Rabu, 16 Maret 2016

Quantum Teaching dalam pembelajaran di Sekolah Dasar





2.3 Hakikat Model pembelajaran quantum

Quantum Teaching merupakan penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar (De Porter, 2005:3). Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi lebih baik yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain (De Porter, 2005: 5). Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Quantum Teaching adalah usaha maksimal yang dilakukan oleh warga belajar untuk meningkatkan pengalaman dan hasil belajar dengan menyertakan segala potensi yang ada pada dalam diri dan lingkungan.
Pembelajaran Quantum memiliki prinsip-prinsip yang perlu diterapkan agar tujuan pembelajaran tercapai. Menurut De Porter (dalam Riyanto, 2010: 201) prinsip prinsip Quantum Teaching adalah sebagai struktur dasar dari belajar. Prinsip-prinsip ini adalah :
1)     Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru), dan antarkan dunia kita (guru ke dalam dunia mereka (siswa).
2)     Proses pembelajaran bagaikan orkestra simfoni, yang secara spesifik dapat dijabarkan sebagai berikut :
a)     Segalanya berbicara Segalanya yang berada dilingkungan memberikan makna tentang belajar. Bahasa tubuh yang ada pada seseorang sesungguhnya mengirimi pesan tentang belajar.
b)     Segalanya bertujuan Semua yang terjadi dalam pengubahan, semuanya mempunyai tujuan.
c)     Pengalaman sebelum pemberian nama Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka pelajari.
d)     Akui setiap usaha Pada saat siswa mengambil langkah mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
e)     Jika layak dipelajari layak pula dirayakan Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asposiasi emosi positif dalam belajar.
Secara umum, Quantum Teaching (pembelajaran kuantum) mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1)     Berpangkal pada psikologi kognitif.
2)     Bersifat humanistik, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi dan sebagainya dari pembelajar dapat berkembang secara optimal dengan meniadakan hukuman dan hadiah karena semua usaha yang dilakukan pembelajar dihargai. Kesalahan sebagai manusiawi.
3)     Bersifat konstruktivistis, artinya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Oleh karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulant yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.
4)     Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. Dalam proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan intekasi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar.
5)     Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Dalam prosesnya menyingkirkan hambatan dan halangan sehingga menimbulkan hal-hal yang seperti: suasana yang menyengkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan lain-lain.
6)     Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran. Dengan kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, dan menyenangkan serta tidak membosankan.
7)     Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan proses pembelajaran. Dengan kebermaknaan dan kebermutuan akan menghadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman perlu diakomodasi secara memadai.
8)     Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis. Sedangkan isi pembelajaran meliputi: penyajian yang prima, pemfasilitasan yang fleksibel, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.
9)     Menyeimbangkan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi material.
10) Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri pembelajar. Ini mengandung arti bahwa suatu kesalahan tidak dianggapnya suatu kegagalan atau akhir dari segalanya. Dalam proses pembelajarannya dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai.
11) Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaksi. Dalam prosesnya adanya pengakuan keragaman gaya belajar siswa dan pembelajar.
12) Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran, sehinga pembelajaran bias berlangsung nyaman dan hasilnya lebih optimal.
Langkah-langkah pembelajaran kuantum terdiri dari 6 fase yaitu fase tanamkan, fase alami, fase namai, fase demonstrasikan, fase ulangi dan fase rayakan atau dikenal dengan singkatan TANDUR. Keenam fase dari model pembelajaran quantum diuraikan sebagai berikut.
a)     Tahapan persiapan (Kegiatan pendahuluan)
Tahapan persiapan pembelajaran adalah tahapan yang digunakan untuk mempersiapkan disi siswa agar siap mengikuti pembelajaran. Dalam tahapan persiapan, model pembelajaran quantum fase tumbuhkan yang disisipkan.  Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “bawalah dunia mereka ke dunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Secara umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan, buatlah siswa tertarik atau penasaraan tentang materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial (komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu.

b)     Tahapan pelatihan (Kegiatan inti)
Tahapan pelatihan / kegiatan inti dalam pelajaran dilaksanakan setelah kegiatan pendahuluan. Seharusnya setelah siswa masuk ke kegiatan inti, siswa telah siap secara fisik dan rohani untuk mengikuti pembelajaran. Fase yang dilaksanakan pada tahapan ini sesuai dengan model pembelajaran quantum adalah fase alami, fase namai, dan fase demonstrasi. Dalam fase alami, guru dalam proses pembelajaran harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pada konsep alami guru memberikan cara terbaik agar siswa memahami informasi, memberikan permainan atau kegiatan yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki, sehingga dapat memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengetahuan yang melekat. Setelah melewati fase alami kemudian siswa belajar untuk menamai. Konsep “namai” mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman) untuk memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan konsep, melatih keterampilan berpikir dan strategi belajar. Pertanyaan yang dapat memandu guru dalam memahami konsep “namai” yaitu perbedaan yang perlu dibuat dalam belajar, apa yang harus guru tambahkan pada pengertian siswa, strategi kiat jitu, alat berpikir yang digunakan untuk siswa ketahui atau siswa gunakan. Setelah menamai, siswa diberikan kesempatan untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Strategi yang dapat digunakan adalah mempraktekkan, melakukan percobaan, menyusun laporan, menganalisis data, melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara harmonis, dan lain-lain.
c)     Tahapan penampilan hasil (Kegiatan penutup)
Kegiatan penutup adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang telah berlangsung. Pada tahap ini dimasukkan fase ulangi dan rayakan. Fase ulangi dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas dan multi kecerdasan. Guru memberikan evaluasi tentang apa yang sudah dipelajari, strategi untuk mengimplementasikan yaitu bisa dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu ini” hal ini merupakan kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok lain), atau dapat melakukan pertanyaan pertanyaan post tes.
Hasil dari evaluasi yang telah dilaksanakan pada fase ulangi kemudian direfleksi bersama oleh guru dan siswa. Fase rayakan diimplementasikan pada tahapan ini. Apabila hasil evaluasi memuaskan maka rayakanlah, apabila kurang rayakanlah dengan memberikan motivasi dan saran kepada siswa. Fase rayakan memberikan rasa puas, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lebih lanjut. Strategi yang dapat digunakan adalah dengan pujian bernyanyi bersama, pesta kelas, memberikan reward berupa tepukan (De Porter, 2005: 10)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 16 Maret 2016

Quantum Teaching dalam pembelajaran di Sekolah Dasar





2.3 Hakikat Model pembelajaran quantum

Quantum Teaching merupakan penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar (De Porter, 2005:3). Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi lebih baik yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain (De Porter, 2005: 5). Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Quantum Teaching adalah usaha maksimal yang dilakukan oleh warga belajar untuk meningkatkan pengalaman dan hasil belajar dengan menyertakan segala potensi yang ada pada dalam diri dan lingkungan.
Pembelajaran Quantum memiliki prinsip-prinsip yang perlu diterapkan agar tujuan pembelajaran tercapai. Menurut De Porter (dalam Riyanto, 2010: 201) prinsip prinsip Quantum Teaching adalah sebagai struktur dasar dari belajar. Prinsip-prinsip ini adalah :
1)     Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru), dan antarkan dunia kita (guru ke dalam dunia mereka (siswa).
2)     Proses pembelajaran bagaikan orkestra simfoni, yang secara spesifik dapat dijabarkan sebagai berikut :
a)     Segalanya berbicara Segalanya yang berada dilingkungan memberikan makna tentang belajar. Bahasa tubuh yang ada pada seseorang sesungguhnya mengirimi pesan tentang belajar.
b)     Segalanya bertujuan Semua yang terjadi dalam pengubahan, semuanya mempunyai tujuan.
c)     Pengalaman sebelum pemberian nama Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka pelajari.
d)     Akui setiap usaha Pada saat siswa mengambil langkah mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
e)     Jika layak dipelajari layak pula dirayakan Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asposiasi emosi positif dalam belajar.
Secara umum, Quantum Teaching (pembelajaran kuantum) mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1)     Berpangkal pada psikologi kognitif.
2)     Bersifat humanistik, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi dan sebagainya dari pembelajar dapat berkembang secara optimal dengan meniadakan hukuman dan hadiah karena semua usaha yang dilakukan pembelajar dihargai. Kesalahan sebagai manusiawi.
3)     Bersifat konstruktivistis, artinya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Oleh karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulant yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.
4)     Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. Dalam proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan intekasi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar.
5)     Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Dalam prosesnya menyingkirkan hambatan dan halangan sehingga menimbulkan hal-hal yang seperti: suasana yang menyengkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan lain-lain.
6)     Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran. Dengan kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, dan menyenangkan serta tidak membosankan.
7)     Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan proses pembelajaran. Dengan kebermaknaan dan kebermutuan akan menghadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman perlu diakomodasi secara memadai.
8)     Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis. Sedangkan isi pembelajaran meliputi: penyajian yang prima, pemfasilitasan yang fleksibel, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.
9)     Menyeimbangkan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi material.
10) Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri pembelajar. Ini mengandung arti bahwa suatu kesalahan tidak dianggapnya suatu kegagalan atau akhir dari segalanya. Dalam proses pembelajarannya dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai.
11) Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaksi. Dalam prosesnya adanya pengakuan keragaman gaya belajar siswa dan pembelajar.
12) Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran, sehinga pembelajaran bias berlangsung nyaman dan hasilnya lebih optimal.
Langkah-langkah pembelajaran kuantum terdiri dari 6 fase yaitu fase tanamkan, fase alami, fase namai, fase demonstrasikan, fase ulangi dan fase rayakan atau dikenal dengan singkatan TANDUR. Keenam fase dari model pembelajaran quantum diuraikan sebagai berikut.
a)     Tahapan persiapan (Kegiatan pendahuluan)
Tahapan persiapan pembelajaran adalah tahapan yang digunakan untuk mempersiapkan disi siswa agar siap mengikuti pembelajaran. Dalam tahapan persiapan, model pembelajaran quantum fase tumbuhkan yang disisipkan.  Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “bawalah dunia mereka ke dunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Secara umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan, buatlah siswa tertarik atau penasaraan tentang materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial (komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu.

b)     Tahapan pelatihan (Kegiatan inti)
Tahapan pelatihan / kegiatan inti dalam pelajaran dilaksanakan setelah kegiatan pendahuluan. Seharusnya setelah siswa masuk ke kegiatan inti, siswa telah siap secara fisik dan rohani untuk mengikuti pembelajaran. Fase yang dilaksanakan pada tahapan ini sesuai dengan model pembelajaran quantum adalah fase alami, fase namai, dan fase demonstrasi. Dalam fase alami, guru dalam proses pembelajaran harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pada konsep alami guru memberikan cara terbaik agar siswa memahami informasi, memberikan permainan atau kegiatan yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki, sehingga dapat memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengetahuan yang melekat. Setelah melewati fase alami kemudian siswa belajar untuk menamai. Konsep “namai” mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman) untuk memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan konsep, melatih keterampilan berpikir dan strategi belajar. Pertanyaan yang dapat memandu guru dalam memahami konsep “namai” yaitu perbedaan yang perlu dibuat dalam belajar, apa yang harus guru tambahkan pada pengertian siswa, strategi kiat jitu, alat berpikir yang digunakan untuk siswa ketahui atau siswa gunakan. Setelah menamai, siswa diberikan kesempatan untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Strategi yang dapat digunakan adalah mempraktekkan, melakukan percobaan, menyusun laporan, menganalisis data, melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara harmonis, dan lain-lain.
c)     Tahapan penampilan hasil (Kegiatan penutup)
Kegiatan penutup adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang telah berlangsung. Pada tahap ini dimasukkan fase ulangi dan rayakan. Fase ulangi dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas dan multi kecerdasan. Guru memberikan evaluasi tentang apa yang sudah dipelajari, strategi untuk mengimplementasikan yaitu bisa dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu ini” hal ini merupakan kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok lain), atau dapat melakukan pertanyaan pertanyaan post tes.
Hasil dari evaluasi yang telah dilaksanakan pada fase ulangi kemudian direfleksi bersama oleh guru dan siswa. Fase rayakan diimplementasikan pada tahapan ini. Apabila hasil evaluasi memuaskan maka rayakanlah, apabila kurang rayakanlah dengan memberikan motivasi dan saran kepada siswa. Fase rayakan memberikan rasa puas, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lebih lanjut. Strategi yang dapat digunakan adalah dengan pujian bernyanyi bersama, pesta kelas, memberikan reward berupa tepukan (De Porter, 2005: 10)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar