2.3 Hakikat Model
pembelajaran quantum
Quantum Teaching merupakan penggubahan belajar yang meriah, dengan
segala nuansanya. Quantum Teaching
juga menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan
momen belajar. Quantum Teaching
berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang
mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar (De Porter, 2005:3). Quantum adalah interaksi yang mengubah
energi menjadi cahaya. Quantum Teaching
adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan sekitar momen
belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif
yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan
dan bakat alamiah siswa menjadi lebih baik yang akan bermanfaat bagi mereka
sendiri dan orang lain (De Porter, 2005: 5). Berdasarkan pemaparan di atas
dapat disimpulkan bahwa Quantum Teaching
adalah usaha maksimal yang dilakukan oleh warga belajar untuk meningkatkan
pengalaman dan hasil belajar dengan menyertakan segala potensi yang ada pada
dalam diri dan lingkungan.
Pembelajaran
Quantum memiliki prinsip-prinsip yang
perlu diterapkan agar tujuan pembelajaran tercapai. Menurut De Porter (dalam
Riyanto, 2010: 201) prinsip prinsip Quantum
Teaching adalah sebagai struktur dasar dari belajar. Prinsip-prinsip ini
adalah :
1) Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam
dunia kita (guru), dan antarkan dunia kita (guru ke dalam dunia mereka (siswa).
2) Proses pembelajaran bagaikan orkestra
simfoni, yang secara spesifik dapat dijabarkan sebagai berikut :
a)
Segalanya
berbicara Segalanya yang berada dilingkungan memberikan makna tentang belajar.
Bahasa tubuh yang ada pada seseorang sesungguhnya mengirimi pesan tentang
belajar.
b) Segalanya bertujuan Semua yang terjadi
dalam pengubahan, semuanya mempunyai tujuan.
c) Pengalaman sebelum pemberian nama Otak
kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan
rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika
siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka
pelajari.
d) Akui setiap usaha Pada saat siswa
mengambil langkah mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan
kepercayaan diri mereka.
e) Jika layak dipelajari layak pula
dirayakan Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan
asposiasi emosi positif dalam belajar.
Secara umum, Quantum Teaching (pembelajaran kuantum) mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
1) Berpangkal pada psikologi kognitif.
2) Bersifat humanistik, manusia selaku
pembelajar menjadi pusat perhatian. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya
motivasi dan sebagainya dari pembelajar dapat berkembang secara optimal dengan
meniadakan hukuman dan hadiah karena semua usaha yang dilakukan pembelajar
dihargai. Kesalahan sebagai manusiawi.
3) Bersifat konstruktivistis, artinya
memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia
selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks
pembelajaran. Oleh karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau
potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulant yang
seimbang agar pembelajaran berhasil baik.
4) Memusatkan perhatian pada interaksi
yang bermutu dan bermakna. Dalam proses pembelajaran dipandang sebagai
penciptaan intekasi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi
kemampuan pikiran yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat
alamiah pembelajar menjadi cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar.
5) Menekankan pada pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Dalam prosesnya menyingkirkan
hambatan dan halangan sehingga menimbulkan hal-hal yang seperti: suasana yang
menyengkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan
lain-lain.
6) Menekankan kealamiahan dan kewajaran
proses pembelajaran. Dengan kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana
nyaman, segar sehat, rileks, santai, dan menyenangkan serta tidak membosankan.
7) Menekankan kebermaknaan dan dan
kebermutuan proses pembelajaran. Dengan kebermaknaan dan kebermutuan akan
menghadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama
pengalaman perlu diakomodasi secara memadai.
8) Memiliki model yang memadukan konteks
dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan,
landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis.
Sedangkan isi pembelajaran meliputi: penyajian yang prima, pemfasilitasan yang
fleksibel, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.
9) Menyeimbangkan keterampilan akademis,
keterampilan hidup dan prestasi material.
10) Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif
dalam diri pembelajar. Ini mengandung arti bahwa suatu kesalahan tidak
dianggapnya suatu kegagalan atau akhir dari segalanya. Dalam proses
pembelajarannya dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah tidak
diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai.
11) Mengutamakan keberagaman dan kebebasan
sebagai kunci interaksi. Dalam prosesnya adanya pengakuan keragaman gaya
belajar siswa dan pembelajar.
12) Mengintegrasikan totalitas tubuh dan
pikiran dalam proses pembelajaran, sehinga pembelajaran bias berlangsung nyaman
dan hasilnya lebih optimal.
Langkah-langkah pembelajaran kuantum
terdiri dari 6 fase yaitu fase tanamkan, fase alami, fase namai, fase
demonstrasikan, fase ulangi dan fase rayakan atau dikenal dengan singkatan
TANDUR. Keenam fase dari model pembelajaran quantum diuraikan sebagai berikut.
a)
Tahapan persiapan (Kegiatan
pendahuluan)
Tahapan persiapan
pembelajaran adalah tahapan yang digunakan untuk mempersiapkan disi siswa agar
siap mengikuti pembelajaran. Dalam tahapan persiapan, model pembelajaran
quantum fase tumbuhkan yang disisipkan.
Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “bawalah
dunia mereka ke dunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan
emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan
saling memahami. Secara umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri mereka,
pikat mereka, puaskan keingintahuan, buatlah siswa tertarik atau penasaraan
tentang materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan
(persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif
dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial (komunitas
belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada
siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu.
b)
Tahapan pelatihan (Kegiatan inti)
Tahapan pelatihan / kegiatan inti dalam pelajaran dilaksanakan setelah
kegiatan pendahuluan. Seharusnya setelah siswa masuk ke kegiatan inti, siswa
telah siap secara fisik dan rohani untuk mengikuti pembelajaran. Fase yang
dilaksanakan pada tahapan ini sesuai dengan model pembelajaran quantum adalah
fase alami, fase namai, dan fase demonstrasi. Dalam fase alami, guru dalam
proses pembelajaran harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang
dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pada
konsep alami guru memberikan cara terbaik agar siswa memahami informasi,
memberikan permainan atau kegiatan yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah
mereka miliki, sehingga dapat memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengetahuan
yang melekat. Setelah melewati fase alami kemudian siswa belajar untuk menamai.
Konsep “namai” mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak
(membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman) untuk
memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini
adalah mengajarkan konsep, melatih keterampilan berpikir dan strategi belajar.
Pertanyaan yang dapat memandu guru dalam memahami konsep “namai” yaitu perbedaan
yang perlu dibuat dalam belajar, apa yang harus guru tambahkan pada pengertian
siswa, strategi kiat jitu, alat berpikir yang digunakan untuk siswa ketahui
atau siswa gunakan. Setelah menamai, siswa diberikan kesempatan untuk
menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Strategi yang
dapat digunakan adalah mempraktekkan, melakukan percobaan, menyusun laporan,
menganalisis data, melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara
harmonis, dan lain-lain.
c)
Tahapan penampilan hasil (Kegiatan
penutup)
Kegiatan penutup adalah kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan
pembelajaran yang telah berlangsung. Pada tahap ini dimasukkan fase ulangi dan
rayakan. Fase ulangi dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan
menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini dilakukan secara
multimodalitas dan multi kecerdasan.
Guru memberikan evaluasi tentang apa yang sudah dipelajari, strategi untuk
mengimplementasikan yaitu bisa dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu
ini” hal ini merupakan kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru
kepada orang lain (kelompok lain), atau dapat melakukan pertanyaan pertanyaan
post tes.
Hasil dari evaluasi yang telah dilaksanakan pada fase ulangi kemudian
direfleksi bersama oleh guru dan siswa. Fase rayakan diimplementasikan pada
tahapan ini. Apabila hasil evaluasi memuaskan maka rayakanlah, apabila kurang
rayakanlah dengan memberikan motivasi dan saran kepada siswa. Fase rayakan
memberikan rasa puas, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan yang
akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa
yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lebih lanjut.
Strategi yang dapat digunakan adalah dengan pujian bernyanyi bersama, pesta
kelas, memberikan reward berupa tepukan (De Porter, 2005: 10)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar