimal, sehingga keberhasilan itu dapat diperoleh siswa
Hasil belajar merupakan umpan balik dari kegiatan proses belajar
mengajar, hasil belajar adalah beberapa bentuk prinsip perpaduan pola
tingkah laku dan nilai-nilai ideal dalam arti fakta-fakta, kecakapan yang
dicapai dan keterampilan.
Keberhasilan suatu kegiatan belajar dapat dilihat dari hasil belajar
setelah mengikuti usaha belajar. Hasil belajar merupakan dasar yang
digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa menguasai suatu
materi pelajaran. Manusia melakukan kegiatan belajar dengan berbagai
macam cara sesuai dengan keadaan. Bila seseorang telah melakukan
kegaiatan belajar maka dalam dirinya akan terjadi perubahan-perubahan
yang merupakan pernyataan perbuatan belajar, perubahan ini disebut
dengan hasil belajar. Perubahan-perubahan yang terjadi pada proses
belajar meliputi perubahan kognitif (pengetahuan), afektif (rasa), dan
psikomotor (tingkah laku). Hasil belajar sesuai dengan tujuan dan bidang
tertentu dapat diukur atau diketahui dengan mengadakan penelitian atau
evaluasi yang meunjukan sudah sejauh mana suatu kemampuan telah
tercapai.
Seseorang dapat dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah terjadi
perubahan tingkah laku dalam dirinya. Menurut Djamarah (2000:96)
indikator dari proses belajar mengajar itu dianggap berhasil adalah:
a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarakan mencapai
prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b. Prilaku yang digariskan dalam Tujuan Belajar Khusus (TPK) telah
dicapai oleh anak didik baik secara individual maupun kelompok
Dalam hal ini Djamarah juga menjelaskan beberapa tingkat
keberhasilan dari suatu proses belajar mengajar yaitu:
a. Istimewa atau maksimal. Apabila seluruh bahan pelajaran dapat
dikuasai oleh seluruh anak didik
b. Baik sekali (optimal). Apabila sebagian besar (76%-94%) bahan
pelajaran dikuasai anak didik.
c. Baik (minimal). Apabila bahan pelajaran dikuasai anak didik hanya
66%-75%
d. Kurang. Apabila bahan pelajaran dikuasai anak didik kurang dari 65%.
Kriteria penilaian hasil belajar:
10,0 : istimewa
7,6-9,9 : baik sekali
6,6-7,5 : baik
0-6,5 : kurang
Sementara itu Abu Ahmadi (1991:130-139) menyebutkan bahwa
prestasi belajar adalah perestasi belajar yang dicapai oleh seorang individu
merupakan proses hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri maupun dari luar individu,
tergolong faktor internal adalah:
a. Faktor jasmani (psikologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh di lapangan yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,
pendengaran dan struktur tubuh
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh di
lapangan.
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
Yang tergolong faktor eksternal adalah:
a. Faktor sosial yang terdiri dari:
- Lingkungan keluarga
- Lingkungan sekolah
- Lingkungan masyarakat
- Lingkungan kelompok
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian
c. Faktar lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar
d. Faktor lingkungan spritual dan keagamaan
Sebab yang ditimbulkan oleh prestasi yang diperoleh siswa dapat
meningkatkan minat siswa dalam belajar dan siswa memiliki gairah dan
kebahagiaan serta motivasi yang kuat dalam kegiatan belajar mengajar
yang terdahulu diantaranya yang dikemukakan oleh Lismawati (2004)
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motifasi dengan hasil
belajar yang diperoleh siswa. Hal ini diperkuat oleh Prayitno (1984:10)
bahwa siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akan
menampakan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-
tugas belajar. Selanjutnya penelitian Emilda (2002) mengatakan bahwa
terdapat kontribusi yang berarti antara cara belajar dengan hasil belajar
siswa, hal ini diperkuat oleh Slameto (1995:89) bahwa cara belajar adalah
metode atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu,
untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan
belajar itu sendiri
Tujuan Hasil Belajar
Hasil belajar dapat diukur melalui tes atau penilaian hasil belajar
dan nilainya diketahui dalam bentuk angka atau huruf. Penilaian hasil
belajar memiliki tujuan sendiri dalam pembelajaran. Menurut Arikunto
(1998:7) menyatakan bahwa :
“Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk dapat
mengetahui siswa-siswi mana yang berhak melanjutklan
pembelajarannya karena sudah berhasil menguasai materi
dan dan apakah metoda mengajar yang digunakan sudah
tepat atau belum”.
Tujuan mata pelajaran Sosiologi adalah: Mata pelajaran Sosiologi
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok
sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik
sampai dengan terciptanya integrasi sosial.
b. Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial dalam
kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar sehingga pada akhirnya
guru bisa mengetahui metoda dan pendekatan mana yang lebih baik untuk
siswa pada proses pembelajaran selanjutnya. Dalam proses belajar
pembelajaran diharapkan terjadi interaksi yang dapat mengembangkan
serta melibatkan anak didik secara aktif agar mereka mampu mengelola,
menggunakan dan mengkomuniukasikan perolehan pengetahuan dari
proses yang telah mereka lalui.
Cara Memperoleh Hasil Belajar
Dalam memperoleh hasil belajar yang optimal diperlukan belajar
dengan giat dan tekun atau dengan semangat yang tinggi. Caranya adalah
yang dikemukakan oleh Tabrani (1995:57) yaitu :
a. Perencanan
1) Menetapkan tujuan dan target
Di dalam belajar siswa harus tahun betul tujuan dari
belajar, dan siswa harus mampu untuk mencapai
tujuan tersebut dengan baik dan sukses dalam
belajar, sehingga didapatkan hasil yang maksimum
bukan minimum.
2) Waktu-waktu produktif untuk belajar
Untuk mendapatkan hasil yang baik maka seorang
siswa harus mengetahui waktu-waktu yang
produktif untuk belajar, misalnya setelah sholat
subuh atau di tengah malam di saat sunyi dan
sebagainya
3) Menentukan langkah-langkah menyusun jadwal
Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah
kegaitan yang akan dilaksanakans etiap hari,
Slameto (1995:85). Adapun cara pembuatan jadwal
yang baik menurut Kartono (1985:17) adalah :
a) Tetapkan waktu untuk kegiatan yang telah
diketahui
b) Cara waktu yang baik untuk belajar
c) Sediakan waktu untuk istirahat secukupnya
d) Susunlah acara dari minggu yang berbeda
dengan hari yang lain
4) Rekreasi
Beraktifitas setiap hari tentu akan menimbulkan
kejenuhan, untuk menghilangkan kejenuhan
tersebut tidak ada salahnya jika siswa meluangkan
waktunya untuk berekreasi sekali satu bulan atau
sekali seminggu.
b. Menerima pelajaran di kelas
1) Pentingnya hadir di kelas
Kehadiran siswa di kelas juga akan berpengaruh
terhadap hasuil belajar mengajar, apabila siswa
hadir di kelas maka banyak yang akan didapat oleh
siswa. Di dalam proses mengajar paling sedikit ada
lima hal yang bisa kita ingat dalam panca indra kita
yaitu melihat, mendengar, melakukan, merasakan
dan mengetahui. Menurut Tabrani (1995:65) kita
melihat maka kita akan mengerti dan mudah
mengingatnya, begitu pula jika membaca maka
rekaman peristiwa terbentuk di otak kita melalui
proses melihat, melakukan merupakan proses yang
lebih bisa diingat dari proses melihat dan
mendengar.
2) Buku catatan
Untuk melengkapi pemahaman tentang materi yang
diajarkan guru, siswa hendaknya menyiapkan buku
catatn dan mencatat penjelasan guru sehingga dapat
diulang kembali di rumah.
Dapat disimpulkan bahwa cara belajar adalah kecendrungan siswa
berbuat dalam proses belajar dengan aturan atau strategi tertentu yang
dilakukan berulang-ulang untuk memperoleh hasil belajar yang
diinginkan. Dengan adanya cara belajar yang baiak maka akan diperoleh
nilai yang baik sehingga dapat dikatakan apa yang telah dilakukan dalam
PBM itu efektif.
Metode dan media yang dipakai dalam pembelajaran Sosiologi
adalah:
a. Metode
Metode pembelajaran erat kaitannya dengan pemilihan strategi
pembelajaran yang paling efesien dan efektif dalam memberikan
pengalaman belajar yang diperlukan untuk membentuk kompetensi
dasar. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan guru dalam
melakukan proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi, yang
dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk mencapai
tujuan. Dalam hal ini guru diharapkan dapat memilih dan
menggunakan berbagai metode pembelajaran yang dapat
menumbuhkan aktifitas dan kreatifitas peserta didik.
Menurut Mulyasa (2005: 95-96), sedikitnya terdapat dua
pendekatan dalam pembelajaran yang perlu dipahami guru untuk dapat
mengajar dengan baik, yaitu pendekatan kompetensi, pendekatan
keterampilan tematik. Sedangkan metode pembelajaran yang dapat
digunakan yaitu: metode demostrasi, metode inguiri, metode discoveri,
metode eksperimen, metode problem salving, metode perolehan
konsep, metode penugasan, ceramah, karya wisata dan metode diskusi.
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran sosiologi hendaknya
dimulai dari pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi
(contextual problem). Melalui masalah kontekstual, peserta didik
secara bertahap dibimbng dan diarahkan untuk memahami fakta,
menguasai konsep dan prinsip sosiologi serta menerapkan dalam
pemecahan masalah. Pemahaman pembelajaran sosiologi lebih
menarik apabila disampaikan dengan metode yang inovatif diantaranya
menggunakan teknologi dan komunikasi seperti komputer/multi media
lainnya.
b. Media /sumber belajar
Proses pembelajaran membutuhkan media yang digunakan
sebagai media pengajaran, yang merupakan bagian dari saran dan
sumber belajar yang sangat membantu siswa dalam mencapai tujuan
pengajaran, media pengajaran berfungsi memudahkan terjadinya
proses belajar mengajar.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam
proses pembelajaran, yang dapat berupa buku teks, media cetak, media
elektronik, nara sumber, lingkungan fisik, alam, sosial dan budaya.
(KTSP Depdiknas, 2007:37). Sumber belajar dalam mata pelajaran
sosiologi dapat berupa media cetak dan elektronik, lingkungan sekitar
seperti melakukan observasi dan wawancara dan studi kepustakaan.
Dalam pengembangan sumber belajar, guru harus mampu
membuat sendiri alat pembelajaran, juga harus berinisiatif
mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar yang lebih
konkrit. Penentuan sumber belajar berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, indikator kompetensi, serta materi pokok dan
kegiatan pembelajaran.
Dengan demikian antara metode dengan hasil belajar saling
berkaitan karena yang menggunakan metode membaca dalam proses
belajar adalah siswa. Selaras dengan teori behavioristik belajar adalah
perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu bila
ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Misalnya seorang
siswa belum bisa membaca maka iapun keras belajar, betatapun
gurunya berusaha sebaik mungkn mengajar atau bahkan ia sudah hafal
huruf A sampai Z diluar kepala, namun bila siswa itu gagal
mendemontrasikan kemampuannya dalam membaca, maka siswa itu
belum bisa.
c. Penilaian
Untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik telah melakukan
kompetensi dasar perlu dikembangkan suatu sistem penilaian. Sistem
penilaian yang dilakukan harus mencakup seluruh kompetensi dasar
dan menggunakan indikator yang ditetapkan oleh guru. Sitem
penilaian yang dirancang adalah sistem penilaian yang dirancang
adalah sistem penilaian yang berkelanjutan, dan menyeluruh.
Sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
berbasis kompetensi penilaian hendaknya dilakukan berdasarkan apa
yang dilakukan oleh peserta didik selama proses belajar mengajar dan
pembentukan kompetensi. Penilaian dapat dilakukan dengan
menggunakan tas dan non tes dalam bentuk tertulis, maupun lisan ,
pengamatan kerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa
tugas, penggunan portofolio, dan penilain diri. (BSNP , 2006: 10 )
Sementara jenis tagihan dapat digunakan antara lain dalam
pembelajaran sosiologi adalah: kuis, pertanyaan lisan , ulangan harian,
ulangan tengah semester (UTS) ulangan semester (US), responsi dan
tugas kelompok, tugas individu, dan laporan. Teknik penilaian dan
bentuk instrumen yand digunakan antara lain adalah: tes tulis, tes lisan,
tes unjuk kerja, penugasan, observasi, wawancara, portofolio, dan
penilaian diri.
7. Pemberian Latihan
Ada banyak acuan yang dapat di kemukakan mengapa dalam
proses belajar khususnya mata pelajaran Sosiologi siswa perlu diberi tugas
secara teratur. Alasan yang penting, sesuai dan memadai adalah untuk
memberi peranan aktif kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Di
samping itu untuk memotivasi siswa supaya belajar lebih lanjut dengan
cara memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan materi
yang sudah di pelajari dikelas.
Menurut Sujono (1989) dalam Niladarni (1996:13) menyatakan
bahwa tugas adalah suatu kegiatan integral dari seluruh proses belajar
karena harus ditangani dengan sebaik-baiknya. Uraian selanjutnya di
rancang untuk membantu guru agar dapat memusatkan perhatiannya pada
aspek utama dari tugas rumah dan kemudian dirumuskan rencana
perseorangan. Dari pengertian di atas dapat penulis ambil kesimpulan
bahwa yang di maksud dengan tugas adalah suatu kegiatan yang dilakukan
di luar kegiatan intrakulikuler yang merupakan bagian integral dari seluruh
kegiatan proses belajar mengajar yang harus di tangani dengan sebaik-
baiknya. Yang bertujuan untuk mendalami dan menghayati tentang apa
yang telah di pelajari pada kegiatan intrakulikuler. Metode pemberian
latihan sebagai salah satu metode mengajar yang banyak memberikan
keuntungan dan pencapaian tujuan pelajaran sebagai mana yang di
kemukakan oleh tim Didaktik metodik IKIP Surabaya (1981:58)
menyatakan bahwa tujuan yang ingin di capai dari metode pemberian
latihan adalah:
a. Meransang siswa agar berusaha lebih baik, memupuk inisiatif,
bertanggung jawab dan berdiri sendiri
b. Membawa kegiatan-kegiatan sekolah yang berharga kepada minat
siswa
c. Memperkaya pengalaman-pengalaman sekolah dengan memulai
kegiatan-kegiatan di luar kelas
d. Memperkuat hasil belajar di sekolah dengan menyelenggarakan
latihan-latihan yang perlu integrasi dan penggunaannya.
Menurut Roestiah (1982:42) metode pemberian latihan lebih baik karena:
a. Mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri suatu masalahh
dengan jalan mencoba sendiri, mengerjakan soal sendiri, mencoba
sendiri.
b. Membiasakan anak-anak berfikir dan membandingkan dan mencari
hukum.
c. Melatih anak berhadapan dengan persoalan,tidak hanya hafalan
d. Mengembangkan inisiatif serta tanggung jawab dari siswa terhadap
penggunaan dan pengetahuan informasi atau pengetahuan dalam
menghadapi masalah yang aktual (sehari-hari)
Alipandie (1984:91) menyatakan bahwa metode pemberian latihan
tepat digunakan apabila:
1. Guru mengharapkan agar pengetahuan yang diterima siswa lebih
lengkap
2. Guru ingin mengaktifkan dalam mempelajari sendiri, suatu masalah
dengan membaca sendiri, mengerjakan sendiri, soal-soal dan mencoba
sendiri pengetahuan yang dimilikinya.
Menurut Zainuzir (2002:15) bahwa pengertian pemberian latihan
adalah: suatu kegiatan yang dilakuakan diluar kegiatan intrakurikuler yang
bertujuan untuk mendalami dan menghayati apa yang telah dipelajari pada
kegiatan intakurikuler.
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
pemberian latihan adalah suatu kegiatan yang diberikan oleh seorang guru
yang dilaksanakan diluar kegiatan intrakulikuler yang merupakan kegiatan
integral dari sejumlah kegiatan proses belajar mengajar yang bertujuan
untuk mendalami dan menghayati tentang materi yang telah dipelajari.
Faktor yang mempengaruhi pemberian latihan oleh guru adalah untuk
mengetahui sejauh mana siswa tersebut dapat memahami mata pelajaran
yang telah disampaikan oleh guru. Faktor lain yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan siswa terhadap konsep-konsep yang diberikan oleh guru.
Syaril dan Ahmad (Niladarni 1996:20) menyebutkan bahwa
kegunaan pemberian latihan adalah:
a. Siswa dapat memahami dirinya sendiri baik kelebihannya maupun
kekurangannya
b. Siswa dapat memperoleh dan memperluas materi yang dipelajarinya
c. Cara-cara belajar yang dialami siswa.
Selanjutnya Imansyah (Niladarni 1996:2000) mengemukakan
bahwa kegunaan pemberian latihan adalah sebagai berikut:
a. Anak-anak menjadi terbiasa mengisi waktu senggangnya dengan hal-
hal yang positif
b. Memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri atas segala tugas yang
dikerjakan, sebab metode ini sekaligus juga mengharuskan murid
untuk mempertanggung jawabkan hasil kerjanya kepada guru.
c. Melatih siswa untuk berfikir kritis, tekun, giat dan rajin dalam belajar.
d. Pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar lebih mendalam
dan lebih tersimpan dalam ingatan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegunaan dari
pemberian latiahan adalah dapat mendorong siswa untuk aktif dalam
belajar dan mengembangkan daya pikir siswa.
Belajar merupakan satu kebutuhan yang dirasakan sebagai suatu
keharusan untuk dipenuhi sepanjang usia manusia, sejak lahir hingga akhir
hayatnya. Secara umum belajar merupakan suetu proses perubahan tingkah
laku pada diri seseorang. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan,
keterampilan dan sikap, kebiasaan.perubahan tingkah laku dalam belajar
ini adalah perubahan ke arah yang lebih baik bagi siswa-siswi yang
dikemukakan oleh Sudjana (1989:28) bahwa belajar adalah:
Suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang, perubahan sebagai hasil belajar dapat
ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah
lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya,
daya reaksinya dari lain-lain aspek yang ada pada individu.
Slameto (1995:11) mengartikan bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Seperti yang di ungkapkan oleh Dohar (1989:11) bahwa untuk
mengukur belajar kita membandingkan cara organisme itu berprilaku pada
waktu yang satu dan waktu yang kedua dalam suasana yang serupa. Bila
prilaku dalam suasana serupa itu berbeda untuk kedua waktu itu maka
dapat disimpulkan bahwa belajar telah terjadi.
Selain itu orang yang belajar mempunyai ciri-ciri perubahan
tingkah laku seperti yang dikemukan oleh Slameto (1995:3) yaitu:
a. Perubahan yang terjadi secara standar
b. Perubahan dalam belajar terjadi bersifat kontinu dan fungsional
c. Perubahan dalam belajar bersifat tetap
d. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif
e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
f. Perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku
Suatu lingkungan belajar pada dasarnya merupakan suatu sistem
yang meliputi komponen-komponen tujuan, siswa, guru dan sarana
penunjang. Dalam interaksi belajar-mengajar tersebut ada beberapa
komponen yang harus dipenuhi seperti yang dinyatakan oleh Soetomo
(1993:11) bahwa komponen-komponen yang harus dipenuhi dalam
interaksi belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1. Tujuan interaksi belajar-mengajar yang diharapkan
2. Bahan atau pesan yang akan disampaikan kepada siswa
3. Pendidik atau anak didik
4. Alat atau sarana yang digunakan untuk menunjang tercapainya tujuan
5. Metode yang digunakan untuk menyampaikan bahan atau materi
6. Situasi lingkungan untuk menyampaikan bahan agar tercapainya tujuan
Mengajar dapat diartikan sebagai penciptaan suatu sistem
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Guru sebagai salah satu komponan proses belajar mengajar, adalah
pelaksana atau penyelenggara dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam
proses belajar-mengajar diharapkan terjadi interaksi yang dapat
mengembangkan serta melibatkan anak didik secara aktif agar mereka
mampu mengelola, menggunakan dan mengkomunikasikan perolehan
pengetahuan dari proses yang telah mereka lalui.
Dalam belajar ada beberapa hal yang dapat menghambat dan
mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan belajar atau disebut
juga dengan hal-hal yang mempengaruhi seseorang dalam belajar. Hal-hal
yang mempengaruhi seseorang dalam belajar dapar berupa pendorong
ataupun penghambat yang berasal dari diri orang yang sedang belajar
(internal) dan dari luar diri orang yang sedang belajar tersebut (eksternal).
Menurut Slameto (1995:54) bahwa faktor internal yang
mempengaruhi seseorang dalam belajar adalah:
1. Faktor jasmanih seperti kesehatan dan cacat tubuh
2. Faktor psikologis seperti intelegensi, perhatian, minat, motif,
kematangan dan kesiapan
3. Faktor kelelahan seperti jasmani dan kelelahan rohani
Selanjutnya Slameto (1995:60) menyatakan bahwa faktor
eksternal yang mempengaruhi kondisi belajar adalah:
1. Faktor keluarga seperti cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan pengertian
orang tua serta tingkat pendidikan orang tua
2. Faktor sekolah seperti metode mengajar, kurikulum, relasi antar guru
dengan siswa, siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah
3. Faktor masyarakat seperti kegiatan siswa dalam masyarakat,mass
media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat
Sedangkan menurut Ali (1984:61) ada tiga faktor yang mendorong
seseorang untuk melakukan proses belajar yaitu:
a. Kesiapan (readines) yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk
melakukan seseuatu.
b. Motifasi yaitu dorongan dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu
c. Tujuan yang ingin dicapai
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi seseoarng dalam belajar adalah faktor
yang berasal dari luar diri individu yang sedang belajar (eksternal) dan
faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar tersebut
(internal)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar