Rabu, 16 Maret 2016

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Creative Problem Solving





2.3 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif tipe Creative Problem Solving
Pembelajaran kooperatif (cooverative learning) sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Metode belajar yang menekankan belajar dalam kelompok heterogen saling membantu satu sama lain, bekerjasama menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual. Suyatno (2011;51) model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inquiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri atas 4-5 orang, siswa heterogen(kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya, strata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. Ibrahim, (dalam Trianto 59; 2009). Model pembelajaran kooperatif   memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bekerja, saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui struktur penghargaan kooperatif serta belajar untuk menghargai satu sama lain. Terdapat tujuh hal yang berhubungan dengan pembelajaran kooperatif yaitu: tugas yang harus dipersiapkan, dibahas dan disimpulkan secara berkelompok, interaksi tatap muka dalam kelompok kecil, suasana bekerja sama dan saling membantu dalam setiap sekelompok, tanggung jawab setiap indivdu yang berarti bahwa keberhasilan kelompok tergantung pada pembelajaran tiap individu dalam kelompoknya, ketergantungan yang positif serta kelompok yang bersifat heterogen dan kemampuan berpartisipasi aktif dan berkomunikasi.
Terdapat enam langkah utama didalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu; pembelajaran dimulai dari guru memyanpaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar, fase ini diikuti oleh penyajian informasi, selanjutnya siswa dikelompokan kedalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan kepada siswa saat bekerja sama untuk meyelesaikan tugas. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari.

Keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif diantaranya; siswa tidak terlalu tergantung pada guru akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain. Mengembangkan kemampuan mengunkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain. Membantu anak untuk respek kepada orang lain dan menyadari segala keterbatasanya. Membantu memberdayakan semua siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. Suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan hasil belajar  sekaligus kemampuan sosial. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamanya sendiri dan menerima umpan balik. Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Model pembelajaran kooperatif juga memiliki keterbatasan, diantaranya; (1) untuk memahami filosofi model pembelajaran kooperatif memang butuh waktu lama. Membutuhkan fasilitas alat dan bahan yang cukup memadai, (2) Saat diskusi kelas atau kelompok terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa lain menjadi pasif.
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu; hasil belajar  akademik, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik siswa golongan bawah maupun golongan atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, memberi peluang kepada siswa untuk belajar saling menghargai satu sama lain meskipun dari berbagai latar belakang kondisi, pengembangan keterampilan sosial, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan berkolaborasi.
Begitu banyak keunggulan pembelajaran kooperatif, namun dalam pembelajaran kooperatif memiliki bnyak sekali tipe. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang merangsang kreatifitas dan proses nalar siswa adalah kooperatif tipe Creative Problem Solving . Model Creative Problem Solving pertamakali dikembangkan oleh Alex Osborn pendiri The Creative Education Foundation (CEF) dan co-founder of highly successful New York Advertising Agenncy . Pada tahun 1950-an Sidney Parnes bekerjasama dengan Alex Osborn melakukan penelitian untuk menyempurnakan model ini. Sehingga model Creative Problem Solving ini juga dikenal dengan nama The Osborn-parnes Creative Problem Solving Models. Pada awalnya model ini digunakan oleh perusahaan-perusahaan dengan tujuan agar para karyawan memiliki kreativitas yang tinggi dalam setiap tanggungjawab pekerjaannya, namun pada perkembangan selanjutnya model ini juga diterapkan pada dunia pendidikan.
Wiederhold (dalam Suyatno, 2011:37) mengungkapkan “Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir tinggi”. Hal tersebut terjadi karena model pembelajaran problem solving memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk memecahkan masalah IPA dengan lebih kreatif. Salah satu pengembangan dari model pembelajaran ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe creative problem solving.
Pembelajaran creative problem solving merupakan suatu kegiatan yang didesain guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan. Dimana peran guru untuk dapat memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahan masalah. Masalah yang diberikan kepada siswa harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa. Masalah di luar jangkauan kemampuan siswa dapat menurunkan motivasi siswa. Sesuai yang dijelaskan Karen (dalam Cahyono, 2009: 3) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving  adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan ketrampilan memecahkan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan  Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan/permasalahan, siswa dapat melakukan ketrampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya terutama dalam pemecahan permasalahan dalam pembelajaran IPA.
Masalah dalam IPA dapat dikatagorikan menjadi masalah-masalah yang sangat menarik untuk dipecahkan, karena pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang sifatnya berhubungan langsung dengan alam sekitar sehingga lebih menarik dan lebih memudahkan siswa untuk mencari tau atau menggali informasi untuk mernecahkan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. IPA yang disajikan kepada siswa yang berupa masalah akan memberikan motivasi kepada mereka untuk mempelajari pelajaran tersebut. Siswa akan merasa puas jika mereka dapat memecahkan masalah yang diberikan kepadanya.
Pemecahan masalah merupakan suatu proses bagi siswa untuk memecahkan soal-soal ataupun tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan melibatkan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Pemecahan masalah secara sederhana merupakan proses penerima masalah sebagai tantangan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Menurut Krulik & Rudnick (Santyasa, 2005), bahwa Problem adalah suatu situasi yang tidak jelas jalan pemecahannya yang mengonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut. Jadi aktivitas problem solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah.
Menurut Polya (dalam Hudoyo, 2003;112), pemecahan masalah didefinisikan sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat dicapai. Ini berarti pemecahan masalah merupakan suatu aktivitas tinggi dan merupakan suatu proses psikologi yang melibatkan tidak hanya sekedar mencari hasil dalam suatu percobaan, itu semua harus dilalui melalui proses-proses tertentu, yakni dan memahami masalah yang diberikan, merencanakan pemecahannya, menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan rencana pemecahannya kemudian memeriksa kembali hasil yang diperoleh sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Lebih jauh dikatakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum IPA yang sangat penting, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah.
Kemampuan memecahkan masalah secara kreatif harus dimiliki siswa, kemampuan tersebut akan terwujud jika guru mengajarkan bagaimana memecahkan masalah yang efektif. Di dalam menyelesaikan masalah, siswa diharapkan memahami proses penyelesaian masalah yang diberikan dan menjadi terampil di dalam memilih dan mengidentifikasi kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesian dan mengorganisasikan keterampilan yang dimilikinya.
Menurut Polya ( dalam Hudoyo, 2003;77), dalam memecahkan masalah terdapat empat langkah penting yang harus dilakukan yaitu (1) memahami masalah, (2) merencanakan pemecahannya, (3) menyelesaikan masalah sesuai rencana langkah kedua, dan (4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Keempat tahap pemecahan dan Polya tersebut merupakan kesatuan yang sangat penting untuk dikembangkan.

a.     Ciri-ciri Model pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving
Ciri-ciri Model pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving menurut Engkoswara, (dalam ,Sudirman,1991;86), adalah sebagai berikut. (1) Adanya permasalahan yang dapat diajukan atau diberikan guru kepada siswa, dan siswa bersama guru, atau dari siswa sendiri yang kemudian dijadikan pembahasan dan mencari pemecahannya sebagai kegiatan belajar siswa. (2) Permasalahan sesuai dengan topik atau pokok bahasan yang semestinya dipelajari. (3) mengingat masalah – masalah yang diajukan untuk dipecahkan siswa, hendaknya sederhana. (4) Masalah dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, pernyataan, tujuan, garis-garis besar suatu topik. (5) Masalah-masalah yang dipecahkan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving merupakan variasi pembelajaran berbasis masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan focus pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, persentasi, dan diskusi. Pada dasarnya sintaks model pembelajaran kooperatif creative problem solving ini sama dengan sintaks pembelajaran berdasarkan masalah, hanya saja pada creative problem solving ini masalah yang disajikan telah disusun secara sistematik dan terorganisir. (Suyatno 2011;39) Ditambahkan Suyatno  kelebihan Model pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving yaitu; (1) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan. (2) Berpikir dan bertindak kreatif. (3) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis. (4) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan. (5) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan. (6) Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. (7) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 16 Maret 2016

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Creative Problem Solving





2.3 Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif tipe Creative Problem Solving
Pembelajaran kooperatif (cooverative learning) sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Metode belajar yang menekankan belajar dalam kelompok heterogen saling membantu satu sama lain, bekerjasama menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual. Suyatno (2011;51) model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inquiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri atas 4-5 orang, siswa heterogen(kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya, strata sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. Ibrahim, (dalam Trianto 59; 2009). Model pembelajaran kooperatif   memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bekerja, saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui struktur penghargaan kooperatif serta belajar untuk menghargai satu sama lain. Terdapat tujuh hal yang berhubungan dengan pembelajaran kooperatif yaitu: tugas yang harus dipersiapkan, dibahas dan disimpulkan secara berkelompok, interaksi tatap muka dalam kelompok kecil, suasana bekerja sama dan saling membantu dalam setiap sekelompok, tanggung jawab setiap indivdu yang berarti bahwa keberhasilan kelompok tergantung pada pembelajaran tiap individu dalam kelompoknya, ketergantungan yang positif serta kelompok yang bersifat heterogen dan kemampuan berpartisipasi aktif dan berkomunikasi.
Terdapat enam langkah utama didalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu; pembelajaran dimulai dari guru memyanpaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar, fase ini diikuti oleh penyajian informasi, selanjutnya siswa dikelompokan kedalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan kepada siswa saat bekerja sama untuk meyelesaikan tugas. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari.

Keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif diantaranya; siswa tidak terlalu tergantung pada guru akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain. Mengembangkan kemampuan mengunkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain. Membantu anak untuk respek kepada orang lain dan menyadari segala keterbatasanya. Membantu memberdayakan semua siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. Suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan hasil belajar  sekaligus kemampuan sosial. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamanya sendiri dan menerima umpan balik. Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Model pembelajaran kooperatif juga memiliki keterbatasan, diantaranya; (1) untuk memahami filosofi model pembelajaran kooperatif memang butuh waktu lama. Membutuhkan fasilitas alat dan bahan yang cukup memadai, (2) Saat diskusi kelas atau kelompok terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa lain menjadi pasif.
Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu; hasil belajar  akademik, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik siswa golongan bawah maupun golongan atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, memberi peluang kepada siswa untuk belajar saling menghargai satu sama lain meskipun dari berbagai latar belakang kondisi, pengembangan keterampilan sosial, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan berkolaborasi.
Begitu banyak keunggulan pembelajaran kooperatif, namun dalam pembelajaran kooperatif memiliki bnyak sekali tipe. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang merangsang kreatifitas dan proses nalar siswa adalah kooperatif tipe Creative Problem Solving . Model Creative Problem Solving pertamakali dikembangkan oleh Alex Osborn pendiri The Creative Education Foundation (CEF) dan co-founder of highly successful New York Advertising Agenncy . Pada tahun 1950-an Sidney Parnes bekerjasama dengan Alex Osborn melakukan penelitian untuk menyempurnakan model ini. Sehingga model Creative Problem Solving ini juga dikenal dengan nama The Osborn-parnes Creative Problem Solving Models. Pada awalnya model ini digunakan oleh perusahaan-perusahaan dengan tujuan agar para karyawan memiliki kreativitas yang tinggi dalam setiap tanggungjawab pekerjaannya, namun pada perkembangan selanjutnya model ini juga diterapkan pada dunia pendidikan.
Wiederhold (dalam Suyatno, 2011:37) mengungkapkan “Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir tinggi”. Hal tersebut terjadi karena model pembelajaran problem solving memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk memecahkan masalah IPA dengan lebih kreatif. Salah satu pengembangan dari model pembelajaran ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe creative problem solving.
Pembelajaran creative problem solving merupakan suatu kegiatan yang didesain guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan. Dimana peran guru untuk dapat memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahan masalah. Masalah yang diberikan kepada siswa harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa. Masalah di luar jangkauan kemampuan siswa dapat menurunkan motivasi siswa. Sesuai yang dijelaskan Karen (dalam Cahyono, 2009: 3) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving  adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan ketrampilan memecahkan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan  Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan/permasalahan, siswa dapat melakukan ketrampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya terutama dalam pemecahan permasalahan dalam pembelajaran IPA.
Masalah dalam IPA dapat dikatagorikan menjadi masalah-masalah yang sangat menarik untuk dipecahkan, karena pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang sifatnya berhubungan langsung dengan alam sekitar sehingga lebih menarik dan lebih memudahkan siswa untuk mencari tau atau menggali informasi untuk mernecahkan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. IPA yang disajikan kepada siswa yang berupa masalah akan memberikan motivasi kepada mereka untuk mempelajari pelajaran tersebut. Siswa akan merasa puas jika mereka dapat memecahkan masalah yang diberikan kepadanya.
Pemecahan masalah merupakan suatu proses bagi siswa untuk memecahkan soal-soal ataupun tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan melibatkan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Pemecahan masalah secara sederhana merupakan proses penerima masalah sebagai tantangan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Menurut Krulik & Rudnick (Santyasa, 2005), bahwa Problem adalah suatu situasi yang tidak jelas jalan pemecahannya yang mengonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan jawaban dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntutan situasi yang tak lumrah tersebut. Jadi aktivitas problem solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir apabila sebuah jawaban telah diperoleh sesuai dengan kondisi masalah.
Menurut Polya (dalam Hudoyo, 2003;112), pemecahan masalah didefinisikan sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat dicapai. Ini berarti pemecahan masalah merupakan suatu aktivitas tinggi dan merupakan suatu proses psikologi yang melibatkan tidak hanya sekedar mencari hasil dalam suatu percobaan, itu semua harus dilalui melalui proses-proses tertentu, yakni dan memahami masalah yang diberikan, merencanakan pemecahannya, menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan rencana pemecahannya kemudian memeriksa kembali hasil yang diperoleh sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Lebih jauh dikatakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum IPA yang sangat penting, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah.
Kemampuan memecahkan masalah secara kreatif harus dimiliki siswa, kemampuan tersebut akan terwujud jika guru mengajarkan bagaimana memecahkan masalah yang efektif. Di dalam menyelesaikan masalah, siswa diharapkan memahami proses penyelesaian masalah yang diberikan dan menjadi terampil di dalam memilih dan mengidentifikasi kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesian dan mengorganisasikan keterampilan yang dimilikinya.
Menurut Polya ( dalam Hudoyo, 2003;77), dalam memecahkan masalah terdapat empat langkah penting yang harus dilakukan yaitu (1) memahami masalah, (2) merencanakan pemecahannya, (3) menyelesaikan masalah sesuai rencana langkah kedua, dan (4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Keempat tahap pemecahan dan Polya tersebut merupakan kesatuan yang sangat penting untuk dikembangkan.

a.     Ciri-ciri Model pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving
Ciri-ciri Model pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving menurut Engkoswara, (dalam ,Sudirman,1991;86), adalah sebagai berikut. (1) Adanya permasalahan yang dapat diajukan atau diberikan guru kepada siswa, dan siswa bersama guru, atau dari siswa sendiri yang kemudian dijadikan pembahasan dan mencari pemecahannya sebagai kegiatan belajar siswa. (2) Permasalahan sesuai dengan topik atau pokok bahasan yang semestinya dipelajari. (3) mengingat masalah – masalah yang diajukan untuk dipecahkan siswa, hendaknya sederhana. (4) Masalah dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, pernyataan, tujuan, garis-garis besar suatu topik. (5) Masalah-masalah yang dipecahkan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving merupakan variasi pembelajaran berbasis masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan focus pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, persentasi, dan diskusi. Pada dasarnya sintaks model pembelajaran kooperatif creative problem solving ini sama dengan sintaks pembelajaran berdasarkan masalah, hanya saja pada creative problem solving ini masalah yang disajikan telah disusun secara sistematik dan terorganisir. (Suyatno 2011;39) Ditambahkan Suyatno  kelebihan Model pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving yaitu; (1) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan. (2) Berpikir dan bertindak kreatif. (3) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis. (4) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan. (5) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan. (6) Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. (7) Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar