2.3 Hakikat Model Pembelajaran Value Clarification Technique
2.3.1 Model Pembelajaran
Dimyati, (2003 :109) berpendapat bahwa “model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pengajaran di kelas atau yang lain”.
Winataputra, (2006 :34)
juga menyatakan bahwa:
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pengajaran dan para gurudalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar.
Berdasarkan kedua pengertian di atas, maka dapat diambil suatu simpulan
bahwa model pembelajaran adalah kerangka konsep yang melukiskan prosedur yang
menjadi pedoman guru dalam melaksanakan suatu pembelajaran untuk mencapai
tujuan belajar tertentu.
Ada bermacam-macam model pembelajaran yang disusun oleh para ahli, namun
seluruh model pembelajaran memiliki ciri-ciri yang sama. Seperti yang
diungkapkan Moedjiono, (2004 :72) menyampaikan beberapa ciri model pembelajaran
yakni:
(a) berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar
para ahli tertentu, (b) mempunyai misi dan dijadikan pedoman untuk tujuan
tertentu, (c) dapat digunakan sebagai perbaikan kegiatan belajar mengajar
dikelas, (d) memiliki perangkat bagian model yang dinamakan sintaks, prinsip
reaksi, sistem sosial, dan sistem pendukung.
2.3.2 Hakikat VCT
VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan
pancapaian pendidikan nilai.
Siswandi, (2009
:77) mengemukakan bahwa:
Value Clarification Technique, merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan
menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Karena
itu, pada prosesnya VCT berfungsi
untuk: a) mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai;
b) membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang
positif maupun y ang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau
pembetulannya; c) menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang
rasional dan diterima siswa sebagai milik pribadinya.
Mata pelajaran yang lebih menitikberatkan pada
ranah afektif seperti pendidikan kewarganegaraan, sangat tepat menggunakan
model pembelajaran VCT. Pendidikan kewarganegaraan dan mata pelajaran
sejenis berada pada ranah sikap yaitu wahana penanaman nilai, moral dan
norma-norma baku seperti rasa sosial nasionalisme, bahkan sistem keyakinan.
Pendidikan kewarganegaraan seharusnya mampu mengeksplorasi wilayah dalam diri
seseorang (internal side), dan salah satu hasil dari internal side
adalah sikap.Sikap merupakan posisi seseorang atau keputusan seseorang sebelum
berbuat, sehingga sikap merupakan ambang batas seseorang antara sebelum
melakukan sesuatu perbuatan atau berperilaku tertentu.Untuk mengubah sikap
inilah maka bisamenggunakan pembelajaran salah satunya adalah VCT.
Teknik mengklarifikasi nilai (Value Clarafication Technique )
atau sering disingkat VCT merupakan teknik pembelajaran untuk membantu
siswa dalam mencapai dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam
menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan
tertanam dalam diri siswa (Taniredja, 2011 :88).
Karakteristik teknik nilai VCT sebagai suatu model dalam
strategi pembelajaran sikap adalah proses penanaman nilai dilakukan melalui
proses.
2.3.3 Tujuan Menggunakan Value Clarification Technique
(VCT) dalam Pembelajaran IPS
Menurut Sanjaya (2010) menjelaskan tujuan penggunaan VCT sebagai
berikut.
a) mengetahui dan
mengukur tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai, sehingga dapat dijadikan
sebagai dasar pijak menentukan target nilai yang akan dicapai, b) menanamkan
kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimiliki baik tingkat maupun sifat
yang positif maupun negatif untuk selanjutnya ditanamkan ke arah peningkatan
dan pencapaian target nilai,c) menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa
melalui cara yang rasional (logis) dan diterima siswa, sehingga pada
akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik siswa sebagai proses kesadaran moral
bukan kewajiban moral, d) Melatih siswa dalam
menerima menilai nilai dirinya dan posisi orang lain, menerima serta pengambil
keputusan terhadap suatu persoalan yang berhubungan dengan pergaulannya dan
kehidupan sehari-hari.
2.3.4 Prinsip
- prinsip Value Clarification Technique (VCT)
Taniredja, (2011:89) mengemukakan pendapat bahwa terdapat lima
prinsip-prisip VCT, yaitu:
a) Penanaman nilai dan pengubahan sikap
dipengaruhi banyak faktor antara lain faktor potensi diri, kepekaan emosi,
intelektual dan faktor lingkungan, norma nilai masyarakat, sistem pendidikan
dan lingkungan keluarga dan lingkungan bermain; b) sikap dan perubahan sikap
dipengaruhi oleh stimulus yang diterima siswa dan kekuatan nilai yang telah
tertanam atau dimiliki pada diri siswa; c) nilai, moral dan norma dipengaruhi
oleh faktor perkembangan, sehingga guru harus mempertimbangkan tingkat
perkembangan moral (moral development) dari setiap siswa. Tingkat
perkembangan moral untuk siswa dipengaruhi oleh usia dan pengaruh lingkungan
terutama lingkungan sosial; d) pengubahan sikap dan nilai memerlukan
keterampilan mengklarifikasi nilai/sikap secara rasional, sehingga dalam diri
siswa muncul kesadaran diri bukan karena rasa kewajiban bersikap tertentu atau
berbuat tertentu; e) pengubahan nilai memerlukan keterbukaan, karena itu
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui VCT menuntut keterbukaan
antara guru dan siswa.
2.3.5 Langkah-langkah
Pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT)
Taniredja, (2011) mengemukakan Langkah-langkah pembelajaran VCT
sebagai berikut.
a)
Kebebasan Memilih. Pada tingkat ini
terdapat tiga tahap kegiatan yang harus dijalankan, yakni:
1)
Memilih cecara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan pilihan
yang menurutnya baik. Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara
penuh.
2)
Memilih dari beberapa alternatif. Artinya untuk menentukan pilihan
dari beberapa alternatif pilihan secara bebas.
3)
Memilih dari beberapa alternatif pertimbangan konsekuensi yang
akan timbul sebagai akibat pilihannya.
b)
Menghargai. Tingkat
pembelajaran VCT pada kegiatan ini
terdiri dari dua tahap, yakni:
1)
Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya, sehingga nilai
tersebut akan menjadi bagian dalam dirinya.
2)
Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di depan umum. Artinya, bila kita menganggap
nilai itu suatu pilihan, maka kita akan berani dengan penuh kesadakan untuk
menunjukan di depan orang lain.
c) Berbuat.Tahap terakhir dalam model pembelajaran VCT terdiri dari dua tahap yakni:
1) Kemauan dan kemampuan untuk mencoba
melaksanakannya.
2) Mengulangi
perilaku sesuai dengan nilai pilihannya. Artinya, nilai yang menjadi pilihan
itu harus mencerminkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kertawisastra
(2003) VCT menekankan bagaimana sebenarnya seorang membangun nilai yang
menurut anggapanya baik, yang pada gilirannya nilai-nilai tersebut akan
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dalam praktik
pembelajaran, hendaknya berlangsung dalam suasana santai dan terbuka, sehingga
setiap siswa dapat mengungkapkan secara bebas perasaannya. Kertawisastra (2003)
menyebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam mengimplementasikan
VCT melalui proses dialog, antara
lain:
(a) Hindari
penyampaian proses pemberian nasehat, yaitu memberikan pesan-pesan moral yang
dianggap guru baik, (b) Jangan memaksakan siswa untuk memberikan respon
tertentu apabila memang siswa tidak menghendakinya, (c) Usahakan dialog
dilaksanakan secara bebas dan terbuka, sehingga siswa akan mengungkapkan
perasaannya secara jujur dan apa adanya, (d) Dialog dilaksanakan kepada
individu, bukan kepada kolompok di kelas, (e) Hindari respon yang dapat
menyebabkan siswa terpojok, sehingga ia menjadi defensive, (f) Tidak mendesak siswa pada pendirian tertentu, (g)
Jangan mengorek alasan siswa lebih dalam. (h) Tidak monoton, guru tidak
mendominasi seluruh waktu pesera didik, perataan aktivitas potensi diri serta
keanekaragaman kemampuan peserta didik lebih dapat terlayani
Pembelajaran VCT mengundang dan melibatkan serta
mendialogkan seluruh struktur potensi afektual peserta didik maupun struktur
kognitif dan fsikomotoriknya. Proses kegiatan belajar siswa dengan model VCT dapat melatih kepekaan dan
kemantapan keterampilan afektual serta memberikan aneka penalaman.
2.3.6 Sintak Model Pembelajaran Value ClarificationTechnique (VCT)
Model Pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT)
mempunyai sintak pembelajaran sebagai berikut.
Tabel 2.1. Tabel Sintak Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
No
|
Kegiatan Guru
|
Kegiatan siswa
|
1.
|
Guru membuat
atau mencari media stimulus, berupa contoh keadaan/perbuatan yang memuat
nilai-nilai kontras sesuai dengan topik atau tema target pembelajaran.
|
Menentukan
pembahasan atau pembuktian argumen pada pase ini sudah mulai ditanamkan
target nilai dan konsep sesuai dengan materi pembelajaran.
|
2.
|
Guru
melontarkan stimulus dengan cara membaca cerita atau menampilkan gambar,
foto, atau film.
|
Siswa
menentukan argumen dan klarifikasi pendirian (melalui Pertanyaan guru dan
bersifat individual,kelompok, dan klasikal).
|
3.
|
Guru memberi
kesempatan beberapa saat kepada siswa berdialog sendiri atau sesame teman
sehubungan dengan stimulus tadi.
|
Siswa
melaksanakan dialog terpimpin melalui pertanyaan guru, baik secara individual
,kelompok atau klasikal.
|
4.
|
Guru mampu
merangsang, mengundang, dan melibatkan potensi afektual siswa.
|
Siswa
melaksanakan hal yang terjangkau oleh pengetahuan dan potensi afektual siswa
(ada dalam lingkungan kehidupan siswa).
|
Sumber:(Djajari, 2012:92)
Secara lebih jelas pembelajaran
dengan model VCT menurut
Siswandi, (2009:92) dapat dilihat pada bagan berikut.
Bagan 2.1. Bagan
Model Pembelajaran VCT
Guru
|
Stimulus
cerita gambar
|
Siswa dalam
diskusi kelompok
|
Hasil
pembelajaran
|
3tingkatan pembelajaran
1.
Memilih
2.
Menghargai
3.
Berbuat
|
|
Guru memberi
pengantar dan motivasi
|
Dari
sintak model VCT, dapat dijelaskan
karakteristik pembelajaran VCT yakni:
(1) siswa terlibat secara aktif dalam
mengembangkan pemahaman dan pengenalannya terhadap nilai-nilai pribadi,
mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan keputusan pribadi, (2)
mendorong siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan mengembangkan
ketrampilan siswa dalam melakukan proses menilai, dan (3) menggali dan
mempertegas nilai-nilai yang dimiliki oleh siswa.
Sedangkan
tujuan secara langsung bagi siswa dalam penerapan model VCT seperti yang disampaikan Siswandi, (2009 :67) yaitu:
(a) membantu
siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta
nilai-nilai orang lain, (b) membantu siswa agar mereka mampu berkomunikasi
secara terbuka dan jujur terhadap orang lain terkait dengan nilai-nilainya
sendiri, (c) membantu siswa agar mereka mampu menggunakan secara bersama-sama
kemampuan berfikir rasional dan kesadaran emosional untuk memahami perasaan,
nilai dan pola tingkah laku mereka sendiri.
Dalam
pelaksanaan pembelajaran, hal yang terpenting dalam melaksanakan model VCT agar bisa berjalan efektif adalah perlu
adanya siswa yang mau dan mampu terlibat aktif dalam pembelajarannya. Oleh
karena itu, dituntut siswa yang secara potensial memiliki kemampuan berfikir
secara kritis. Dalam hal ini peranan guru sebagai motivator pembelajaran sangat
diperlukan, suasana kekeluargaan yang hangat juga sangat penting.Sehingga siswa
tidak malu untuk ikut aktif dalam pembelajaran.
2.4 Kebaikan dan Kelemahan VCT
2.4.1 Kebaikan-KebaikanValue
Clarification Technique (VCT)
Menurut Taniredja
(2011) VCT memiliki kebaikan untuk
pembelajaran afektif karena:
a) Mampu membina dan
menanamkan nilai dan moral pada ranah internal
side.
b) Mampu
mengklarifikasi/menggali dan mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan
selanjutnya akan memudahkan bagi guru untuk menyampaikan makna/pesan nilai/
moral.
c) Mampu
mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa, melihat nilai yang
ada pada orang lain dan memahami nilai moral yang ada dalam kehidupan nyata.
d) Mampu mengundang,
melibatkan, membina, mengembangkan potensi diri siswa terutama mengembangkan potensi sikap.
e) Mampu memberikan
sejumlah pengalaman belajar dari berbagai kehidupan.
f) Mampu menangkal,
meniadakan, mengintervensi dan memadukan berbagai nilai moral dalam sistem
nilai dan moral yang ada pada diri seseorang.
g) Memberi gambaran
nilai moral yang patut diterima dan menuntun serta memotivasi untuk hidup layak
dan bermoral tinggi.
2.4.2 Kelemahan-Kelemahan
Value Clarification Technique (VCT)
Model
Pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) mempunyai beberapa
kelemahan. Terkait hal tersebut, Taniredja (2011:88) menyatakan kelemahan VCT sebagai berikut.
a)
Apabila guru tidak memiliki kemampuan melibatkan peserta didik
dengan keterbukaan saling pengertian dan penuh kehangatan maka siswa akan
memunculkan sikap semu atau imitasi.
b)
Sistemnilai yang memiliki dan tertanam guru, peserta didik, dan
masyarakat yang kurang atau tidak baku dapat mengganggu tercapainya target
nilai baku yang ingin dicapai/nilai etik.
c)
Sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengajar terutama
memerlukankemampuan atau ketrampilan bertanya tingkat tinggi yang mampu
mengungkap dan menggali/nilai yang ada dalam diri peserta didik.
d)
Memerlukankreativitas guru dalam menggunakan
media yang tersedia dilingkungan terutama yang aktual dan paktual sehingga
dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
2.4.3
Cara Mengatasi Kelemahan Value
Clarification Technique (VCT)
Berdasarkan
kelemahan model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) di
atas ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan tersebut. Terkait hal
tersebut, Taniredja. (2011 :92) mengemukakan beberapa cara dalam mengatasi
kelemahan VCT sebagai berikut.
a)
Guru berlatih dan memiliki ketrampilan mengajar sesuai dengan
standar kompetensi guru. Pengalaman guru yang berulangkali menggunakan VCT akan memberikan pengalaman yang
sangat berharga karena memunculkan model-model VCT yang merupakan modifikasi sesuai kemampuan dan kreativitas
guru.
b)
Dalam setiap pembelajaran mengguanakan tematik atau pendekatan
kontekstual, antara lain dengan mangambil topik yang sedang terjadi dan ada
disekitar peserta didik, menyesuaikan dengan hari besar nasional, atau
mengaitkan dengan program yang sedang dilaksanakan pemerintah
SUMBER :
Akmal, Satia.
2012. Makna Demokrasi Untuk Kehidupan
Bangsa. Jakarta: CV. Bangun Nusa Depok.
Andi.2011. Microsoft Office 2011.Yogyakarta. CV.
ANDI OFFEST.
Arsyad,
Azhar.2011. Media Pembelajaran.Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Darmawan, Deni.
2011. Teknologi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Dantes. 2006.Evaluasi dan hasil penilaian proses belajar.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dimyati.2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Djajari. 2012. Model Pembelajaran Inovatif dan Proses
Pembelajaran Konvensional. Jakarta: Balai Pustaka.
Erawati, Widya. 2011.Implementasi Model VCT (Values Clarification
Technique) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan Siswa Kelas V Semester 1 SD No. 3 Purwakerthi Kecamatan Abang
Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2011/2012. Laporan Penelitian (tidak
diterbitkan). Singaraja: Undiksha
Gagne, Robert M. 2003. Prinsip-Prinsip Belajar Untuk Pengajaran.
Surabaya: Usaha Nasional.
Gunawan,Rudy. 2011. Pendidikan IPS Filosofi, Konsep dan Aplikasi.
Bandung:ALFABETA.
Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Indriana, Dana. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran.
Jogjakarta: DIVA Press.
Kemdiknas. 2011. Standar
Kompetensi dan Kompetensi Standar Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
Jakarta: Kemdiknas.
Kertawisastra. 2003. Strategi
Pembelajaran dan Proses Pembelajaran. Jakarta: Gramedia.
Kosasih. 2004. Evaluasi
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Lasmawan.2006. Macam Gaya
Belajar.Singaraja :Undiksha.
Lasmawan. 2010. Menelisik Pendidikan IPS dalam Perspektif
Kontekstual-Empiris. Singaraja: Mediakom Indonesia Press Bali.
Maning. 2004. Model Pembelajaran
Efektif dan Strategi Proses Pembelajaran. Jakarta :Gramedia.
Moedjiono. 2004. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Munawar, Indra. 2009. “Hasil Belajar (Pengertian dan Definisi)”.
Tersedia Pada:http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html.
(diakses tanggal 12 desember 2012).
Rachim, Diana. 2011. Penerapan Model Pembelajaran VCT (Values
Clarification Technique) Berbantuan Media VCD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas V Semester 2 SD N.14 Sesetan
Kecamatan Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011. Laporan Penelitian
(tidak diterbitkan). Undiksha Singaraja.
Sardiman, dkk.2008.Media Pendidikan.Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sanaky,AH. 2009. Media
Pembelajaran. Yogyakarta:SAFIRIA INSANIA PRESS.
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum danPembelajaran. Jakarta:Kencana
Perdana Media Group.
Sarjono. 2003. Model
Pembelajaran dan Teknik Pembelajaran Efektif. Jakarta: Gramedia.
Side, Harsidi. 2009. “Skripsi
Penggunaan Media Animasi”. Tersedia Pada:http://Harsidi
Side.blogspot.com/2009/06/skripsi-penggunaan media-animasi.html (diakses
tanggal 12 desember 2012).
Siswandi, A.N. 2009. Model VCT:Landasan
Teori,Kerangka Berfikir dan Hipotesis. Tersedia pada http://nazwadzulfa.wordpress.com/2009/11/14/model-vct-landasan-teori-kerangka-berfikir-dan-hipotesis/. (diakses pada 12 desember 2012).
Sudaryo. 2008. Mendesain Model-model Pembelajaran Inovatif Progresif dan Epektif. Jakarta:
Balai Pustaka.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative
Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryani.2004. Motivasi Belajar dan Peningkatan Hasil
Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo:
Masmedia Buana Pustaka.
Taniredja,Tukiran,dkk. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif.
Bandung : Alfabeta.
UNDANG-UNDANG No.20.2003. Tentang
Tujuan Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretaris Negara RI.
Wahab.2007. Evaluasi Pengajaran PKn. Bandung: IKIP
Bandung
Winataputra,dkk.2006.Materi dan pembelajaran PKn SD. Jakarta:
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Bagus, mari sosialisasikan moderl pembelajaran ini untuk pendidikan karakter anak bangsa
BalasHapusThe Wizard of Odds at the Wizard of Odds at the Wizard of Odds at
BalasHapusThe 의정부 출장마사지 Wizard of Odds at the Wizard 남양주 출장샵 of Odds at the Wizard of Odds 인천광역 출장마사지 at the Wizard of Odds at 광명 출장안마 the Wizard of Odds at the 제천 출장샵 Wizard of Odds at